Perang Gaza

Kisah Abu Saher, Lelaki yang Mengkafani Jenazah di Gaza, Menangis Setiap Melihat Tubuh Anak-anak

Saya belum pernah mengalami masa sulit seperti ini dalam hidup saya,” kata al-Maghari sambil menyeka air mata dari janggut putihnya

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/al jazeera
Abu Saher al-Maghari, yang telah mengkafani jenazah di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa selama 15 tahun, mengatakan dia belum pernah melihat luka seperti yang dia lihat sekarang 

SERAMBINEWS.COM - Di dalam ruangan sempit kecil dengan ubin putih, seorang pria bekerja dengan rajin setiap hari, berdiri berjam-jam di atas pijakan yang ditinggikan dengan kain putih digantung di pagar.

Selama lebih dari sebulan, Abu Saher al-Maghari berdiri di depan pijakan ini, dengan lembut merawat jenazah yang tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah.

Pria berusia 53 tahun yang berpenampilan tenang ini telah 15 tahun mengkafani jenazah di rumah sakit ini. Namun sejak serangan Israel di Jalur Gaza dimulai pada tanggal 7 Oktober, al-Maghari telah menyaksikan gelombang besar jenazah, banyak dari mereka dimutilasi (terpotong).

Baca juga: VIDEO Arab Saudi Akhirnya Buka Suara, Desak Amerika dan Israel Hentikan Perang di Gaza

Ketika ditanya tentang mayat yang dilihatnya, al-Maghari mulai menangis.

“Saya belum pernah mengalami masa sulit seperti ini dalam hidup saya,” kata al-Maghari sambil menyeka air mata dari janggut putihnya dikutip Serambinews.com dari jaringan berita Al Jazeera.

Abu Saher al-Maghari memgkafani jenazah yang tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah
Abu Saher al-Maghari memgkafani jenazah yang tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah (SERAMBINEWS/al jazeera)

“Selama bertahun-tahun bekerja, saya selalu menyembunyikan 30 hingga maksimum 50 kematian alami setiap hari, dan dalam kasus eskalasi militer Israel sebelumnya, jumlahnya mungkin mencapai sekitar 60,” kenangnya.

Kini, ia mengkafani sekitar 100 jenazah, dan terkadang jumlahnya bisa bertambah hingga 200, tergantung pada intensitas pemboman dan wilayah yang menjadi sasaran pesawat tempur Israel.

“Sebagian besar jenazah tiba di rumah sakit dalam kondisi sangat buruk,” kata al-Maghari. “Anggota tubuh robek, memar parah dan luka dalam di sekujur tubuh. Saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.”

‘Hatiku hancur melihat anggota badan anak-anak yang robek’

Jumlah terbesar korban yang diterimanya adalah anak-anak dan perempuan, dan sifat luka serta luka yang mereka alami masih asing baginya.

“Yang paling menyedihkan bagi saya adalah menyelubungi anak-anak,” kata al-Maghari. “Hati saya hancur saat saya mengumpulkan anggota badan anak-anak yang terkoyak dan memasukkannya ke dalam satu kain kafan. Apa yang telah mereka lakukan?”

Selama 34 hari terakhir, lebih dari 10.800 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza.

Jumlah ini mencakup lebih dari 4.400 anak-anak dan 2.900 perempuan, sehingga Sekretaris Jenderal PBB menggambarkan Gaza sebagai “kuburan” bagi anak-anak.

Menurut Mohammed al-Hajj, juru bicara rumah sakit, setidaknya 2.476 jenazah warga Palestina telah tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa sejak awal perang di Gaza.

MBS: Israel Harus Bertanggung Jawab atas Kejahatan di Gaza

Rumah sakit tersebut memiliki kapasitas 200 tempat tidur untuk pasien sebelum perang tetapi terpaksa menambah kapasitas karena lebih dari 5.300 orang terluka yang telah tiba di rumah sakit selama sebulan terakhir, kata al-Hajj.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved