Berita Internasional

American Public Health Association: Pirola, Varian Baru Covid19 Lebih Menular

Covid-19 varian baru ini mungkin lebih mampu menyebabkan infeksi pada orang yang sebelumnya pernah menderita Covid-19 atau yang telah menerima vaksin.

Editor: Taufik Hidayat

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Direktur Eksekutif American Public Health Association mengungkapkan bahwa varian baru Covid-19 BA 2.86 yang diberi nama Pirola, sedikit lebih menular tetapi "tampaknya tidak lebih parah".

“Sejauh ini, berbagai jenis strain yang kami lihat, meski beberapa di antaranya lebih menular dibandingkan yang lain, secara keseluruhan tidak lebih mematikan, meskipun terdapat banyak mutasi yang terjadi,” kata Georges Benjamin, Kamis (28/9/2023).

“Namun, ancaman terbesarnya adalah mereka semua menciptakan lebih banyak pelarian vaksin, yang berarti vaksin menjadi kurang efektif setiap kali terjadi salah satu dari perubahan besar ini (varian baru),” kata dia.

Benjamin mengatakan mereka memperkirakan akan terjadi “puncak penyakit pernapasan, termasuk Covid” pada orang-orang yang tinggal di Belahan Bumi Selatan pada musim dingin mendatang.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), “tes yang ada yang digunakan untuk mendeteksi dan obat yang digunakan untuk mengobati Covid-19 tampaknya efektif terhadap varian ini.”

BA.2.86 mungkin lebih mampu menyebabkan infeksi pada orang yang sebelumnya pernah menderita Covid-19 atau yang telah menerima vaksin Covid-19, ujar dia.

Karena masih rendahnya jumlah kasus hingga saat ini, gejala spesifik dari Pirola sendiri belum terdeteksi.

Namun, mual parah, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersin, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, dan perubahan indera penciuman diamati pada pasien yang terdeteksi variasi baru tersebut.

Kurangnya akses yang setara terhadap vaksin

Benjamin menggarisbawahi bahwa “kita tidak memiliki akses yang sama terhadap vaksin Covid-19,” yang merupakan “kegagalan sistem global kita.”

“Orang-orang menjadi lebih tertular karena mereka tidak mendapatkan vaksinasi sesuai kebutuhan,” tekan dia.

“Sekarang kita melihat adanya peningkatan infeksi. Jadi, orang-orang yang tidak menerima vaksinasi sama sekali mempunyai risiko besar untuk sakit parah dan ada pula yang meninggal sebelum waktunya,” ungkap dia.

“Jika Anda sudah mendapatkan vaksinasi lengkap, dalam banyak kasus Anda tidak akan benar-benar sakit,” tambah Benjamin.

Infeksi meningkat secara global, sehingga menimbulkan ancaman bagi komunitas yang rentan

Benjamin mengatakan infeksi meningkat di seluruh dunia, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah di negara-negara dengan sistem layanan kesehatan yang lemah dan tidak memiliki akses terhadap vaksin terbaru.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved