Luar Negeri
Perhatian! Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah, 7 Ribu Anak Terjangkit DBD: 176 Orang Meninggal
Pakar kesehatan Bangladesh mengatakan, penyakit itu telah mencapai proporsi "epidemi", meskipun pemerintah belum secara resmi mengumumkannya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Taufik Hidayat
Perhatian! Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah, 7 Ribu Anak Terjangkit DBD: 176 Orang Meninggal
SERAMBINEWS.COM, DHAKA - Bangladesh sedang bergulat dengan wabah demam berdarah (DBD) yang mematikan.
Itu terjadi karena hujan lebat terus menurus mengguyur negara itu dalam beberapa waktu lalu, menyebabkan wabah infeksi yang meluas dan rumah sakit kewalahan.
Pakar kesehatan Bangladesh mengatakan, penyakit itu telah mencapai proporsi "epidemi", meskipun pemerintah belum secara resmi mengumumkannya.
Menurut data Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS) negara itu, hingga Minggu (23/7/2023) malam, setidaknya 176 orang, 31 di antaranya anak-anak berusia di bawah 14 tahun, meninggal karena demam berdarah (DBD).
Rabu (19/7/2023) menjadi hari paling mematikan ketika 19 orang dinyatakan meninggal karena wabah ini.
Data DGHS menunjukkan hampir 33.000 orang harus di rawat inap tahun ini karena penyakit tersebut.
Para pejabat mengatakan tingkat kematian akibat DBD tahun ini berada pada tingkat tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Angka tersebut sudah berada dalam "mengkhawatirkan" sebesar 0,53 persen, dibandingkan dengan 0,45 persen tahun lalu ketika rekor 281 orang meninggal karena demam berdarah di Bangladesh.
Baca juga: Ketahui, Gejala DBD dengan Covid-19 Nyaris Sama, Begini Cara Membedakannya

DGHS mengatakan, 115 dari 176 kematian tahun ini terjadi dalam 23 hari pertama bulan Juli.
Hanya ada 29 kematian tahun lalu pada periode yang sama.
Para ahli memperingatkan situasinya bisa menjadi lebih buruk dalam beberapa hari mendatang karena baik rawat inap dan kematian akibat DBD di Bangladesh biasanya mencapai puncaknya pada Agustus dan September.
“Saya pikir wabah DBD tahun ini memiliki dampak yang sama pada orang-orang seperti yang terjadi pada tahun 2019, ,” kata ANM Nuruzzaman, dokter dan pakar kesehatan masyarakat, dikutip dari Al Jazeera.
Dia mengacu pada tahun yang melihat lebih dari satu juta rawat inap – angka tertinggi yang pernah ada di negara ini – dan 179 kematian.
Banyak orang di Bangladesh masih menyebut 2019 sebagai "tahun demam berdarah".
“Pemerintah juga harus menyatakan (tahun ini) sebagai epidemi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menghentikan penyebarannya. Kalau tidak, akan semakin parah,” kata Nuruzzaman.
Baca juga: Kasus DBD Terus Meningkat, Tercatat Sebanyak 94.355
Pada 16 Juli, Asosiasi Medis Bangladesh, juga mendesak pemerintah untuk menyatakan wabah demam berdarah sebagai “darurat kesehatan masyarakat”.
Namun, Direktur Jenderal DGHS, Dr Abul Bashar Mohammad Khurshid Alam menilai masih terlalu dini untuk menyatakan demam berdarah sebagai epidemi di Bangladesh tahun ini.
“Untuk menyatakannya sebagai epidemi, kita perlu membenarkan beberapa kriteria lagi,”
“Saya rasa kita belum mencapai titik itu. Selain itu, tidak ada gunanya menciptakan ketakutan di antara orang-orang dengan menyatakannya sebagai wabah, ”kata Alam kepada Al Jazeera.
Ribuan Anak Terjangkit DBD
Media sosial di negara itu dipenuhi dengan akun penderitaan dan kematian dari seluruh bagian negara, terutama ibu kota Dhaka.
Anwara Ferdousi (76), pergi ke dokter di Dhaka's Square Hospital setelah mengalami demam selama dua hari.
“Saya diminta untuk melakukan tes demam berdarah dan saya melakukannya. Ketika saya pergi ke rumah sakit setelah dua hari dengan hasilnya, saya tidak bisa menemui dokter karena dia sendiri didiagnosis menderita demam berdarah.
Faktanya, dua dokter lagi dari lantai yang sama di rumah sakit juga tertular virus itu,” kata Ferdousi kepada Al Jazeera.
Para orang tua sangat mengkhawatirkan anak-anak mereka.
Data DGHS menyebutkan sebanyak 7.240 anak berusia di bawah 14 tahun telah terjangkit penyakit ini.
“Saya berhenti menyekolahkan putri saya karena beberapa teman sekelasnya sudah terinfeksi demam berdarah,” kata seorang wali murid, Rashed Jitu
“Sekolahnya telah mengeluarkan pemberitahuan kepada setiap orang tua untuk menggunakan lotion nyamuk pada anak-anak mereka. Ini sangat menakutkan.”
Dokter mengatakan demam berdarah sangat berbahaya bagi anak-anak yang lebih rentan terkena sindrom syok.
Merupakan suatu kondisi yang mendorong sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi berlebihan terhadap virus dengue, menyebabkan kebocoran plasma, pendarahan, dan dehidrasi parah.
Dokter Bangladesh Shishu Hospital and Institute, Dr Shatavisa Dhar mengatakan bahwa, dibutuhkan satu hari bagi anak-anak yang terjangkit untuk menjadi kritis dibandingkan dengan sekitar 48 jam untuk orang dewasa.
“Selain itu, seorang anak memiliki risiko 20 persen lebih besar daripada orang dewasa untuk mengalami sindrom syok,” katanya.
Abdul Qayium, seorang sopir bus di Gazipur, distrik yang berdekatan dengan Dhaka, kehilangan putranya yang berusia enam tahun, Rehan Ahmed, awal bulan ini karena demam berdarah.
“Dia berada di rumah sakit selama 10 hari. Dia pulih tetapi tiba-tiba, dia shock dan meninggal,” katanya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Sosok Robin Westman, Penembak Sekolah Pakai Senjata Bertuliskan 'Bunuh Trump' dan 'Bakar Israel' |
![]() |
---|
Kim Jong Un Perintahkan Senjata Nuklir Dipercepat saat AS-Korsel Latihan Militer |
![]() |
---|
Mesin Pesawat Condor Jerman Meledak di Udara, Begini Nasib 273 Penumpang |
![]() |
---|
Korban Tewas Banjir Bandang dan Longsor Pakistan Lampaui 350 Orang |
![]() |
---|
5 Orang Tewas akibat Helikopter Pakistan Jatuh Saat Misi Penyelamatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.