Warga Aceh Dianiaya Hingga Meninggal

LPSK Cari Keluarga Imam Masykur, Utus Tim Penelaah dan Permohonan: Kami Tawarkan Perlindungan

Ketua LPSK, Hasto Atmojo mengaku sudah mengutus Tim Penelaahan dan Permohonan untuk mendatangi keluarga Imam di Bireuen, Aceh.

|
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Eddy Fitriadi
Kolase Serambinews.com/ Dok Keluarga
Fauziah, ibu kandung Imam Masykur (25) memperlihatkan surat laporan polisi atas kematian putranya di rumah mereka di Desa Mon Keulayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Minggu (27/8/2023)(DOKUMENTASI KELUARGA) 

LPSK Cari Keluarga Imam Masykur, Utus Tim Penelaah dan Permohonan: Kami Tawarkan Perlindungan 

SERAMBINEWS.COM – Kasus meninggalnya Imam Masykur (25), warga Bireuen, Aceh yang dianiaya dan dibunuh oleh tiga oknum anggota TNI, salah satunya paspampres, tengah menjadi atensi publik.

Sejumlah anggota legislatif di tingkat daerah hingga tingkat pusat hingga lapisan masyarakat ikut mengecam tindakan oknum TNI tersebut.

Keluarga pun sangat terpukul dengan kepergian Imam Masykur.

Bagaimana tidak, komunikasi terakhir dengan Imam Masykur adalah permintaan uang Rp 50 juta.

Selepas itu, Imam Masykur tidak ada kabar dan keluarga mendapati informasi kalau dia telah meninggal dunia dianiaya dan dibunuh.

Karena itu, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) saat ini sedang berusaha mencari keluarga Imam Masykur.

Baca juga: Panglima TNI Diminta Bertemu Keluarga Imam Masykur, Jawaban Puspen TNI:Sampaikan Melalui Surat Resmi

Ketua LPSK, Hasto Atmojo mengaku sudah mengutus Tim Penelaahan dan Permohonan untuk mendatangi keluarga Imam di Bireuen, Aceh.

"Jadi saya sudah minta dari Tim Penelaahan Permohonan untuk melakukan upaya mendatangi keluarga korban," ujar Hasto saat dihubungi, Rabu (30/8/2023), dikutip dari Kompas.com.

"(Antara) hari ini atau besok kami ke sana (Aceh)," tambah dia.

Ia mengatakan, LPSK saat ini sedang mencari kontak keluarga Imam untuk menawarkan bantuan perlindungan.

Hasto mengimbau apabila masyarakat mempunyai kontak keluarga korban, supaya menghubungi LPSK.

"Kalau ada kontak keluarga korban terima kasih kalau bisa di-share ke saya, biar dikontak staf kami," jelas Hasto.

Diketahui, Imam Masykur meninggal dianiaya dan dibunuh oleh oknum TNI berinisial Praka RM (Riswandi Manik), Praka HS, dan Praka J.

Baca juga: Ternyata Segini Besaran Gaji Praka RM, Oknum Paspampres yang Tega Habisi Imam Masykur: Gak Cukup?

Saat ini ketiganya sudah ditahan di Pomdam Jaya.

Ketiga pelaku merupakan anggota aktif militer yang berbeda kesatuan.

Praka Riswandi Manik merupakan anggota Ta Walis 3/3/11 Ki C Walis Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan (Yonwalprotneg) Paspampres.

Sementara Praka HS adalah anggota Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat.

Sedangkan Praka J merupakan anggota TNI di Kodam Iskandar Muda Aceh.

 

Jeritan Tangis Ibunda Imam Masykur

Kepergian Imam Masykur diduga dianiaya oleh oknum Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berinisial Praka RM dan dua temanya, menyimpan duka mendalam bagi keluarga korban.

Imam Masykur meninggal dunia setelah diduga dianiya seorang oknum  TNI yang bertugas sebagai Paspampres bersama sejumlah orang lainnya.

Kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan korban ini terjadi di Jakarta pada Sabtu (12/8/2023).

Adapun korban Imam Masykur yang merupakan warga Gampong Mon Keulayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen meninggal dunia di RSPAD Jakarta Pusat.

Almarhum Imam Masykur yang diduga tewas dianiaya merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Masykur (57) dan Fauziah (47) warga Desa Mon Keulayu Gandapura, Bireuen.

Imam Masykur baru setahun ke Jakarta mencari kerja dan disana bersama keluarga sepupu, Said Sulaiman.

Jenazah Imam dibawa pulang dengan pesawat ke Medan dan dari Medan dibawa ke Bireuen dengan ambulans.

Jenazah Imam tiba di kampung sekitar pukul 19.00 WIB, Jumat (25/08/2023), selanjutnya dikebumikan beberapa saat kemudian di perkuburan keluarga.

Ditemui Serambinews.com, di rumah musibah Desa Mon Keulayu, kedua orang tuanya terlihat hanya duduk termenung dan sedih, beberapa warga juga masih di rumah duka.

Fauziah bahkan masih menyimpan kesedihan mendalam setelah putranya dikebumikan.

“Apa salah anak saya Pak Jokowi, sampai dibunuh oleh oknum pengawal Bapak?” terang Fauziah saat dihubungi oleh Kompas.com, Minggu (27/8/2023).

Dia mendesak, Presiden Joko Widodo memastikan kasus kematian anaknya diusut sampai tuntas.

“Kami minta keadilan dari presiden,” terang dia.

Fauziah meminta pelaku dihukum setimpal.

“Seberat-beratnya harus dihukum dia (pelaku). Agar jangan ada lagi korban lain seperti anak saya di negara ini,” terangnya.

 

Telepon Terakhir Sang Anak Ngaku Diculik Minta Tebusan Rp50 Juta

Fauziah bercerita, putranya tersebut merantau ke Jakarta sejak tahun lalu.

Di sana Imam berjualan kosmetik. Pada 12 Agustus 2023, kata Fauziah, putranya meneleponnya dan meminta uang Rp 50 juta.

Saat itu anaknya mengaku, uang itu akan diserahkan karena Imam diculik.

“Saya tidak tahu apa masalahya,” kata dia.

Selain mendengar suara sang anak melalui sambungan telepon, Fauziah juga mendengar suara lain dari terduga pelaku.

“Dia bilang, kalau sayang anak, kirim duit Rp 50 juta. Saya bilang, iya saya kirim. Jangan dipukul anak saya,” katanya.

Bahkan pelaku menyebutkan, jika uang tidak dikirim maka anaknya akan dibunuh dan mayatnya dibuang ke sungai.

Dirinya pun sudah berusaha mencari uang.

Namun, karena karena mengalami kesulitan ekonomi, tidak mudah bagi Fauziah mendapatkan uang Rp 50 juta.

 

Kabar duka

Pada 24 Agustus 2023, Fauziah mendapat informasi anaknya itu sudah meninggal di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Jenazah Imam kemudian diserahkan ke keluarga oleh Kodam Jayakarta untuk diberangkatkan ke Aceh. 

“Sampai anak saya meninggal saya tidak tahu salah anak saya apa,” katanya lirih.

Fauziah mengungkapkan, Imam meninggal saat kondisi perekonomiannya di perantauan mulai membaik.

Belakangan, sepengetahuannya, Imam membuka kios kosmetik sendiri.

“Empat bulan ini dia buka usaha di daerah Tangerang Selatan. Saya harap ini musibah terakhir untuk anak bangsa ini, cukup saya dan anak saya yang merasakan sakitnya,” katanya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved