Berita Banda Aceh

Pj Bupati Aceh Singkil akan Jumpai Beberapa Kementerian Diskusikan Penanganan Banjir

Untuk maksud tersebut, lanjut Azmi, pihaknya telah membentuk tim yang khusus mengasistensi bupati dalam revisi tata ruang Aceh Singkil.

Editor: Faisal Zamzami
For Serambinews.com
Penjabat Bupati Aceh Singkil, Drs Azmi MAP (berbaju putih) saat mempresentasikan kondisi banjir yang terjadi di Aceh Singkil sejak Oktober lalu hingga akhir Desember ini di depan para pejabat Balai Wilayah Sungai Sumatra l di Banda Aceh baru-baru ini. 

Di samping itu, lanjut Azmi, faktor banjir rob atau pasang purnama yang bertepatan waktu terjadinya dengan banjir genangan dan banjir limpasan (kiriman) juga ikut berpengaruh. Akibatnya, air hujan yang terkumpul dalam jumlah banyak di sungai yang semakin dangkal maupun di kawasan Singkil Utara (Gosong Telaga) terhambat alirannya ke laut oleh banjir rob.

Limpasan air tersebut akhirnya merembes ke kawasan Ketapang Indah, Ujong Bawang, Pulau Sarok, dan sekitarnya. Sehingga, debit banjir di Kota Singkil semakin tinggi. Ditambahkan lagi faktor drainase di Kota Singkil yang belum tertata baik.

Belum lagi, sebagian warga Aceh Singkil sengaja bermukim di daerah yang memang tempat genangan air. Area seperti ini hanya nyaman ditempati pada musim kemarau. Di musim penghujan seperti sekarang ini bentang alamnya justru berubah menjadi kantong banjir.

"Jadi, kompleksitas masalah ini harus kita pahami bersama dan sungguh tidak mudah solusinya. Apalagi La Nina, berdasarkan prediksi BMKG puncaknya justru akan terjadi pada April 2024," kata Azmi.

Dampak lain dari La Nina, lanjut Azmi, adalah meningkatnya curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata, sehingga dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang di wilayah Pasifik Ekuatorial Barat, yang Aceh termasuk di dalamnya. La Nina juga membuat cuaca cenderung menjadi lebih lembab.

Baca juga: Berbulan-bulan Singkil Direndam Banjir, Ini Penyebab dan Solusinya 

Alternatif solusi

Dalam percakapannya dengan Serambinews.com, Azmi juga mengutarakan beberapa solusi untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di Aceh Singkil.

Menurutnya, ide membuat pintasan (shortcut) dari Lae Cinendang langsung ke laut sehingga tak semua air sungai/banjir mengalir ke laut melalui muara Pulau Sarok, sebagaimana diusulkan para pakar hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK), sudah lama dipikirkan oleh Pemkab Aceh Singkil.

Namun, untuk direalisasikan ada dua kendalanya, di samping faktor dana yang tidak sedikit. Bahwa di seluruh wilayah Singkil jika dibikin pintasan (by pass) ke laut pasti membelah rawa Singkil yang berstatus kawasan lindung. Izin membelah rawa tersebut harus dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Hambatan kedua, masyarakat Kuala Baru keberatan jika buangan air dari pintasan itu disalurkan ke laut mereka. Mereka yakin, daerah mereka pula yang nantinya akan sering kebanjiran seperti nasib Kecamatan Singkil saat ini.

Azmi menambahkan, jika harus dilakukan pintasan (shortcut) sebagai solusi mencegah banjir di Singkil, hal itu hanya mungkin jika titik shortcut-nya dimulai di Rundeng, Simpang Kiri, Kota Subulussalam.

"Di sana memang ada sungainya yang bermuara ke laut. Nah, ini saja yang dibenahi sehingga benar-benar bisa berfungsi sebagai shortcut air sungai ke laut, tanpa harus melalui muara di Singkil. Tapi harus mendapat persetujuan dari Pemko Subulussalam," ujarnya.

Alternatif lain yang terpikirkan, kata Azmi, adalah melakukan pengerukan sungai karena memang sudah dangkal. Pasir keruk itu nantinya akan dijadikan material tanggul di sisi kiri dan kanan sungai.

"Harus didatangkan kapal keruk untuk mengeruk sungai yang sudah lama mengalami pendangkalan. Namun, kedalamannya menjelang muara harus diatur jangan lebih dalam dari 5 meter, mengingat kedalaman pinggir laut kita di Singkil berkisar antara 6-7 meter. Kalau kita keruk lebih dalam lagi justru air laut yang masuk ke sungai," kata Azmi.

Selain itu, ia tambahkan bahwa program pembangunan tanggul Sebatang-Kilangan yang sudah didesain sejak 2016 harus tetap dilanjutkan. Saat ini sudah dibangun sekitar 2 km dari total kebutuhan 20 km. "Ya, namanya proyek multiyears, tentulah pengerjaannya bertahap sesuai ketersediaan anggaran setiap tahun," ujarnya.

Baca juga: Musim Hujan, Jalan Menuju Dua Kecamatan Penghasil Sawit di Aceh Singkil Jadi Kubangan

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved