Berita Tafakur

Ingat, Jangan Sembarangan Mencoblos di Pemilu 2024, Hindari 3 Dosa Ini Saat Memilih Pemimpin

Penunjukan pemimpin bukan hanya masalah dunia semata, tetapi juga menyangkut amanah dan keadilan.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Saifullah
YOUTUBE/AL BAHJAH TV
Buya Yahya 

Penunjukan pemimpin bukan hanya masalah dunia semata, tetapi juga menyangkut amanah dan keadilan.

SERAMBINEWS.COM - Pendakwah Buya Yahya dalam ceramahnya mengingatkan kita tentang dosa besar yang perlu dihindari saat memilih seorang pemimpin.

Apalagi sebentar lagi tepatnya pada tanggal 14 Februari 2024, masyarakat Indonesia akan memilih pemimpin pada Pemilihan Umum (Pemilu).

Penunjukan pemimpin bukan hanya masalah dunia semata, tetapi juga menyangkut amanah dan keadilan.

Berikut adalah penjelasan dan panduan yang disampaikan oleh Buya Yahya terkait dosa yang harus dihindari saat memilih pemimpin dikutip Serambinews.com dari laman Al Bahjah, Kamis (8/2/2024).

1. Hindari Memilih Pemimpin karena Kepentingan Dunia

Buya Yahya menegaskan bahwa memilih pemimpin semata-mata karena kepentingan dunia, seperti mendukung bisnis atau proyek pribadi, adalah dosa besar.

Bahkan jika misalnya pemilik pondok ataupun ustaz, memilih pemimpin hanya karena dijanjikan untuk dibantu dibangunkan mesjid atau pondoknya padahal kita tau bahwa pemimpin tersebut tidak baik, maka kita berdosa besar.

Pemimpin seharusnya dipilih berdasarkan kualitas kepemimpinan, integritas, dan keadilan, bukan semata karena janji dukungan bisnis yang diberikan oleh calon pemimpin.

2. Pemilihan Pemimpin Harus Berdasarkan Kepantasan

Buya Yahya memberikan nasihat bahwa pemilihan pemimpin harus didasarkan pada kepantasan dan kesesuaian dengan tugas kepemimpinan.

Tidak pantas jika seseorang dipilih hanya karena janji untuk mendukung proyek pondok atau masjid, tetapi tidak memiliki kualifikasi atau integritas yang diperlukan untuk memimpin dengan adil.

3. Berbeda Pilihan Tapi Tanpa Dosa di Hadapan Allah

Buya Yahya menyampaikan bahwa jika terjadi perbedaan pilihan dalam memilih pemimpin antara sesama umat, hal tersebut bukanlah dosa di hadapan Allah.

Perbedaan ijtihad dan keyakinan antarindividu dalam menilai kualitas calon pemimpin diperbolehkan. Yang terpenting adalah niat yang tulus karena Allah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved