Perang Gaza

Antisipasi Pengusiran Paksa Warga Palestina, Mesir Bangun Zona Aman Setinggi 7 Meter

Klaim ini pertama kali dibuat oleh Yayasan Hak Asasi Manusia Sinai, yang menerbitkan gambar pada hari Senin yang menunjukkan truk konstruksi dan derek

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/AFP
Pemandangan Kota Rafah yang telah menjadi titik pengungsian terakhir pendudukn Palestina yang melarikan diri dari kekejaman Israel. 

Sumber tersebut mengatakan Mesir telah mulai mempersiapkan kawasan gurun dengan beberapa fasilitas dasar yang dapat digunakan untuk melindungi warga Palestina.

The Wall Street Journal, mengutip pejabat Mesir yang tidak mau disebutkan namanya, menggambarkan “sebuah pagar tembok seluas 8 mil persegi (20 kilometer persegi)” sedang dibangun di daerah tersebut yang dapat menampung lebih dari 100.000 orang.

Secara resmi, Mesir membantah melakukan persiapan semacam itu dan Israel mengatakan tidak berniat mendeportasi warga Palestina dari Gaza.

Apakah ini berarti serangan Israel terhadap Rafah akan segera terjadi?

Lebih dari 85 persen penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka sejak Israel memulai serangan udara dan darat di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, yang juga merenggut nyawa 28.663 warga Palestina, dan 68.395 orang terluka, menurut angka resmi. .

Sebanyak 1,5 juta dari mereka mungkin berlindung di Rafah, meninggalkan wilayah lain di Gaza, dan tidak punya tempat tujuan yang aman.

Laporan mengenai adanya zona penyangga di Mesir yang dimaksudkan untuk menerima sebagian dari populasi pengungsi tersebut merupakan sebuah pertanda buruk bahwa setidaknya Kairo memperkirakan serangan darat Israel akan terjadi bahkan ketika sebagian besar negara di dunia termasuk Amerika Serikat telah memberikan peringatan terhadap hal tersebut.

Mesir telah berulang kali meningkatkan kewaspadaan atas kemungkinan serangan Israel di Gaza dapat membuat warga Palestina terpaksa mengungsi ke Sinai – sesuatu yang menurut Kairo sama sekali tidak dapat diterima.

Peringatan tersebut juga digaungkan oleh negara-negara Arab lainnya, terutama Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat dan menampung banyak warga Palestina yang mengungsi pada tahun 1948 dan pada perang Timur Tengah tahun 1967, ketika Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Israel mengatakan akan melancarkan serangan untuk menghancurkan “benteng terakhir” Hamas di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari serangan Gaza yang menghancurkan.

Israel mengatakan tentaranya sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari Rafah ke wilayah lain di Jalur Gaza. Namun Israel membantah pihaknya berusaha mendorong warga Palestina ke Sinai, namun para menteri dan pejabat secara terbuka mendukung “pemukiman kembali secara sukarela” warga Palestina dari Gaza.

Israel mengatakan akan berkoordinasi dengan Mesir mengenai pengungsi Palestina dan akan menemukan cara agar tidak merugikan kepentingan Mesir, menurut Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz pada hari Jumat.

“Negara Israel harus berurusan dengan Rafah karena kita tidak bisa membiarkan Hamas begitu saja di sana,” kata Katz di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.

Ketika ditanya ke mana pengungsi di Rafah akan pergi, dia menyarankan kota kedua di Gaza, Khan Younis, namun mengatakan bahwa Israel akan berkoordinasi dengan Mesir untuk memastikan kepentingan Kairo tidak dirugikan. “Kami akan berkoordinasi dengan Mesir,” ujarnya.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved