Dies Natalies Unimal

Orasi Ilmiah Mahfud MD di Unimal: Peradaban Madinah adalah Inklusi

Keadaban yang dibangun di Indonesia sebenarnya mengambil substansi dari keadaban yang dibangun Nabi Muhammad SAW melalui Konstitusi Madinah.

Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Taufik Hidayat
Serambi Indonesia
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Republik Indonesia, Prof Dr Mohammad Mahfud MD memberikan orasi ilmiah di Unimal, Senin (12/6/2023). 

Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Prof Mohammad Mahfud MD menyinggung soal peradaban dalam dunia politik dengan menjadikan Konstitusi Madinah atau Piagam Madinah sebagai referensi.

Perguruan tinggi dinilai sebagai salah satu tempat untuk membangun peradaban, termasuk peradaban politik. Pidato Mahfud itu disampaikan sebagai orasi ilmiah pada Rapat Senat Terbuka memperingati Dies Natalies Universitas Malikussaleh ke-54 di di Gedung ACC, Kampus Uteungkot, Lhokseumawe, Senin (12/6/2023).

“Keadaban yang dibangun di Indonesia sebenarnya mengambil substansi dari keadaban yang dibangun Nabi Muhammad melalui Konsitusi Madinah atau Piagam Madinah,” kata Mahfud MD.

Ia mengisahkan Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Yatsrib sebagai titik baru pembangunan peradaban Islam, dan mengubah nama kota Yatsrib menjadi Madinah, yang artinya kota berperadaban. 

“Piagam Madinah itu antara lain menetapkan penduduk Madinah itu, apa pun agamanya, apa pun sukunya, apapun rasnya, apa pun bahasanya, menjadi satu,” jelas Mahfud.

Istilah Masyarakat Madani di Indonesia muncul yang berarti masyarakat bisa hidup bersama dalam perbedaan. Mahfud juga mengisahkan tentang pendeta Yahudi yang alim dan kaya raya, Mukhairiq, yang berperang bersama Nabi Muhammad dalam perang Uhud. 

“Mukhairiq tidak masuk Islam. Ia ikut berperang bersama nabi membela tanah air, Madinah, yang kebetulan dipimpin Muhammad,” sebut Mahfud. 

Pada kesempatan itu Mahfud menyebutkan bahwa Universitas Malikussaleh memiliki prospek bagus karena telah diminati mahasiswa berbagai daerah di Indonesia. 

Dengan kondisi saat ini, Universitas Malikussaleh menjadi laboratorium pluralisme yang patut terus dikembangkan. 

Keberadaan perguruan tinggi juga berperan dalam mengintegrasikan ilmu dan agama. Orang berilmu tidak menghilangkan jati dirinya sebagai orang beragama. 

Menurut dia, dulu ada anggapan orang pintar tidak beragama. Ilmu pengetahuan di dunia ini berkembang karena orang ingin menjalankan ajaran agama secara ilmiah. Tapi kemudian kita berkembang, dan menganggap bahwa orang berpengatuan selain memperkuat keimanan juga tidak menolak rasionalitas.

Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Malikussaleh, Prof Dr Ir Herman Fithra menyampaikan bahwa kedatangan Mahfud pada peringatan 54 tahun Unimal juga seperti mengulang sejarah. Prof Mahfud adalah salah seorang menteri di masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang ikut menggodok dan menyetujui penegerian Unimal pada 2001. 

Saat itu Mahfud menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan menganggap penegerian Unimal sebagai salah satu mekanisme rekonsiliasi bagi Aceh yang sedang dirundung konflik. 

“Bagi kami, kedatangan salah seorang pemikir kebangsaan yang cukup tangguh saat ini, Prof Mahfud, ke Unimal sebagai wujud apresiasi tentang perdamaian Aceh yang semakin kuat. Ini seperti melanjutkan pesan almarhum Gus Dur dulu ketika mendengar masukan berbagai pihak termasuk ulama, untuk menambah kampus negeri di Aceh,” kata Herman.(*)

Baca juga: Soal Kasus HAM di Aceh, Mahfud MD: Dalam Waktu Dekat Presiden Akan Kick-Off Penyelesaian

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved