Konflik Israel Vs Palestina

Gaza Hancur Dibombardir Israel: "Jika Genset Mati, Rumah Sakit di Gaza Akan Jadi Kuburan Massal"

Seiring semakin hancurnya wilayah Jalur Gaza akibat serangan udara Israel, suasana penuh kekacauan terjadi di dalam Rumah Sakit Al-Shifa

Editor: Faisal Zamzami
AFP via BBC INDONESIA
Warga Palestina mengungsi setelah Israel menggempur Masjid Sousi di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. 

SERAMBINEWS.COM, JALUR GAZA - Seiring semakin hancurnya wilayah Jalur Gaza akibat serangan udara Israel, suasana penuh kekacauan di dalam Rumah Sakit Al-Shifa menjadi pengingat yang suram akan situasi di sana.

Fasilitas kesehatan yang kini menjadi suaka di tengah reruntuhan kota itu sedang bergulat menghadapi krisis yang mengancam, yaitu pemadaman listrik yang bisa merenggut banyak nyawa.

Kepala Departemen Neonatal RS Al-Shifa, Nasser Bulbul, menggambarkan dengan tajam situasi itu.

“Jika terjadi pemadaman listrik, bencana akan terjadi dalam waktu lima menit,” ujarnya, Kamis (12/10/2023).

Nasser Bulbul, menjelaskan bahwa sebagian besar kasus di unit neonatal bergantung pada aliran listrik dan sebagian besar dari mereka bergantung pada sistem pernapasan buatan.

Serangan tak berkesudahan ke Jalur Gaza meninggalkan jejak kehancuran. 

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas di Jalur Gaza telah melampaui 1.417 orang.

Jumlah mengenaskan itu mencakup perempuan, anak-anak, wartawan, petugas medis hingga pegawai PBB.

Serangan Israel sendiri dilakukan setelah kelompok Hamas meluncurkan serangan mendadak ke Israel pada Sabtu (7/10/2023).

Gawatnya situasi di Jalur Gaza terlihat jelas, di mana fasilitas kesehatan hanya mampu beroperasi hingga tiga atau empat hari ke depan dengan bahan bakar yang masih tersisa, kata para pejabat.

Direktur jenderal Kompleks Kedokteran Al-Shifa, Mohammad Abu Silmiya, mengatakan, “Jika genset mati, rumah sakit ini akan menjadi kuburan massal”.

Ia mengatakan bahwa lebih dari 120 pasien luka terhubung pada mesin ventilator.

Sementara, ada 1.000 pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) dan 50 bayi prematur dalam inkubator.

"(Jika krisis berlajut) Semua pasien ini pasti meninggal,” tambah Silmiya.

Baca juga: Militer Israel Perintahkan Semua Penduduk Kota Gaza Tinggalkan Rumah, Bakal Dibombardir?

PBB: 423.378 Warga Gaza Mengungsi, 2.835 Unit Tempat Tinggal Hancur

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, lebih dari 423.000 orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza.

Ini terjadi setelah pengeboman besar-besaran oleh Israel sebagai pembalasan atas serangan Hamas.

"Pada Kamis (12/10/2023) malam, jumlah pengungsi di Gaza meningkat dari 84.444 orang menjadi 423.378 orang," ungkap OCHA dalam sebuah pernyataan pada Jumat (13/10/2023), dikutip dari AFP.

Pengumuman ini muncul ketika Israel terus menggempur Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan mendadak pada Sabtu (7/10/2023).

Kelompok Hamas telah menyerbu kota-kota kecil, kibbutzim dan sebuah festival musik di padang pasir, menewaskan lebih dari 1.300 orang dan dilaporkan menyandera sekitar 150 orang di Gaza.

Israel membalas dengan menghujani Jalur Gaza dengan serangan udara dan artileri, meratakan bangunan-bangunan dan menewaskan lebih dari 1.500 orang.

Israel juga telah mempersiapkan kemungkinan invasi darat ke wilayah Palestina.

"Pengeboman berat Israel, dari udara, laut dan darat, terus berlanjut hampir tanpa henti. Beberapa bangunan tempat tinggal di daerah padat penduduk telah menjadi sasaran dan dihancurkan selama 24 jam terakhir," kata OCHA dalam laporan terbarunya.

Dikatakan, lebih dari 270.000 orang atau dua pertiga dari jumlah pengungsi telah mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola oleh badan PBB yang membantu para pengungsi Palestina, UNRWA.

Hampir 27.000 orang lainnya mengungsi ke sekolah-sekolah yang dikelola oleh Otoritas Palestina, sementara lebih dari 153.000 orang mencari tempat berlindung di rumah kerabat, tetangga, dan fasilitas umum lainnya.

OCHA mengatakan, sekitar 3.000 orang telah mengungsi di daerah kantong tersebut sebelum serangan hari Sabtu.

Mengutip informasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perubahan Gaza, OCHA melaporkan, kampanye pengeboman telah menghancurkan 752 bangunan tempat tinggal dan non-perumahan, yang terdiri dari 2.835 unit tempat tinggal.

Sementara, disebut hampir 1.800 unit rumah lainnya telah rusak tak dapat diperbaiki dan tidak dapat dihuni.

Badan PBB tersebut juga menyuarakan keprihatinannya atas kerusakan infrastruktur sipil yang cukup signifikan akibat penembakan.

Sedikitnya 90 fasilitas pendidikan, termasuk 20 sekolah UNRWA dan 70 sekolah yang dikelola oleh Otoritas Palestina, juga telah dihantam dan rusak, dengan salah satu sekolah hancur total.

"Sebanyak 11 masjid menjadi sasaran dan hancur, sementara tujuh gereja dan masjid mengalami kerusakan," kata OCHA.

Menurut mereka, fasilitas air dan sanitasi juga menjadi sasaran.

OCHA menambahkan, sejak permusuhan dimulai, enam sumur air, tiga stasiun pompa air, satu penampungan air, dan satu pabrik desalinasi yang melayani lebih dari 1.100.000 orang rusak akibat serangan udara.

Baca juga: Libatkan 100 Personel, Polres Pijay Bentuk Polisi Rukun Warga

Baca juga: Militer Israel Perintahkan Semua Penduduk Kota Gaza Tinggalkan Rumah, Bakal Dibombardir?

Baca juga: Azmi: Warga Kami Ajak Perlakukan Jemaah Muzakarah Ulama Asia Tenggara Serasa di Kampung Sendiri

 

Sudah tayang di Kompas.com: "Jika Genset Mati, Rumah Sakit di Gaza Akan Jadi Kuburan Massal"

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved