Berita Kutaraja
Balada Imigran Rohingya, Lari dari Kamp Bangladesh Ditolak Sana-sini di Aceh, Kini Tunggu Penempatan
“Kita nggak tau lagi mau taruk mereka ke mana. Karena ini Kantor Gubernur makanya diletakkan di sini. Tempat lain karena warga menolak,” kata Relawan.
Penulis: Indra Wijaya | Editor: Saifullah
Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sebanyak 137 pengungsi dari etnis Rohingya masih terkatung-katung di Banda Aceh, menanti harapan mau ditempatkan di mana.
Pasalnya, pasca mendarat di Pantai Blang Ulam, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar Minggu (10/12/2023) pagi, mereka sudah dua kali mendapat penolakan dari masyarakat.
Di mana warga Lamreh di sana menolak kehadiran pengungsi asal Myanmar tersebut.
Pengungsi yang didominasi anak-anak dan wanita itu diberikan waktu hingga sore hari untuk segera dipindahkan.
Tidak mendapat titik temu akan ditempatkan di mana, kemudian para pengungsi itu dengan menggunakan empat unit truk yang dibantu oleh relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan pengawalan aparat kepolisian, diantar ke Kantor Gubernur Aceh.
Mereka sempat beristirahat tepat di halaman Kantor Gubernur tersebut.
Imigran Rohingya itu diantar ke sana sekitar pukul 20.30 WIB.
Kemudian dari Kantor Gubernur mendapat titik temu bahwa para pengungsi itu dipindahkan ke lokasi Bumi Perkemahan (Scout Camp) di Saree, Aceh Besar.
Dengan harapan para pengungsi itu dapat segera beristirahat di sana.
Tapi, ketika tiba di Scout Camp Saree, para pengungsi itu sudah ditunggu oleh masyarakat yang sudah bersiap melakukan penolakan.
Bahkan, tidak sedikit kendaraan roda dua yang melakukan penghadangan.
Mereka tersulut emosi untuk mendesak agar pengungsi tersebut tidak ditempatkan di Saree.
Puluhan sepeda motor menghadang mobil yang mengangkut para pengungsi tersebut.
Suara klakson motor memecah keheningan malam yang sudah masuk dini hari itu.
“Balik-balik, jangan antar ke sini,” ucap warga.
Mereka dihadang dan ditutup dengan mobil warga.
Untuk mengantisipasi timbulnya bentrok dari warga dan menghindari terjadi perusakan fasilitas, kemudian para pengungsi tersebut kembali diantar ke Kantor Gubernur Aceh, sekira pukul 02.00 WIB.
“Kita nggak tau lagi mau taruk mereka ke mana. Karena ini Kantor Gubernur makanya diletakkan di sini. Tempat lain karena warga menolak,” kata Relawan RAPI Kota Banda Aceh, Yan Fahrulrazi saat ditanyai Serambinews.com, Senin (11/12/2023).
Dia mengatakan, para relawan sudah berjibaku melakukan bantuan kemanusiaan sejak Minggu kemarin.
Para pengungsi saat dini hari itu, sempat beristirahat di depan gerbang Kantor Gubernur Aceh, yang kemudian ketika fajar menyingsing, mereka dipindahkan ke samping kantor tersebut.
Kedatangan pengungsi tersebut yang ditempatkan di depan Kantor Gubernur menjadi pusat perhatian masyarakat yang melintas.
Kata Fahrul, mereka juga melakukan penggalangan dana dari masyarakat yang mampir melihat keadaan pengungsi tersebut.
Uang itu nantinya digunakan untuk membeli bahan makanan bagi para pengungsi.
Meski begitu. ia juga menyayangkan sikap UNHCR yang hingga kini masih belum terlihat di lokasi.
Pasalnya, mereka hanya bisa melakukan pertolongan berupa mengakomodir bantuan makanan saja.
Namun, untuk penempatan Rohingya tersebut. sepenuhnya kewenangan UNHCR dan Pemprov Aceh.
“Pihak dari UNHCR masih belum tahu ke mana. Kita masih menunggu prosesnya. Ini masih simpang siur, tidak tahu mau diletakkan ke mana,” pungkasnya.
Sejak 14 November, jumlah kedatangan pengungsi Rohingya terus melonjak.
Tercatat, sekitar 1.200 orang lebih pengungsi Rohingya tiba di Aceh.
Mereka mendarat di beberapa titik, seperti Pidie, Bireuen, Aceh Timur, Sabang, dan terakhir Aceh Besar.
Kini para pengungsi yang sebelumnya ditempatkan di depan Kantor Gubernur Aceh, sudah dipindahkan ke UPTD Rumoh Sejahtera, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Senin (11/12/2023).
Terancam di Kamp Bangladesh
Muhammad Along, salah seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu mengaku, mereka membayar 20 ribu Saka (mata uang Bangladesh), agar bisa keluar dari kamp pengungsian Kutu Palong, Cox’s Bazar, Bangladesh.
Mereka menempuh waktu selama satu bulan di lautan hingga bisa mendarat ke Aceh.
Ia bersama dua anak yang masih berumur sekitar tiga tahun itu terluntang-lantung di lautan.
Tidak ada tujuan khusus mereka ingin kemana.
Terpenting, kata dia, mereka bisa keluar dari kamp pengungsian di Bangladesh.
“Kami di sana susah. Kalau keluar ditembak oleh pihak keamanan Bangladesh. Kalau saya yang penting bisa keluar, baik itu Indonesia, Malaysia, maupun Thailand,” katanya.
Dia mengatakan, tiap malam saat di kamp mereka tidak bisa tidur. Mereka tidak merasa aman.
Pasalnya, tiap malam terjadi sweeping oleh aparat setempat masuk ke kamp mereka.
Bahkan, hampir setiap malam terjadi penembakan terhadap etnis Rohingya.
“Disana tidak ada aman, rumah dibakar, kami laki-laki tiap malam harus berjaga. Polisi masuk bawa tempat,” ujarnya.
Tiap malamnya, dua hingga tiga orang meninggal dunia akibat terkena tembakan.
Mereka masuk ke dalam kamp menggunakan senjata api.(*)
Rohingya
etnis Rohingya
Imigran Rohingya
balada imigran Rohingya
Kamp Bangladesh
Banda Aceh
Serambi Indonesia
Serambinews.com
Panjat Tebing Aceh Sumbang Empat Medali |
![]() |
---|
Tindak Lanjut Instruksi Gubernur, Dishub Imbau Sopir Stop Saat Waktu Shalat |
![]() |
---|
Dipicu Perusakan Kaca Mobil, Massa di Malaysia Keroyok & Cekik Warga Aceh hingga Tewas |
![]() |
---|
Prajurit Kodam IM ‘Sampoh Meunasah’ Gampong Lampaseh Banda Aceh |
![]() |
---|
Gawat! 34 Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Beredar, Sudah Ditarik BPOM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.