Luar Negeri

Pembantaian Black July Picu Perang Saudara Selama 26 Tahun di Sri Langka, Berawal dari Kekuasaan

Kasusnya bermula dari 40 tahun yang lalu (29 Juli 1983), massa di Sri Lanka membakar hidup-hidup 13 orang bagian dari pogrom.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Gamini AKMEEMANA / AFP
Seorang demonstran membantu seorang biksu Buddha, yang diselimuti gas air mata, selama demonstrasi pada 28 Juli 1987, di Kolombo. Mereka menentang usulan kesepakatan damai antara Sri Lanka dan India untuk mengakhiri perjuangan etnis negara tersebut. Perang Saudara Sri Lanka dimulai pada tahun 1983 sebagai Macan Tamil, LTTE mengklaim negara Tamil merdeka bernama Tamil Eelam. 

Pembantaian Black July Picu Perang Saudara Selama 26 Tahun di Sri Langka, Berawal dari Kekuasaan

SERAMBINEWS.COM, COLOMBIA – Black July atau Juli Hitam merupakan indisen kerusuhan yang terjadi di Sri Langka, hingga berujung pada pembantaian atau genosida.

Kasusnya bermula dari 40 tahun yang lalu (29 Juli 1983), massa di Sri Lanka membakar hidup-hidup 13 orang bagian dari pogrom.

Pogrom merupakan sebuah gerakan terorganisir untuk melenyapkan sebuah ras atau agama tertentu.

Penumpasan itu berlangsung selama seminggu, menyebabkan kerusuhan etnis yang membara dan meningkat menjadi perang saudara di Sri Langka.

Ketengangan terjadi antara Sinhala yang sebagian besar beragama Buddha, dengan minoritas Tamil yang sebagian besar Hindu.

Dikenal di Sri Lanka sebagai “Juli Hitam”, kekerasan brutal tersebut memicu konflik selama 26 tahun yang menewaskan sekitar 100.000 orang, menelantarkan sekitar 800.000 orang, dan menghambat pembangunan selama beberapa dekade di negara kepulauan itu.

Kepala gerakan separatis Tamil, Velupillai Prabhakaran, ditembak mati oleh pasukan keamanan Sri Langka pada 18 Mei 2009, mengakhiri secara resmi perang etnis berdarah.

Apa yang menyebabkan perang saudara?

Dilansir dari Al Jazeera, ketegangan etnis antara mayoritas Buddha Sinhala dan minoritas Hindu Tamil telah lama membara.

Ketegangan semakin meningkat setelah kolonial Inggris berhenti menguasai wilayah itu pada tahun 1948.

Terlepas dari pemerintahan Inggris, beberapa orang Tamil diangkat menjadi pegawai negeri berpangkat tinggi dan memainkan peran penting dalam pemerintahan di Sri Langka.

Namun, kekuasaan administratif pada tahun 1948 jatuh ke tangan Sinhala, yang memulai kebijakan diskriminasi terhadap minoritas Tamil.

Undang-Undang Kewarganegaraan Ceylon tahun 1948 menyangkal kewarganegaraan Tamil karena mereka keturunan India. 

Pada tahun 1956, Undang-Undang Hanya Sinhala menjadikan bahasa Sinhala sebagai satu-satunya bahasa resmi Sri Lanka. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved