Info Singkil 

Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi Juara Lomba Menulis HUT Aceh Singkil, Ini Hasil Karyanya

Hasil ini diumumkan salah satu dewan juara lomba menulis artikel HUT ke-24 Aceh Singkil, Wanhar Lingga, di Gedung Seni dan Budaya, Minggu (7/5/2023).

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Dokumen Pribadi
Dede Rosadi, Wartawan Serambi Indonesia peraih juara I lomba menulis HUT ke-24 Aceh Singkil kategori umum 

Hasil ini diumumkan salah satu dewan juara lomba menulis artikel HUT ke-24 Aceh Singkil, Wanhar Lingga, di Gedung Seni dan Budaya, Minggu (7/5/2023).

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Wartawan Serambi Indonesia, Dede Rosadi,  juara lomba menulis artikel Hari Ulang Tahun atau HUT ke-24 Kabupaten Aceh Singkil

Dede Rosadi yang bertugas di wilayah Aceh Singkil, juara kategori umum. 

Hasil ini diumumkan salah satu dewan juara lomba menulis artikel HUT ke-24 Aceh Singkil, Wanhar Lingga, di Gedung Seni dan Budaya, Minggu (7/5/2023).

Lomba menulis artikel tersebut terbagi dalam tiga kategori, yakni kategori pelajar, mahasiswa, dan umum. 

Artikel yang Dede Rosadi tulis berjudul Merajut Kejayaan Tempo Dulu Menuju Aceh Singkil Emas 2049. 

Ini hasil karyanya:

Merajut Kejayaan Tempo Dulu Menuju Aceh Singkil Emas 2049

I. Singkil Tempo Dulu

Singkil Lama merupakan kota pelabuhan maju pada masanya. Bukti kemajuan tergambar dari rumah penduduk Singkil Lama, sudah menggunakan bata merah yang merupakan barang mewah zaman itu. 

Baca juga: Tinggi Peminat Lomba Menulis Artikel HUT Ke-24 Aceh Singkil, Ini Pemenangnya

Perabotan rumahtangga penduduk kelas atas juga banyak barang impor, seperti guci, piring nasi dan sendok makan.

Bukti-bukti kejayaan itu masih mudah ditemukan di Singkil Lama, di sebelah Barat Singkil Ibu Kota Kabupaten Aceh Singkil. Warga mengenalnya muara Singkil Lama.

Pecahan sisa peradaban Singkil Lama, identik dengan benda-benda antik yang ada di rumah gadang peninggalan Datuk Abdurrauf di Desa Ujung, Kecamatan Singkil.

Kejayaan Singkil tempo dulu, tak melulu urusan dunia. Soal akhirat juga menorehkan tinta emas dengan lahirnya guru ulama Nusantara, Syekh Abdurrauf As Singkily.

Salah satu karya fenomenal Mufti Agung Kesultanan Aceh, semasa Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675 Masehi) adalah Tarjuman al-Mustafid, tafsir pertama Alquran
dalam bahasa Melayu. 

Terjemahan dalam bahasa Melayu itu bukan hanya memudahkan bangsa yang mendiami Nusantara dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, mengetahui isi kandungan Alquran. Akan tetapi bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa pemersatu Indonesia dikala merengkuh kemerdekaan.

Baca juga: VIDEO Susi Pudjiastuti Murka, Pilot Susi Air Tak Kunjung Dibebaskan KKB Papua

Peradaban Singkil Lama, luluh lantak dihantam gempa tsunami sekira 1883. Datuk Abdurrauf sebagai pemimpin kala itu sekitar 1900-an berangkat ke Desa Ujung, mencari
lokasi cocok dijadikan pemukiman. 

Tepatnya pada 1904 selesai mendirikan rumah tempat tinggal Datuk bersama keluarga.

Seiring perkembangan zaman, penduduk terus menyebar ke desa lain, itulah yang menjadi bentang alam Singkil Baru. 

Dari uraian singkat di atas, Singkil tempo dulu bukan hanya jaya pada masanya, tapi berjasa bagi Nusantara dan dunia.

II. Singkil Baru

Kejayaan Singkil Lama, sebagai kota pelabuhan strategis berlanjut pada era Singkil Baru.

Medio 70-an pelabuhan Singkil merupakan pusat perdagangan bahan kebutuhan pokok dan ekspor kayu log serta pengiriman minyak sawit mentah PT Socfindo di Pelabuhan Pulo Sarok.

Tak mengherankan jika Singkil, sebelum menjadi Kabupaten, berjasa menghasilkan devisa kepada negara dari kayu log.

Kejayaan masa kayu log tinggal kenangan, menyisakan hutan gundul yang dampaknya masih terus dirasakan berupa banjir langganan. Kerusakan hutan itu, diperparah dengan
musibah gempa tsunam.

Baca juga: BREAKING NEWS - Hujan, Sungai Lae Cinendang Meluap, 8 Desa di Aceh Singkil Banjir Hingga 1,5 Meter

Seiring berjalan waktu Aceh Singkil, menata diri sejak menjadi Kabupaten tahun 1999.

Walau masih menyandang status Kabupaten termiskin hingga masuk ulang tahun ke-24, dalam catatan penulis setidaknya ada tiga potensi utama Aceh Singkil, yang dapat keluarkan dari kemiskinan, yaitu perkebunan kelapa sawi, perikanan tangkap, dan pariwisata.

Pembahasan potensi Aceh Singkil, fokus pada tiga sektor tersebut, bukan menapikan potensi migas yang sedang buming. Potensi migas, biarlah dibuktikan keberadaannya oleh Conrad
Asia Energy sebagai pemenang lelang eksplorasi.

1. Potensi Perkebunan Kelapa Sawit

Luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2022 mencapai 75.862,72 Ha.

Terdiri atas lahan masyarakat 31.351 Ha dan lahan perusahaan pemegang hak guna usaha 44.511,72 Ha.

Sayangnya di tengah hamparan kebun sawit seluas mata memandang 19,18 persen, penduduk Aceh Singkil pada tahun 2022 masih miskin. 

Alasan utamanya hasil produksi kelapa sawit rakyat jauh di bawah milik perusahaan. 

Produksi kelapa sawit per hektare hanya dikisaran 1 ton sekali panen bandingkan dengan produksi kelapa sawit kebun perusahaan per hektar mencapai 1,8 ton.

Artinya potensi pendapatan petani sawit sebanyak 0,8 ton hilang. Jika dikonversi dalam uang, katakanlah harga sawit Rp 2.000 per kilo kali 0,8 ton maka potensi penghasilan petani
yang hilang Rp 1,6 juta sekali panen per hektarnya.

Bila dikali dengan jumlah areal sawit rakyat seluas 31.351 Ha, maka sekali panen potensi pendapatan petani yang hilang sebanyak Rp 50,161 miliar.

Pendapat penulis sebaiknya pemerintah fokus pada upaya peningkatan produksi sawit petani agar setara dengan produks perusahaan. Salah satunya melalui pendampingan teknis dan
pola kemitraan antara perusahaan dengan petani.


2. Potensi Perikanan

Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Aceh Singkil, potensi perikanan tangkap (laut) sebanyak 29.154 ton per tahun. 

Dari potensi itu yang mampu diproduksi atau berhasil ditangkap nelayan hanya 11.530,11 ton atau 39,5 persen per tahun.

Untuk memaksimalkan potensi perikanan tangkap langkah paling mendesak selainpengadaan armada kapal bertonase besar adalah pengembangan pelabahun PPI Anak Laut dan pembangunan jetty Anak Laut.

Anak Laut merupakan anugerah alam yang dimiliki Aceh Singkil. Jika di daerah lain untuk membangun pelabuhan harus membuat kolam raksasa tempat kapal berlindung dari
gangguan cuaca buruk dengan biaya tinggi.

Di Aceh Singkil, ada kolam alam Anak Laut, tinggal lagi memolesnya agar kapal penangkap ikan berbobot di atas 30 gross ton bebas ke luar masuk PPI Anak Laut. 

3. Potensi Pariwisata

Dalam pandangan penulis di Kabupaten Aceh Singkil, ada dua potensi pariwisata yang dapat dikapitalisasi menjadi mulitpayer efek pertumbuhan ekonomi, yaitu rawa Singkil dan
gugusan Kepulauan Banyak.

Langkahnya memperbaiki konektivitas Aceh Singkil dengan Sumatera Utara, sebagai pintu gerbang utama masuknya wisatawan. Terbangunnya konektivitas sekaligus wujudkan wacana Aceh Singkil, menjadi penyangga destinasi wisata super prioritas Danau Toba.

Berikutnya mengemas promosi wisata rawa Singkil dan Kepulauan Banyak, secara efektif dan efisien. 

Dengan memanfaafkan media sosial dan media arus utama untuk diviralkan.

Viral menjadi kata kunci pada era masa kini. Manakala objek wisata yang dimiliki Aceh Singkil viral, dipastikan kebanjiran wisatawan.

III. Aceh Singkil Emas 2049

Aceh Singkil emas pada tahun 2049, lantaran pada saat itu, Kabupaten Aceh Singkil, genap berusia 50 tahun atau ulang tahun emas.

Dalam pikiran penulis Aceh Singkil emas adalah baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, yaitu sebuah Kabupaten yang baik alamnya dan baik perilaku penduduknya.

Baik alamnya karena hijau, bersih dari sampah dan tersedia air bersih yang cukup bagi setiap penduduknya.

Sedangkan baik prilaku pendudukanya, lantaran setiap bicara selalu bermanfaat, tidak ada korupsi, sejahtera dan hidup rukun.

Menuju Aceh Singkil, emas tentu butuh persiapan dan skenario yang berjalan setiap tahunnya. 

Tentu dengan fokus menggarap tiga potensi unggulan yang ada, yaitu perkebunan kelapa sawit, perikanan tangkap dan pariwisata.

Skenario tersebut dapat disusun dalam blueprint (cetak biru) yang menyusun kerangka kerja terperinci sebagai landasan pembuatan kebijakan.

Meliputi penetapan tujuan, sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program serta fokus pada implementasi yang harus dilaksanakan.

Blueprint yang disusun tentu berkaca dari kelemahan masa kini untuk dilakukan perbaikan. 

Langkah berikutnya menuju Aceh Singkil emas adalah menciptakan sitem kerja yang wajib ditaati setiap aparatur pemerimtahan.

Jika sistem itu terbentuk, siapapun yang menjadi bupati Aceh Singkil pada 25 tahun ke depan tidak meleset dari skenario menuju Aceh Singkil emas tahun 2049. Semoga!. (Dede Rosadi)

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved