Kupi Beungoh
Fenomena War Takjil, Bukti Harmonisnya Komunikasi dan Toleransi Antar Umat Beragama
Bulan Ramadhan merupakan momen yang dinantikan dengan sangat antusias oleh umat muslim diseluruh belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Oleh Alfikia *)
Bulan Ramadhan merupakan momen yang dinantikan dengan sangat antusias oleh umat muslim diseluruh belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Ramadhan di anggap menjadi waktu yang sangat berharga dan penuh berkah, karena setiap amal kebaikan yang dilakukan akan mendapatkan ganjaran yang melimpah dari Allah SWT.
Dibulan Ramadhan ini, sering kali memberikan dampak yang baik, tidak hanya bagi masyarakat muslim namun masyarakat non muslim juga turut merasakan berbagai hikmah dan manfaat bulan suci Ramadhan.
Apabila kita mencermati, ada hal yang sangat menarik dalam bulan Ramadhan tahun ini, karena diramaikan dengan sebuah fenomena yaitu adanya istilah war takjil antar lintas agama.
Fenomena ini menunjukan bahwa kegiatan mencari kudapan untuk berbuka puasa atau yang sering disebut takjil yang tidak hanya di lakukan oleh masyarakat muslim yang sedang berpuasa, akan tetapi juga dilakukan oleh masyarakat non muslim.
Fenomena ini menjadi trending topic yang hangat diperbincangkan di semua platform media sosial.
Hal ini tentu menjadi suatu bukti indahnya keragaman Indonesia yang terdiri dari beberapa kepercayaan namun dapat hidup saling berdampingan.
Disamping itu, fenomena ini juga menunjukkan bahwa tingkat toleransi dan jalinan komunikasi yang harmonis diantara umat beragama terbangun dengan sangat baik.
Tentunya, dengan adanya fenomena seperti ini juga dapat mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai seperti berbagi, kepedulian, dan toleransi dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.
Fenomena War takjil ini turut menjadi simbol bahwa bulan Ramadhan dapat membawa berkah bagi semua orang, tanpa memandang agama, budaya, suku dan latar belakang masyarakat tersebut.
Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa di bulan Ramadhan ini memiliki kekuatan yang nyata untuk menyatukan perbedaan sehingga dapat mewujudkan keadilan sosial.
Bagian paling penting dari munculnya fenomena ini adalah bahwa kita semua memiliki peran besar untuk menjaga dan merawat persatuan ini, tanpa mendiskriminasi satu sama lain, sehingga kita semua dapat bersama-sama memberikan kontribusi yang terbaik bagi pembangunan bangsa, khususnya bagi para generasi muda.
*) PENULIS adalah Alfikia, Mahasiswa UTU/Pembelajar Ilmu Komunikasi
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
Kurikulum Pendidikan Islam Itu "Berbasis Cinta", Solusi Masalah Lokal & Jawaban Tantangan Global |
![]() |
---|
20 Tahun Damai Aceh, Mengenang Dokter Muhammad Jailani, Penebar Senyum Menyembuhkan |
![]() |
---|
Aceh, Mesin Tanpa Bensin |
![]() |
---|
Rakyat Minta Tertibkan PT ALIS, Bukan Rampas Lahan Masyarakat |
![]() |
---|
Menanti Pemerintahan Mirwan-Baital Mukadis Memperjuangkan Legalisasi Tambang Rakyat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.