Hamas Serang Tel Aviv dengan Rentetan Roket, Balasan atas Serangan Israel di Kamp Pengungsi Gaza

Koresponden AFP melihat puluhan serangan udara selama 30 menit pada Kamis pagi ke arah kamp Al Shati dan di utara Jalur Gaza.

Editor: Faisal Zamzami
AHMAD GHARABLI / AFP
Orang-orang mencoba memadamkan api di mobil menyusul serangan roket dari Jalur Gaza di Ashkelon, Israel selatan, pada 7 Oktober 2023. Kelompok militan Palestina Hamas telah melancarkan "perang" melawan Israel, kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant, setelah rentetan roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel pada 7 Oktober. 

SERAMBINEWS.COM, TEL AVIV - Kelompok Hamas pada Kamis (12/10/2023) menembakkan rentatan roket ke Tel Aviv sebagai balasan Israel yang menyerang dua kamp pengungsi Gaza.

“Brigade Ezzedine Al Qassam menembakkan roket ke Tel Aviv sebagai respons terhadap (serangan Israel) yang menargetkan warga sipil di kamp Al Shati dan Jabalia,” kata Hamas, dikutip dari kantor berita AFP.

Koresponden AFP melihat puluhan serangan udara selama 30 menit pada Kamis pagi ke arah kamp Al Shati dan di utara Jalur Gaza.

“Pasukan pendudukan (Israel) melakukan pembantaian pagi ini di kamp Al Shati dan kamp Jabalia, menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka,” kata Iyad Al Buzum, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas, kepada AFP.

Wartawan AFP melihat enam bangunan hancur di kamp Al Shati.

 Israel terus menggempur Gaza dengan serangan udara, menewaskan puluhan orang, termasuk sembilan anak-anak di kota Khan Younis.

Selain itu, situasi di sana juga semakin pelik. Para pejabat di Gaza mengatakan daerah kantong tersebut menghadapi bencana kemanusiaan dengan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah tersebut dimatikan karena kekurangan bahan bakar.

Sementara itu, dilansir dari Al Jazeera, PM Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk menghancurkan Hamas, menyusul serangan mendadak kelompok bersenjata tersebut.

Dia juga mengumumkan pemerintahan persatuan darurat dengan pemimpin oposisi Benny Gantz.

Korban tewas di Gaza sejauh ini mencapai lebih dari 1.200 orang, sementara jumlah orang yang terbunuh di Israel mencapai 1.300 orang.

Baca juga: UPDATE Perang Israel-Hamas: Mayat Anak & Wanita Tertibun Puing, Mesir Tolak Koridor Keluar dari Gaza

Israel: Tidak Ada Bantuan Bagi Gaza Tanpa Pembebasan Sandera

Militer Israel mengaku "sedang menunggu untuk melihat apa yang diputuskan oleh para politisi," terkait rencana serangan darat ke Jalur Gaza, kata juru bicaranya, Richard Hecht, Kamis (12/10), "Kami menyiapkan manuver darat jika nanti diputuskan."

Lebih lanjut, militer juga "sedang menyusun langkah berikutnya," imbuhnya, setelah sebelumnya memobilisasi sekitar 300.000 tentara cadangan untuk berperang melawan Hamas.

Otoritas di Gaza mengatakan, serangan udara Israel telah menewaskan sekitar 1.300 orang dan melukai 5.000 lainnya, sebagian perempuan dan anak-anak.

 
Namun menurut Hecht, serangan Israel diarahkan terhadap pasukan elit Hamas "al-Nukhbah," yang menggalang aksi teror, Sabtu (7/10) silam. 

Dia mengklaim, anggota kelompok teroris Hamas saat ini masih berusaha menyusup ke Israel melalui laut.

Dalam serangan tersebut, Hamas membunuh 1.200 penduduk Israel yang kebanyakan merupakan warga sipil. Termasuk ke dalam sasaran teror adalah pemukiman penduduk dan sebuah festival musik elektronik.

Hamas dilaporkan masih menyandera sekitar 150 warga sipil Israel yang saat ini dikabarkan ditawan di Jalur Gaza.

Inisiatif negosiasi dari Turki

Nasib sandera yang ditahan Hamas kini sedang dinegosiasikan oleh sejumlah pihak, terutama Turki dan Palang Merah Internasional.

 Inisiatif tersebut diperintahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, kata seorang sumber di pemerintahan seperti dilansir kantor berita AFP.

"Mereka sedang menegosiasikan pembebasan sandera," kata dia.

Upaya serupa dilancarkan Komite Internasional Parang Merah (ICRC) yang berusaha memediasi antara Hamas dan Israel.

"Sebagai penengah yang netral, kami siap melakukan kunjungan humaniter, memfasilitasi komunikasi antara sandera dan anggota keluarga dan mengakomodasi setiap pembebasan nantinya," kata Fabritio Carboni, Direktur Timur Tengah di ICRC dalam sebuah pernyataan pers.

ICRC mendesak "kedua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil."

Menurut Carboni, perang antara Hamas dan Israel telah mengorbankan warga sipil. "Derita kemanusiaan yang muncul dari eskalasi ini sangat mengerikan," kata dia.

Sikap nonkompromi

Kegentingan bertambah ketika Israel menghentikan pasokan energi dan air minum ke Jalur Gaza. Pada Rabu (11/10), otoritas lokal mengaku hanya punya cadangan bahan bakar untuk beberapa jam.

Menurut ICRC, terputusnya aliran listrik akan berakibat fatal. Hal ini "berisiko bagi bayi di dalam inkubator atau pasien manula yang bergantung pada tabung oksigen. Prosedur cuci darah terhenti dan foto X-Ray tidak bisa dibuat," tulis Carboni.

"Tanpa listrik, rumah sakit akan berubah menjadi kamar mayat," pungkasnya.

Namun begitu, Menteri Energi Israel, Israel Katz, bersikeras mempertahankan blokade terhadap Gaza sampai semua sandera dibebaskan.

"Bantuan kemanusiaan buat Gaza? Tidak sekalipun tombol listrik akan dinyalakan, tidak satupun hidran air akan dibuka dan tidak akan ada truk bahan bakar yang memasuki Gaza sampai semua sandera Israel pulang ke rumah," tulisnya dalam paltform X (dulu Twitter).

"Perikemanusiaan akan dijawab dengan perikemanusiaan. Dan tidak seorangpun berhak mengajari kami soal moral."

Baca juga: Ini Peran Mantan & Pejabat BPKD Lhokseumawe yang Sudah Ditetapkan Tersangka Korupsi Upah Pungut PPJ

Baca juga: KPK: Uang Rp 13,9 Miliar yang Dinikmati SYL Beda dari Rp 30 Miliar yang Disita di Rumah Dinas

Baca juga: Misteri Pasangan Suami Istri Tewas Berpelukan di Klaten, Sampel Makanan Diperiksa

 

Sudah tayang di Kompas.com: Hamas Balas Serang Tel Aviv di Israel dengan Rentetan Roket

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved