Breaking News

Kupi Beungoh

Rumoh Geudong, Bukti Sejarah yang tak Seharusnya Dilenyapkan

Areal Rumoh Geudong yang biasanya sunyi sepi dan terkesan angker, sejak tiga hari terakhir ramai dengan deru mesin beko dan hiruk pikuk pekerja

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
H Musannif Sanusi, mantan anggota DPR Aceh periode 2014-2019. Saat ini menjabat sebagai Ketua Yayasan Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar dan Ketua Umum DPP Pemuda Islam RI 

Oleh: Musannif Sanusi*)

Rumoh Geudong, begitulah menyebut nama untuk sebuah bangunan megah berdinding kayu di Gampong Bili Aron Kecamatan Geulumpang Tiga Kabupaten Pidie.

Jika diartikan secara baku ke dalam bahasa Indonesia, Rumoh Geudong berarti rumah gedung.

Ya, rumah semi permanen berbentuk panggung ini memang gedung pada masanya.

Alkisah, seperti penukis kutip dari Wikipedia.org Rumoh Geudong ini dibangun pada tahun 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta, hulubalang yang tinggal di Rumoh Raya yang berjarak sekitar 200 meter dari Rumoh Geudong.

Semasa perang Belanda, Rumoh Geudong sering digunakan sebagai pos pengatur strategi perang oleh Raja Lamkuta.

Setelah Raja Lamkuta mangkat, Rumoh Geudong ditempati oleh adiknya, Teuku Cut Ahmad, lalu Teuku Keujreun Rahmad, Teuku Keujreun Husein, dan Teuku Keujreun Gade, serta keturunan mereka.

Rumoh Geudong juga dijadikan sebagai basis perjuangan melawan tentara Jepang.

Sejak masa Jepang hingga Indonesia merdeka, rumah ini dihuni oleh Teuku Raja Umar dan keturunannya, anak dari Teuku Keujreun Husein.

Baca juga: Mengenang Peristiwa Rumoh Geudong yang Mengiris Hati, Kini Diratakan Jelang Kedatangan Jokowi

Pada masa periode Aceh dalam status Daerah Operasi Militer (DOM) pada 1989 – 1998, Rumoh Geudong merupakan salah satu bekas Pos Satuan Taktis dan Strategis (Pos Sattis) di Sektor A-Pidie selama pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh.

Tak ada catatan pasti sejak tahun berapa rumah ini menjadi Pos Sattis.

Karena tentara hanya meminta persetujuan dari keuchik (kepala desa) secara lisan, bukan tertulis.

Keuchik pun memberitahukan permintaan tentara ini kepada pemiliknya secara lisan pula.

Rumah ini dipilih sebagai pos militer karena sudah lama dibiarkan kosong, serta pekarangannya juga luas.

Anak dan keturunan dari Teuku Keujreun Husein yang terakhir menempati rumah itu, telah lama hijrah dan tinggal di Jakarta, serta berbagai daerah lainnya di Indonesia.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved