Breaking News

Kilas Balik Tsunami Aceh 2004

Mengenang 19 Tahun Tsunami Aceh 2004 – Penantian Seorang Ayah di Depan Masjid Raya Baiturrahman

"Saya sudah mencari kemana-mana anak saya tidak ada kabarnya. Saya nunggu di sini siapa tahu anak saya lewat," tambahnya

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Yeni Hardika
(KOLASE SERAMBINEWS.COM/BEDU SAINI)
Seorang pria (kiri) khusyuk berdoa untuk puluhan ribu warga Nanggroe Aceh Darussalam yang meninggal akibat diterjang gelombang tsunami dalam arsip Berita harian Serambi Indonesia edisi Selasa 3 Januari 2005 dan Suasana Simpang Lima Banda Aceh saat diterjang tsunami pada Minggu 26 Desember 2004.(KOLASE SERAMBINEWS.COM/BEDU SAINI) 

Mengenang 19 Tahun Tsunami Aceh 2004 – Penantian Seorang Ayah di Depan Masjid Raya Baiturrahman

SERAMBINEWS.COM – Tepat pada hari ini, Selasa 26 Desember 2023, masyarakat Aceh mengenang tragedi dahsyat bencana gempa dan Tsunami yang melanda Aceh pada 2004.

Peristiwa ini menjadi tragedi bencana alam yang paling membekas dalam ingatan masyarakat Aceh.

Gempa yang berkekuatan 9,0 SR yang disusul gelombang tsunami setinggi 30 meter menghantam dataran Aceh, menimbulkan lembaran duka dalam sejarah Indonesia.

Ratusan ribu nyawa manusia menjadi korban dari bencana mahadahsyat abad ini.

Arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Senin 3 Januari 2005, memuat tentang kisah seorang ayah yang menanti kepualangan anak semata wayangnya di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Artikel ini kembali diterbitkan untuk memperingati 19 tahun bencana Tsunami Aceh 2004, Selasa (26/12/2023).

Baca juga: Kisah Putri Diselematkan Sebuah Jerigen saat Tsunami Aceh 2004: Saya Peluk Erat dan Terombang-ambing

TSUNAMI ACEH
TSUNAMI ACEH ()

Penantian di Masjd Raya Baiturrahman

Pria setengah baya berkulit hitam duduk di bawah pohon di seberang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Di pundaknya tersandang tas hitam. Matanya lurus memandang ke depan, ke arah lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki.

Debu-debu pekat yang menyesakkan dari kendaraan yang lewat dan bau busuk yang menyengat tak dipedulikannya.

Sudah hampir setengah hari ia tak beranjak dari tempat duduknya.

Hanya sekali-kali terlihat menghisap cigaret.

"Menunggu anak saya Pak,” kalimat pendek itu keluar dari mulutya ketika ditanya apa yang dilakukannya saat itu.

Namun matanya masih terus lurus memandang ke arah lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved