Breaking News

Perang Gaza

Penembak Jitu Israel Abaikan Bendera Putih, Tembak Abang Adik yang Sedang Berjalan untuk Mengungsi

Dua orang abang beradik, Nahedh yang berusia 13 tahun dan Ramez Barbakh yang berusia 20 tahun ditembak mati oleh penembak jitu pasukan Israel.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Al Jazeera
Dua orang abang beradik, Nahedh yang berusia 13 tahun dan Ramez Barbakh yang berusia 20 tahun ditembak mati oleh penembak jitu pasukan Israel. 

Ia terus-terusan mengibarkan bendera putihnya di atas kepala dan berjalan dengan hati-hati ke sudut agar dia bisa lihatlah jalan utama untuk melihat ke arah mana keluarganya harus pergi.

Tentara AS dengan kendaraan pengangkut personel lapis baja berpatroli di kota Tal Hamis, timur laut Suriah. Iran membantah adanya hubungan dengan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania, dekat perbatasan dengan Suriah. Ikuti pembaruan langsung mengenai perang Israel-Gaza dan krisis Timur Tengah.
Tentara AS dengan kendaraan pengangkut personel lapis baja berpatroli di kota Tal Hamis, timur laut Suriah. Iran membantah adanya hubungan dengan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania, dekat perbatasan dengan Suriah. Ikuti pembaruan langsung mengenai perang Israel-Gaza dan krisis Timur Tengah. (SERAMBINEWS.COM/elil Souleiman/AFP)

Baca juga: Israel Tarik Mundur Dua Brigade Cadangan Pasukan dari Jalur Gaza

Saat Nahedh baru beberapa langkah keluar dari pintu, dia tertembak di kakinya dan jatuh ke tanah.

Ayahnya memanggilnya dari dalam pintu rumah, membujuk dia untuk bangun sebentar dan mencoba masuk kembali ke dalam rumah. 

Ketika Nahedh bangkit untuk mencoba kembali ke dalam rumah, dia ditembak dua kali lagi, di punggung dan di kepala.

Melihat apa yang terjadi pada adik laki-lakinya, Ramez berlari keluar rumah untuk mencoba menariknya keluar dari bahaya. 

Namun sayang, dia kemudian tertembak tepat di jantungnya dan jatuh diatas tubuh adinya.

Sang ibu tidak menahan tangis apa yang dia saksikan.

Dia hanya memandang ke luar jendela ke arah kedua putranya yang tergeletak di jalan.

“Saya berharap mereka masih hidup, masih ada nafas di dalam mereka,” katanya. 

“Saya tidak bisa memikirkan hal lain selain 'Saya ingin anak-anak saya, saya ingin anak-anak saya’,”

“Saya tidak yakin bagaimana saya bisa tetap berada di dalam rumah, tapi yang saya ingat hanyalah berteriak dari jendela kepada siapa pun yang saya lihat di seberang jalan, meminta mereka membantu, melakukan apa saja,”

“Mereka tidak melakukan apa pun, mereka tidak bisa. Setiap kali aku memanggil seseorang, suami dan anak-anakku akan menyuruhku diam sebisa mungkin. Mereka ada di sana untuk membunuh orang,” lanjutnya.

Keluarga tersebut tidak dapat mendekati jenazah Nahedh dan Ramez dan akhirnya harus meninggalkan lingkungan tersebut tanpa mengetahui apa yang terjadi pada mereka.

“Mereka hanya ada di sana, di jalan, sepanjang hari,” kata sang Ibu.

“Saat kami pergi, kami tidak bisa memeluk dan mengambil jenazah mereka. Tembakan terus menerus terjadi,” sambungnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved