Kriminalitas
Berkaca Kasus di Kajhu, Mengapa Anak Tega Membunuh Orang Tuanya? Begini Jawaban Pakar Hukum Keluarga
Orang tua dibunuh oleh anak kandungnya sejak 2023 di Indonesia terdapat tujuh kasus. Dimana salah satu faktor utamanya adalah dendam
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Ansari Hasyim
Berkaca Kasus di Kajhu, Mengapa Anak Tega Membunuh Orang Tuanya? Begini Jawaban Pakar Hukum Keluarga
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kasus pembunuhan ibu kandung di Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar kian menarik perhatian masyarakat usai Satreskrim Polresta Banda Aceh menetapkan tersangka pembunuhan yaang tak lain adalah CNM (25), putri kandung korban.
Penetapan tersangka ini dua bulan pasca kejadian, dimana polisi mengaku sempat menemukan kejanggalan pada kasusnya dan hasil psikologi menemukan bahwa anak kandung korban adalah seseorang yang manipulatif.
Menanggapi hal tersebut, Dr H Agustin Hanafi, LC, Ketua Prodi Hukum Keluarga FSH UIN Ar-Raniry mengatakan, kasus pembunuhan yang dilakukan anak kepada ibunya merupakan kasus yang di luar akal sehat.
"Ini adalah sesuatu peristiwa yang di luar akal sehat kita, bagaimana bisa dia membunuh orang yang telah melahirkannya, tega sekali membunuh yang membesarkan dia (orangtuanya)," kata Agustin dalam podcast Serambi Spotlight, disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Serambinews.com dipandu oleh host Bukhari M Ali, News Manajer Serambi Indonesia, Senin (4/3/2024).
Agustin menuturkan, jika dikulik ke belakang, rata-rata kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak kepada orang tuanya sejak tahun 2023 di Indonesia terdapat tujuh kasus.
Dimana salah satu faktor utamanya adalah dendam, hal ini senada pada motif kasus pembunuhan ibu kandung oleh putrinya.
Baca juga: Ternyata yang Bunuh Ibu asal Sabang di Kajhu Diduga Anak Kandung Sendiri, Kini Jadi Tersangka
"Tahun 2023 itu di Indonesia ada tujuh kasus, motifnya bermacam-macam. Pertama dendam, hubungan pacar yang tidak direstui, harta, utang piutang, pesugihan dan motif lainnya," sambung Agustin.
Diantara faktor-faktor tersebut, dendam menjadi faktor paling banyak yang menjadi pemicu anak tega membunuh orang tuanya.
Agustin menambahkan, munculnya rasa dendam anak kepada orang tuanya dipicu dari salahnya pola asuh yang diterapkan orang tua sejak kecil hingga membuat luka batin pada anak dan terbawa ketika ia tumbuh dewasa.
"Anak bisa dendam itu karena orangtuanya selalu memaki, mencemooh, kasar dan mengintimidasi anaknya sejak kecil," terangnya.
Di samping faktor pola asuh, orang tua yang tidak membekali ilmu agama sejak dini juga menjadi faktor anak tega membunuh orang tuanya.
"Anak berani melakukan hal ini karena tidak ada ajaran agama, tidak diajarkan budaya bahwa membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain itu tidakk boleh tetapi kenapa dia sampai nekat membunuh? Karena dia tidak memperhatiakn nilai-nilai agama. Berarti ini sudah keliru sejak awal," imbuhnya.
Baca juga: Misteri Pembunuhan di Kajhu Terungkap, CNM Putri Korban Ditetapkan Jadi Tersangka
Berkaca dari hal-hal tersebut, Agustin menegaskan kepada para orang tua tentang pentingnya menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak dini, bangunlah hubungan yang harmonis dengan anak, untuk cara ini bisa dimulai dari pendekatan, tanamkan cinta kasih, peduli, tidak membanding-bandingkan dan tidak memaki.
Agustin membeberkan beberapa contoh kata-kata yang menurut orang tua mungkin sepele tetapi dapat merusak anak bahkan membuatnya dendam.
Misalnya kata-kata 'saya menyesal melahirkan kamu', ketika ucapan ini terlontar, anak memang seketika tidak menjawab akan tetapi dapat membuat minder, tidak percaya diri dan tidak ada harga diri.
"Kemudian setelah anak dewasa dia berfikir kenapa aku kok diperlakukan seperti itu? kok bukan seperti anak lainnya sehingga muncullah rasa dendam pada anak tersebut," terangnya.
Sebagai pakar Hukum Keluarga, Agustin tak henti-hentinya menggarisbawahi betapa pentingnya sebuah kasih sayang orang tua pada anak. Mulailah anda bangga dan bahagia atas kelahirannya, hargai keberadannya dengan cara tidak memaki.
Tanamkan nilai-nila kebaikan sejak dini, didik anak secara lembut, hindari perilaku kasar, ajak anak berdialog dalam mendidik agar menghindari pola asuh satu arah yang terkesan otoriter.
Baca juga: Polisi Kantongi Identitas Pelaku Pembunuhan IRT di Kajhu Aceh Besar, tidak Terkait Narkoba
Cara ini semata-mata selain menanamkan kebaikan pada anak, kelak dia juga akan mengingat tentang kebaikan orang tuanya, sehingga apabila orang tua memasuki masa renta, secara tidak langsung anak akan berbakti.
"Jadi dalam hal ini sekiranya orang tua memberikan kasih sayang yang luar biasa dan anak paham orang tuanya begitu sayang kepadanya, itu ketika kita nanti sebagai orang tua membutuhkan, misalnya sakit tak berdaya, dia pun akan berupaya," pungkasnya.
(Serambinews.com/Firdha Ustin)
Pemuda Sigli Ditusuk tanpa Motif Jelas, Korban Dirujuk ke Rumah Sakit Banda Aceh |
![]() |
---|
Polres Langsa Tangani 34 Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak Sepanjang Tahun 2023 |
![]() |
---|
Polisi Tangkap Pembacok Istri di Aceh Singkil tanpa Perlawanan |
![]() |
---|
Polisi Temukan Tiga Celurit di Semak-semak di Desa Pusong Baru, Diduga Digunakan untuk Tawuran |
![]() |
---|
Anak Bejat Ini Bunuh Ibu dengan Tusukan Pisau Gegara Kesal Dimarahi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.