Breaking News

RS Indonesia di Gaza Tampung 2 Ribu Pasien, Relawan: 800 Mati Syahid, Amal Jariyah untuk Rakyat Aceh

Relawan kemanusiaan Gaza yang juga Site Manger RS Indonesia di Gaza kepada Serambinews.com mengatakan saat ini RS Indonesia menjadi rumah sakit utama.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Ansari Hasyim
DOK MER-C
Suasana ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Teungku Chik Ditiro Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, beberapa hari lalu. 

Beberapa ruangan alhamdulillah kita beri nama pahlawan Aceh yaitu Cut Nyak Dhien dan Teungku Chik di Tiro, kita buatkan seperti itu, di bawahnya sumbangan dari masyrakat Aceh, itu yg cukup luar biasa," imbuh Nur Ikhwan yang juga sebagai relawan MER-C.

Mewakili masyarakat Palestina, Nur Ikhwan mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh rakyat Aceh dan Indonesia yang telah memberikan sumbangan yang begitu besar untuk warga Palestina. 

Ir Nur Ikhwan Abadi, mantan tawanan tentara Israel yang tergabung dalam armada kemanusiaan Freedom Flotilla kapal Mavi Marmara 2010.
Ir Nur Ikhwan Abadi, mantan tawanan tentara Israel yang tergabung dalam armada kemanusiaan Freedom Flotilla kapal Mavi Marmara 2010. (SERAMBINEWS.COM)

Ia berharap, semoga dengan sumbangan yang berkah ini, kelak menjadi amal jariyah yang terus mengalir.  

"Kami mewakili teman-teman rakyat Gaza mengucapkan termima kasih yang sebesar-besarnya kepada rakyat Aceh yang memberikan sumbangan begitu besar untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina, InsyaAllah pahalanya akan terus mengalir," tambahnya.

Baca juga: Hamas Bersedia Lepas Tawanan Nonmiliter ke Iran, Menukar dengan Tahanan Sipil Palestina 

Kondisi RS Palestina saat Ini 

Sementara itu, Nur Ikhwan juga membeberkan kondisi terkini di rumah sakit di Palestina.

Dia mengatakan saat ini rumah penduduk di sekitar rumah sakit Indonesia di Gaza sudah hancur lebur rata dengan tanah terkena serangan Israel.

Bangunan RS Indonesia kini menjadi bangunan satu-satunya yang tersisa di jalur Gaza, disamping dikhawatirkan akan menjadi sasaran selanjutnya, mengingat baru-baru ini di sekitar rumah sakit Indonesia kembali menerima serangan bom Israel.

"Di awal-awal sempat diserang, mobil operasoional kita hancur karena pas bom itu jatuh di atas mobil itu. Satu orang relawan lokal kita syahid dan ada beberapa orang yang luka-luka di situ," kata dia.

RS Indonesia di Gaza yang berada hanya 2,5 KM dari perbatasan, saat ini menjadi tempat pengungsian terakhir masyarakat Gaza dan menjadi benteng terakhir di jalur tersebut.

"Saat ini hanya RS Indonesia yang tersisa dan menjadi tempat benteng terakhir," timpalnya.

Sementara itu, RS Indonesia saat ini juga tengah mengalami krisis aliran listrik usai pemutusan listrik secara masal.

Sebagai solusi, pihak relawan di sana hanya mengandalkan solar untuk menghidupi genset meskipun katanya sangat sulit dan bertaruh nyawa untuk mendapatkannya.

"Kami kemarin cari solar untuk isi ganset tapi agak kesulitan karena untuk angkut solar dari lokasi pembelian ke lokasi RS itu taruhannya nyawa, krn di tengah jalan itu kalau situasi perang begini, Israel akan menyerang tanpa pilih pandang bulu," ujarnya.

Jadi sampai sekarang RS Indonesia masih kekurangan bahan bakar dan beberapa pasien dirawat tanpa menggunakan listrik.

Meski begitu, pihak relawan sebelumnya menyiapkan instalasi listrik tenaga surya sebagai pilihan darurat.

Namun ini hanya bisa memenuhi kebutuhan sebagian kamar di rumah sakit.

"Tapi hanya bisa digunakan untuk setengah RS itu, jadi hanya ruang ruang tertentu saja yang hanya bisa menggunakan listrik," pungkasnya.

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved