Pojok UMKM
Si Cantik dari Lamlhom Makmur dengan Kue Tradisional
Lamlhom terkenal sebagai salah satu tempat yang secara turun-temurun melahirkan pelaku usaha mikro kue tradisional Aceh. Pemilik hajatan pesta perkawi
SERAMBINEWS.COM, ACEH BESAR - Lamlhom terkenal sebagai salah satu tempat yang secara turun-temurun melahirkan pelaku usaha mikro kue tradisional Aceh. Pemilik hajatan pesta perkawinan kerap mendatangi Lamlhom untuk memesan aneka kue tradisional untuk rangkaian menyemarakkan pesta.
Faridah (56) dan Nurul Akmalia (30) adalah dua sosok perempuan gigeh (rajin, telaten) di Lamlhom yang mewarisi aneka kue tradisional Aceh. Keduanya melestarikan kebiasaan indatu (leluhur) dalam membuat kue tradisional.
Faridah dan Akmalia kebetulan tidak memiliki suami lagi. Pasangan hidup Faridah meninggal tahun 2004, sebelum musibah gempa dan tsunami. Sementara suami Akmalia meninggal tahun 2022. Kedua perempuan ini sama-sama memiliki tanggungan tiga anak.

Status janda tidak menyurutkan dua perempuan ini dalam mencari nafkah. Demi mengasapi dapur dan menyokolahkan anak-anak, kedua perempuan cantik dari Lamlhom ini meneruskan tradisi produksi kue tradisional di rumah masing-masing.
“Saya dan Ibu Faridah berasal dari desa yang sama, Meunasah Beutong Lamlhom. Tidak ada perasaan bersaing. Justru kami menjadi mitra usaha di kampung,” ujar Akmalia kepada Aswar R Paya dalam Bimtek Usaha Kuliner yang digelar Diskop UKM Aceh di Hotel Hip Hope Banda Aceh, Selasa (5/12/2023).
Faridah dan Akmalia memiliki pelanggan dari Aceh Besar, Banda Aceh hingga Aceh Barat. Pesanan yang paling laris adalah meuseukat, dodol, bhoi dan keukarah. “Rata-rata, dalam satu hari laku 3 – 5 talam. Harga per talam Rp 300 ribu,” ujar Faridah sambil menyebut keuntungan brutto per talam adalah Rp 75 ribu.
Faridah telah menjalankan usaha ini sejak tahun 2000. Sementara Akmalia memulainya sejak tahun 2020, meneruskan pekerjaan ibunya. “Selain kami berdua, di Lamlhom masih banyak pelaku usaha kue tradisional. Kami berharap Lamlhom dibina dan ditetapkan sebagai sentra kuliner tradisional Aceh,” pinta Akmalia, perempuan cantik yang akrab disapa Shinta.
Usaha milik Faridah dan Akmalia telah memenuhi standar kesehatan dan kehalalan. “Usaha kami telah memiliki sertifikat halal. Bahan baku dan proses pembuatannya sesuai kaidah syariah, terjamin halal,” sambung Shinta sambil memperlihatkan sertifikat halal dari MPU Aceh.
Selain menerima kue pesanan, Faridah dan Akmalia juga memproduksi kue kering lain termasuk dalam bentuk terbaru untuk dipasarkan di Lampisang. “Kami juga memproduksi dodol ketela, dodol putih dan halua breuh dalam berbagai bentuk,” ujar Shinta yang memiliki 3 orang karyawan.
Usaha milik Faridah bermerek “Faridah”. Sementara usaha milik Akmalia bermerek “Shinta”, sesuai nama panggilannya. Faridah dapat dihubungi di WA: 081283444484. Sementara Akmalia dapat dikontak di WA: 082360778285. (*)
Kisah Owner Madu Hutan Lusera Gusma Gemayu: Pernah Ditolak, Kini Omzet Capai Belasan Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kisah Rintis Keumamah Cutkak di Sabang, Beromzet hingga Rp 25 Juta dan Siap Tembus Pasar Luar Negeri |
![]() |
---|
Perjalanan Terasi Awaina di Langsa, Berdiri Tahun 1950-an, Hasilkan Omzet hingga Rp 12 Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kisah Owner Kj Ratna di Aceh Timur, Buka Usaha Fashion hingga Omzet Capai Rp 30 Juta/Bulan |
![]() |
---|
Rani Rintis Usaha Dessert di Tengah Kesulitan Ekonomi, Kini Punya Omzet hingga Rp 45 Juta/Bulan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.