Ikan Oarfish Muncul di Kepulauan Selayar, Benarkah Jadi Pertanda Akan Ada Gempa dan Tsunami?

Saat ikan yang habitatnya di kedalaman 1 kilometer di laut itu muncul, dianggap sebagai pertanda bencana.

|
Editor: Amirullah
INSTAGRAM/MAKASSAR INFO
Oarfish yang muncul ke permukaan laut di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Oarfish yang biasanya hidup di kedalaman lebih dari 1 km lalu muncul ke permukaan dianggap sebagai pertanda bencana alam. BMKG dan BRIN menyebut tak ada bukti atau penelitian yang mendukung anggapan tersebut. 

SERAMBINEWS.COM - Benarkah kemunculan ikan oarfish jadi pertanda akan adanya gempa bumi dan tsunami?

Diketahui belakangan ini media sosial heboh dengan video ikan oarfish muncul ke permukaan laut di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Ikan Oarfish adalah ikan yang hidupnya di kedalaman lebih dari 1 km.

Saat ikan yang habitatnya di kedalaman 1 kilometer di laut itu muncul, dianggap sebagai pertanda bencana.

Lantas bagaimana penjelasan BMKG dan BRIN soal hal tersebut?

Di media sosial sempat heboh dan viral soal kemunculan ikan Oarfish.

Nah, di Twitter, banyak yang menganggap jika ikan Oarfish yang muncul ke permukaan dari kedalaman 1 km dianggap pertanda bencana alam.

"Ikan oarfish itu hidupnya di kedalaman 1 km di bawah laut kalo dia naik ke permukaan berarti pertanda akan bencana alam soalnya dia jarang naik ke permukaan," narasi dalam unggahan Twitter @tanyarlfes, Rabu (26/7/2023).

Hingga Kamis (27/7/2023) sore saja, unggahan tersebut telah menuai lebih dari 2,3 juta tayangan, 26.900 suka, dan 1.800 twit ulang dari pengguna Twitter.

Lantas apa kata BMKG dan BRIN soal anggapan kemunculan Ikan Oarfish sebagai pertanda bencana alam ini?

Penjelasan BMKG dan BRIN soal Ikan Oarfish yang Muncul ke Permukaan

Melansir Tribun Jatim yang mengutip Kompas.com, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), Daryono, membantah narasi yang menyebut bahwa penampakan oarfish merupakan tanda akan ada bencana alam.

Menurutnya, hingga saat ini, belum ada bukti empiris yang menunjukkan bahwa kemunculan oarfish ke permukaan laut pertanda akan ada gempa bumi maupun tsunami.

"Belum ada bukti empiris tentang hal itu. Kemunculannya bisa jadi karena dinamika oseanografi, sakit, atau tua," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/7/2023).

Oarfish yang muncul ke permukaan laut di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Oarfish yang biasanya hidup di kedalaman lebih dari 1 km lalu muncul ke permukaan dianggap sebagai pertanda bencana alam. BMKG dan BRIN menyebut tak ada bukti atau penelitian yang mendukung anggapan tersebut.
Oarfish yang muncul ke permukaan laut di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Oarfish yang biasanya hidup di kedalaman lebih dari 1 km lalu muncul ke permukaan dianggap sebagai pertanda bencana alam. BMKG dan BRIN menyebut tak ada bukti atau penelitian yang mendukung anggapan tersebut. (INSTAGRAM/MAKASSAR INFO)

Terpisah, Peneliti Pusat Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN) Selvia Oktaviyani mengatakan, salah satu dugaan penyebab ikan ini muncul lantaran terdorong badai atau terbawa arus yang kuat.

"Belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa keberadaannya memang berkaitan dengan bencana alam," terang dia.

Sementara anggapan bahwa kemunculan oarfish karena keinginan untuk membunuh dirinya sendiri, juga belum dapat dipastikan.

Kemungkinan, menurut Selvia, anggapan tersebut timbul karena sejauh ini oarfish yang muncul ke permukaan selalu dalam keadaan mati.

"Yang pasti sejauh ini belum ada kepastian kenapa bisa muncul oarfish," ungkapnya.

Senada, Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Mohammad Mukhlis Kamal menerangkan, belum ada kesimpulan yang menyatakan hubungan oarfish dan bencana yang akan datang.

Namun, Mukhlis menyampaikan, para ilmuwan Jepang percaya bahwa oarfish dapat menjadi petunjuk terjadinya gempa bumi di suatu wilayah.

Pasalnya, menurut Kiyoshi Wadatsumi, salah seorang ilmuwan Jepang, hewan di perairan dalam diduga dapat mendeteksi atau lebih sensitif terhadap pergerakan atau pergeseran kerak bumi.

"Mereka lebih sensitif dibandingkan dengan yang hidup di permukaan," tutur Mukhlis kepada Kompas.com, Kamis.

Adapun umumnya, spesies oarfish yang ditemukan di Jepang merupakan Regalecus russelii.

"Spesies ini sudah melegenda dan menjadi bagian rakyat Jepang, yang sepanjang waktu harus hidup berdamai dengan gempa bumi," kata dia.

Menurut Mukhlis, oarfish merupakan ikan laut dalam yang sangat jarang muncul ke permukaan.

Ikan ini merupakan ikan bertulang sejati atau bony fishes, dan disebut sebagai ikan bertulang sejati terpanjang di dunia.

"Yang pernah terdampar di Pantai Califormia, panjangnya hingga 4,3 meter," ujarnya.

Meski demikian, ukuran maksimum oarfish dapat mencapai 17 meter dengan berat hingga 600 kg untuk jenis giant oarfish atau Regalecus glesne.

Ciri lain dari makhluk laut dalam ini, antara lain pemakan plankton, tidak memiliki sisik, serta memproduksi lendir gelatin yang banyak atau tebal.

"Tidak agresif dan berbahaya," lanjut Mukhlis.

Fenomena kemunculan Ikan Oarfish sebagai penanda bencana memang sudah kerap kali beredar narasinya sejak lama.

Uniknya, beberapa waktu lalu kemunculan Ikan Oarfish bertepatan juga akhirnya dengan bencana gempa dahsyat di Jepang.

Seperti dikutip Tribun Jatim dari Tribun-Timur.com beberapa waktu lalu.

Kemunculan Ikan Oarfish ke permukaan laut disebut-sebut sebagai pertanda gempa hebat yang akan melanda.

Bukan pertama kalinya Ikan Oarfish meninggalkan habitat aslinya di dasar laut.

Sebelum gempa bumi dan tsunami yang melanda Tohoku, Jepang pada 2011, nelayan mengaku melihat sekitar 20 Ikan Oarfish yang terdampar di pantai.

Dalam bahasa Jepang, Ikan Oarfish dikenal dengan nama ryugu no tsukai yang berarti pembawa pesan dari dewa laut.

Melansir livescience.com yang mengutim Japan Times, nelayan Jepang mengaku melihat sejumlah Ikan Oarfish sebelum gempa bumi magnitudo 8,8 mengguncang Chile pada Maret 2010.

Dari artikel yang diterbitkan nationalgeographic.com, legenda Jepang mengatakan Ikan Oarfish yang terdampar di pantai merupakan pertanda gempa bumi.

Kiyoshi Wadatsumi, peneliti gempa bumi dari organisasi non-profit e-PISCO, dalam wawancaranya dnegan Japan Times, mengatakan, "ikan yang hidup di dasar laut lebih sensitif dengan pergerakan sesar daripada ikan yang hidup di permukaan laut."

Melansir Forbes.com, penelitian yang diterbitkan pada 1928 mengatakan tidak ada korelasi antara penemuan Ikan Oarfish dengan gempa bumi hebat.

"Hampir tidak dapat dikonfirmasi hubungan antara dua fenomena," kata seismologis Yoshiaki Orihara dan koleganya dalam jurnal Bulletin of the Seismological Society of America.

Namun, bila legenda Ikan Oarfish dikatakan benar maka munculnya ikan tersebut dapat berguna untuk menambah informasi mengenai mitigasi bencana.

Penelitian mengenai perilaku Ikan Oarfish termasuk sulit sebab habitat mereka yang berada di laut dalam.

Jarang sekali ikan oar menjelajah ke perairan dangkal sehingga mengetahui kebiasaan mereka cukup susah.

Ikan oar hidup di laut dengan kedalaman 200 meter di Pasifik Utara dan Samudera Hindia.

Ilmuwan percaya mereka bermigrasi ke Laut Jepang di Arus Tsushima.

Beberapa tim peneliti berhasil merekam video Ikan Oarfish yang hidup dalam beberapa tahun terakhir.

Orihara dan koleganya menemukan 336 penemuan Ikan Oarfish di Jepang pada rentang waktu November 1928 hingga Maret 2011.

Namun, pada 30 hari sebelum gempa bumi magnitudo 7,0, tidak ditemukan penemuan Ikan Oarfish.

Begitu pula yang terjadi ketika gempa bumi bermagnitudo 6,0 terjadi.

Tidak ditemukan penemuan ikan oar sepuluh hari sebelum gempa terjadi.

Penampilan Ikan Oarfish terlihat sedikit mengerikan dan aneh.

Ikan oar dapat tumbuh hingga 11 meter ada pula yang mengatakan mencapai 15 meter.

Bentuknya memanjang seperti pita.

Tubuhnya berwarna perak kebiruan.

Sirip di kepala dan badannya berwarna merah.

Ikan oar tidak berbahaya, ia hidup dengan cara memangsa plankton. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Ikan Oarfish Mendadak Muncul di Permukaan, Benarkah Tanda Bakal Gempa atau Tsunami? Ini Kata BMKG

Baca juga: Awalnya Sering Makan Nasi Panas dan Minuman Kemasan, Sarah Divonis Diabetes Gula 700 Mg/dl

Baca juga: Profil dan Jumlah Elly Toisuta, Ketua DPRD Ambon yang Anaknya Aniaya ABG hingga Tewas

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved