Opini

Konflik Identitas di Aceh: Dari Kekecewaan Menuju Separatisme

Dalam mengakhiri pembahasan tentang konflik identitas di Aceh, kita dapat merenung pada perjalanan panjang dari kekecewaan menuju semangat separatisme

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Potongan senjata api bekas konflik Aceh yang dipajang di Ruang Memorial Perdamaian Aceh di Kantor Badan Kesbangpol dan Linmas Aceh, Banda Aceh, Sabtu (8/8). Ruang Memorial Perdamaian Aceh sebagai ruang pameran sejarah konflik dan perdamaian Aceh yang memajang berupa foto, video, film buku-buku, hasil penelitian dan artefak di masa konflik. SERAMBI/BUDI FATRIA 

Dalam mengakhiri pembahasan tentang konflik identitas di Aceh, kita dapat merenung pada perjalanan panjang dari kekecewaan menuju semangat separatisme yang pernah melanda provinsi ini..

Harus diakui bahwa kekecewaan tersebut berasal dari ketidaksetaraan pembangunan dan kebijakan pemerintah yang tidak selalu memihak Aceh. Dalam menyongsong masa depan, harapan terbesar adalah adanya upaya bersama untuk membangun persatuan yang kokoh di Aceh.

Masyarakat Aceh juga memiliki peran penting dalam proses rekonsiliasi ini. Dengan membuka dialog terbuka, memahami perbedaan, dan merangkul kesatuan dalam keberagaman, Aceh. Dalam kesimpulan, konflik identitas di Aceh mencerminkan dinamika yang kompleks antara kekecewaan masyarakat, ketidaksetaraan ekonomi, dan perbedaan budaya-agama.

Meskipun perjalanan ini mencapai puncaknya dengan gerakan separatisme, upaya pemulihan pasca-konflik dan pemberian otonomi membawa harapan baru bagi perdamaian dan kemajuan di Aceh.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved