Pilpres 2024

Presiden Jokowi Boleh Memihak-Kampanye, Guru Besar USK: Sudah Langgar Sumpah

Guru Besar USK menyebut, pernyataan Jokowi soal boleh memihak dan kampanye untuk pasangan calon tertentu, dianggap sudah melanggar sumpah

Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
YouTube Serambinews
Guru Besar USK, Prof TM Jamil menyebut, pernyataan Jokowi soal boleh memihak dan kampanye untuk pasangan calon tertentu, dianggap sudah melanggar sumpah. 

SERAMBINEWS.COM - Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK), Prof TM Jamil menyebut, pernyataan Jokowi soal boleh memihak dan kampanye untuk pasangan calon tertentu, dianggap sudah melanggar sumpah.

Dia menjelaskan, pernyataan tersebut menjadi problem sekaligus pertanyaaan, apakah melupakan substansinya sebagai seorang kepala negara dan kepala pemerintahan. 

"Pada hakikatnya dia disumpah untuk memperlakukan masyarakat ini secara adil, ini kan sudah melanggar sumpah sebenarnya. Siapa yang mau bertanya itu," ungkap Prof Jamil dalam program Serambi Spotlight dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di Studio Serambinews.com, Kamis (25/1/2024).

"Sebenarnya dengan bahasa-bahasa seperti itu sudah membuat suasana tidak nyaman," tambahnya.

 

 

Menurut Guru Besar USK itu, pernyataan ini menguatkan kalau politik di Indonesia sering kali dilihat menggunakan logika terbalik.

Dia mengingatkan kembali soal pernyataan Jokowi pada November 2023 lalu yang meminta semua pemerintahan dari pusat hingga kabupaten/kota harus netral.

"Saya orang belajar jadi bodoh juga, netral (tapi) kemarin sudah lain lagi kan, presiden boleh memihak, boleh menjadi juru kampanye," kata Prof Jamil.

"Saya tidak bicara pada level hukum, saya paham juga," sambungnya.

Baca juga: Elektabilitas Mahfud Meningkat Bila Mundur dari Menteri, Guru Besar USK Sebut Berlaku Bagi yang Lain

Baca juga: Mahfud MD: Pemda Jangan Jemput-Layani Saya, Nanti Dipecat Bahaya Karier Anda

Elektabilitas Mahfud Meningkat Bila Mundur dari Menteri

Dalam kesempatan yang sama Guru Besar USK, Prof Jamil menilai, elektabilitas Mahfud MD akan meningkat bila memutuskan mundur dari menteri kabinet pemerintahan Jokowi.

Menurutnya, siapapun menteri yang merasa tidak nyaman dengan gejolak politik saat ini, disarankan mundur sebelum 14 Februari nanti.

"Setelah itu (kalau mundur) tidak ada pengaruhnya lagi," kata Prof Jamil.

Dia menyebutkan, dengan memilih mundur sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), akan memperjelas posisi Mahfud sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo.

Sebab kini Ganjar bersama PDIP diasosiasikan menjadi rival Prabowo yang mendapat endorse dari Jokowi.

"Dan itu yang diuntungkan di samping harga dirinya (Mahfud), juga orang yang mengagumi dia, pengikutnya," ungkap Prof Jamil.

"Kalau misalnya sekarang pak Mahfud mengundurkan diri, itu menurut saya akan mengangkat elektabilitas pak Mahfud sekaligus pendukung," sambungnya.

Baca juga: Mahfud MD Segera Mundur dari Menkopolhukam, Tanggapan Jokowi: Ya itu Hak dan Saya Sangat Menghargai

Meski demikian, menurutnya pandangan ini masih bisa dikaji dan diperdebatkan ulang ke depan.

Hal itu juga berlaku bagi menteri pendukung paslon lain di luar koalisi Prabowo.

"Ini akan mengangkat elektabilitas bahwa mereka tidak mau diwarnai tapi mereka punya warna, di samping pencerdasan dan mencerdaskan masyarakat," pungkasnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved