Pengungsi Rohingya
Kerap Ditanya soal Calon Istri dari Palestina-Suriah, Panglima Laot: Rohingya Belum Ada yang Tanya
Sekjen Panglima Laot Aceh dan alumnus salah satu kampus di Turki, Azwir Nazar bercerita mendapat banyak pertanyaan soal pengungsi Palestina-Suriah.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
Ketika mendarat di kawasan Pantai Lamnga Gampong (Desa) Baro Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar beberapa waktu lalu, diakui Sekjen Panglima Laot Aceh ini kalau dia langsung menghubungi Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Aceh dan Kapolda Aceh untuk penanganan.
"Bang Yus (Yusrizal Kadinsos Aceh) langsung beliau perintahkan Kadis Sosial (kabupaten) datang, maka cepat penanganannya," ungkap Azwir.
"Tapi di lapangan, saya bilang Rohingya adalah saudara kita, saya dibully. Ka cok bak mak ka (ambil ke mamakmu), dibully saya habis-habisan," tambahnya.
Kemudian persoalan lain dikatakannya, masyarakat di kampung pada dasarnya siap menerima bahkan memberikan makan untuk pengungsi Rohingya hingga tiga hari.
Namun persoalannya, pawang-pawang Panglima Laot di daerah dikenakan wajib lapor dan dipanggil-panggil penegak hukum bila ikut menolong, bahkan ada yang tidak bisa melaut hingga dua pekan gara-gara persoalan ini.
"Saya senang hari ini ada yang bela Rohingya, karena di masyarakat kita sudah ter-framing bahwa Rohingya itu sampah, (dianggap) keji sekali," ucap Azwir.
Baca juga: Rakor YARA Rekom Pemindahan Ibu Kota Provinsi ke Aceh Tengah, Desak Pemerintah Serius Bantu Rohingya
Sekjen Panglima Laot Aceh ini juga menawarkan solusi agar nelayan di Aceh mendapatkan proteksi.
Karena para nelayan ini diungkapkannya, adalah orang yang berada di garda terdepan mendapatkan informasi bila pengungsi Rohingya datang.
"Kalau dalam hukum adat laut yang kita perjuangkan, kambing saja terapung-apung masih hidup di laut, wajib tolong," kata Azwir.
"Nelayan kita takut menolong, serba salah, dilapor. Dilema, kami menolong nanti ditangkap dan diperiksa," tambahnya.
Kemudian solusi jangka panjang, berdasarkan pengalamannya melihat pengungsi Suriah di Turki, perlu didorong pembicaraan yang lebih serius ke level Kementerian Luar Negeri.
"Level kita ini hanya perlu koordinasi dan kampanye kayak gini, itu saudara seiman kita, bukan pergi tur ke Aceh dan segala macam," kata Azwir.
Dia mencontohkan, UNI Eropa pernah mengadakan pertemuan terkait nasib pengungsi Suriah di Turki.
Karena Turki yang lebih dekat dengan Suriah, maka dimandatkan sebagai negara yang menyediakan tempat, tepatnya di Gaziantep. Sementara Jerman ikut membantu membuatkan barak.
Pihaknya juga mendorong UNHCR membicarakan hal ini ke level Kementerian Luar Negeri, agar solusi yang lebih konkrit terkait penanganan pengungsi Rohingya bisa didapat dari sana.
"Misal sepakatnya di Aceh, tapi saya dengar baru-baru ini dari Wapres misal di Pulau Aceh atau Pulau Rondo," kata Azwir.
"Jadi kalau ada yang mendarat kita sorong ke sana, rumahnya yang buat Malaysia bantu, Thailand bantu, Myanmar bantu, nah baru itu yang namanya ASEAN," pungkasnya.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.