Pengungsi Rohingya Terang-terangan Ngaku Ingin Tinggal di Indonesia

Pengungsi Rohingya secara terang-terangan mengakui ingin tinggal di Indonesia saat mendarat di wilayah pesisir pantai Ie Meulee, Sabang, Aceh.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Faisal Zamzami
For Serambinews.com
Pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh secara terang-terangan mengaku ingin tinggal di Indonesia. 

SERAMBINEWS.COM - Pengungsi Rohingya secara terang-terangan mengaku ingin tinggal di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh salah seorang pengungsi Rohingya yang mendarat di wilayah pesisir pantai Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Aceh pada Sabtu (2/12/2023).

"Insya Allah kami akan tinggal di sini," kata Deli Warsa salah seorang mengungsi dikutip dari TikTok @hotlisimanjuntak, Rabu (6/12/2023).

Baca juga: Ketua MPU: Pemerintah Pusat Jangan Abai pada Masyarakat Aceh soal Rohingya

Baca juga: Ketua MPU Aceh: Penolakan Rohingya Bukan Murni dari Masyarakat Aceh, Kita Wajib Bantu 3 Hari

Diketahui akhir tahun ini Aceh kebanjiran pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kamp di Cox's Bazar, Bangladesh.

Beberapa kabupaten/kota yang menjadi tempat pendaratan pengungsi Rohingya di Aceh seperti Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Sabang.

Ketua MPU Aceh Minta Pusat Jangan Abai

Sementara Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali mengatakan, pemerintah pusat jangan abai terhadap apa yang menimpa masyarakat Aceh.

Hal itu terkait provinsi paling ujung barat Indonesia ini yang tak henti-hentinya kebanjiran pengungsi etnis Rohingya.

Sebab menurutnya selama ini pemerintah pusat telah abai soal human trafficking (perdagangan manusia) pengungsi Rohingya, sehingga berimbas ke masyarakat Aceh.

"Penting kita dorong ini pemerintah pusat, jangan abai atau tidak peduli terhadap apa yang menimpa masyarakat Aceh dalam rangka memberikan bantuan kepada Rohingya," kata Faisal Ali dalam program Serambi Spotlight dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di Studio Serambinews.com, Rabu (22/11/2023).

Baca juga: Pengungsi Rohingya Terus Bertambah di Aceh, Mahfud MD: Dia Enggak Mau Keluar Lagi dari Indonesia

Ketua MPU ACeh itu bercerita, dulu pihaknya pernah membicarakan persoalan ini ke Pemerintah Aceh masa Gubernur Nova Iriansyah agar dicarikan solusi.

Kemudian Pemerintah Aceh telah bersurat ke pemerintah pusat karena persoalan ini berurusan dengan warga negara asing, bukan tanggung jawab Pemda.

"Orang Aceh sudah sangat peduli selama ini, bahkan dulu kita kumpul beras kita antar. Luar biasa masyarakat kita," ungkap ulama yang akrab disapa Lem Faisal itu.

"Makanya kalau ada penolakan ini bukan murni, karena masyarakat kita tetap peduli dan empati walau dengan hal-hal kecil," tambahnya.

Penolakan Rohingya Bukan Murni dari Masyarakat Aceh

Ketua MPU Aceh itu juga menyebut, penolakan etnis Rohingya yang terdampar bukan murni dari masyarakat Aceh.

Dia bercerita, sejak dulu masyarakat Aceh sangat berempati pada pengungsi Rohingya dan berusaha memberikan bantuan sebisa mungkin.

Meski demikian, pihaknya kini menyesalkan soal penolakan kapal etnis Rohingya di beberapa tempat di Aceh dalam beberapa hari ini.

"Dan ini sangat kita sesalkan karena penolakan ini hasil pendalaman kami tidak murni datang dari masyarakat," kata Lem Faisal.

"Ada semacam provokasi dari pihak tertentu yang membuat masyarakat melakukan penolakan dan penolakan ini bukan jiwa masyarakat Aceh," tambahnya.

Sebab menurutnya, peribahasa "peumulia jamee adat geutanyoe" sudah menjadi budaya bagi masyarakat Aceh sejak bertahun-tahun.

Sementara mengenai isu para pengungsi Rohingya yang terkesan jorok dan hal-hal negatif lainnya, menurut Ketua MPU Aceh itu mesti dimaklumi karena faktor psikologis mereka.

Dia sendiri pernah berkunjung ke kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh yang serba kekurangan fasilitas seperti mandi dan sebagainya selama bertahun-tahun.

Menurut Ketua MPU itu, hal-hal seperti ini tidak boleh menjadi alasan menolak warga etnis Rohingya ke Aceh.

"Karena ajaran agama kita bahwa tiga hari kita diwajibkan untuk memberikan bantuan, makanan dan obat-obatan dan sebagainya," ungkap Lem Faisal.

"Setelah tiga hari itu tidak lagi berkewajiban tapi masuk dalam kategori sunnah," pungkasnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved