Sosok Inisial RBS, Bekingan Harvey Moeis dan Helena Lim dalam Korupsi Timah Rp271 Triliun
Sosok yang diduga kuat bos Harvey Moeis terkait kasus dugaan korupsi PT Timah berinisial RBS ternyata adalah Robert Bonosusatya.
SERAMBINEWS.COM - Inilah sosok Inisial RBS diduga kuat jadi bekingan Harvey Moeis dan Helena Lim dalam kasus korupsi yang merugikan negara Rp271 triliun.
RBS diduga jadi penikmat uang paling banyak
Sosok berinisial RBS ternyata adalah Robert Bonosusatya.
Robert Bonosusatya telah diperiksa Kejaksaan Agung (Kejagung) sebagai saksi dalam kasus yang merugikan negara Rp271 triliun itu pada Senin, 1 April 2024.
Dimulai pada pukul 09.00 WIB, Robert Bonosusatya selama 13 jam dicecar berbagai pertanyaan oleh penyidik.
Namun, setelah rampung diperiksa, RBS tak mau berkomentar kepada wartawan yang sudah menunggunya di Kejagung.
Dia tak menjawab saat ditanya soal keterlibatannya di perusahaan smelter PT Rafined Bangka Tin (RBT).
Termasuk saat ditanya tentang menjadikan suami Sandra Dewi, Harvey Moeis perwakilan PT RBT untuk mengakomodir tambang timah ilegal di Bangka Belitung, RBS enggan berkomentar.
"Tanyakan ke penyidik saja," kata RBS.

Nama RBS muncul dalam kasus korupsi timah Harvey Moeis, suami artis Sandra Dewi.
Koordinator Masyarakat Antikorupsi (MAKI), Boyamin Saiman menyebut RBS atau Robert Bonosusatya yang memerintah Harvey Moeis dan Helena Lim.
Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan Harvey Moeis dan Helena Lim sebagai tersangka kasus korupsi tata niaga timah di PT Timah Tbk Bangka Belitung.
Mereka diduga terkait dalam kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015-2022.
Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung Kuntadi mengatakan Robert Bonosusatya diperiksa sebagai saksi, Senin (1/4/2024).
"Maka pada hari ini kami memanggil dan memeriksa RBS selaku saksi," kata Kuntadi.
Rekam jejak RBS
Dalam laporan Kompas.com, nama pengusaha Robert Priantono Bonosusatyo pernah mencuat sebagai pihak yang memfasilitasi perjalanan Brigjen Hendra Kurniawan dan rombongan ke Jambi untuk menemui keluarga mendiang Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan jet pribadi (private jet).
Brigadir J adalah anggota Polri yang tewas di tangan atasannya sendiri, Irjen Ferdy Sambo yang saat kejadian menjabat Kadiv Propam Mabes Polri.
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Tegus Santoso menyatakan diduga ada 2 warga sipil yang memfasilitas jet pribadi (private jet) untuk rombongan Hendra Kurniawan.
Mereka bertolak ke rumah keluarga Yosua pada 11 Juli 2022, 3 hari setelah kematian Yosua, atas perintah mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Menurut data yang dikutip dari situs FlightRadar24, pesawat jet pribadi yang diduga digunakan Hendra dan rombongan dengan nomor registrasi T7-JAB adalah buatan Raytheon Hawker tipe 850XP.
Akan tetapi, Robert menyangkal pernyataan Sugeng tentang jet pribadi itu.
“Berita itu tidak bener,” kata Robert seperti dikutip dari KOMPAS TV pada Selasa (20/9/2022).
Akan tetapi, Robert mengakui mengenal Hendra.
“Kenal. Sudah lama sejak AKBP. Mungkin 7 tahun lalu,” kata Robert.
Namun, lanjut Robert, kendati mengenal Brigjen Hendra dia sudah lama tidak pernah melakukan komunikasi.
“Waduh sudah tidak komunikasi lagi. Lama sekali,” ujar Robert.
Soal apakah dia akan melaporkan pernyataan yang disampaikan Sugeng, Robert mengatakan dia masih menimbang-nimbang.
“Lagi berpikir dulu. Apa ada gunanya,” kata Robert saat dikonfirmasi oleh Jurnalis KOMPAS TV, Cindy Permadi.
Nama Robert dikenal di kalangan pengusaha.
Akan tetapi, data diri Robert tidak banyak diungkap.
Sosok dan biodata RBS
Dikutip dari Tribunnews, Robert disebut merupakan alumnus University of California San Francisco Foundation.
Dia disebut pernah menjadi Komisaris Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Perusahaan operator jalan tol itu berkantor pusat di Jalan Yos Sudarso Kav. 28, Jakarta.
Selain itu, Robert disebut pernah menjabat Komisaris Utama PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.
Perusahaan itu bergerak di bidang percetakan dan memproduksi dokumen keamanan.
PT Jasuindo disebut pernah menggarap proyek mencetak Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri.
Robert tercatat sebagai Presiden Direktur PT Pratama Agro Sawit sejak 2008.
Perusahaan itu bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Batang Hari, Jambi.
Selain itu, Robert juga mengelola PT Robust Buana Tunggal.
Bekingi Harvey Moeis
Sebelumnya, Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) menyebut big boss itu berinisial RBS.
Bahkan MAKI sampai melayangkan somasi terbuka kepada Jampidsus Kejagung RI terkait perkara dugaan korupsi tata niaga komoditas timah, Kamis (28/3/2024).
Koordinator MAKI, Boyamin Saiman mendesak penyidik Kejagung menetapkan big boss RBS sebagai tersangka korupsi tata niaga komoditas timah.
Hal itu setelah Harvey Moeis dan Helena Lim ditetapkan sebagai tersangka pada perkara dugaan korupsi tata niaga komoditas timah oleh Kejagung RI.
MAKI minta RBS segera ditangkap dan dilakukan penahanan karena diduga telah berperan sebagai aktor intelektual dan penikmat uang paling banyak.
"Inisial RBS atas perannya sebagai aktor intelektual dan penikmat uang paling banyak dari perkara dugaan korupsi tambanh timah," kata Boyamin Saiman kepada bangkapos.com via WhatsApp, Kamis (28/3/2024).
MAKI menduga RBS berperan memerintah tersangka Harvey Moeis dan Helena Lim melakukan manipulasi uang hasil korupsi dengan modus Corporate Social Responsibility (CSR).
RBS juga diduga sosok yang mendirikan dan memberikan pendanaan terhadap perusahaan-perusahaan yang digunakan sebagai alat melakukan korupsi tata niaga komoditas timah.
Boyamin menyampaikan, MAKI meyakini RBS merupakan terduga official benefit atau penikmat utama keuntungan dan pemilik sesungguhnya dari perusahaan-perusahaan pelaku penambangan timah ilegal tersebut.
"Sehingga semestinya RBS dijerat dengan ketentuan tindak pidana pencucian uang (TPPU) guna merampas seluruh hartanya guna mengembalikan kerugian negara dengan jumlah fantastis," tegasnya.
Saat itu, MAKI menduga RBS kabur ke luar negeri.
Sehingga penetapan tersangka menjadi penting guna menerbitkan Daftar Pencarian Orang (DPO) dan Red Notice Interpol guna dilakukan penangkapan oleh Polisi Internasional.
"RBS apakah orang yang sama dengan orang yang disebut RBT maka kami serahkan sepenuhnya kepada penyidik karena kami yakin penyidik telah mengetahui identitas yang bersangkutan," katanya.
Boyamin Saiman menegaskan MAKI pasti akan menggugat praperadilan melawan Jampidsus Kejagung RI jika somasi yang dilakukan tidak mendapatkan respons yang memadai.
"Somasi ini dikirimkan guna menjadi dasar gugatan praperadilan apabila dalam jangka waktu sebulan belum ada tindakan penetapan tersangka atas RBS," kata Boyamin Saiman.
Menurut informasi RBS, tidak hanya bergelut di dunia pertambangan timah saja.
Dia juga berbisnis di perkebunan kelapa sawit.
(tribunnewswiki.com/tribun network)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com
Baca juga: Ketentuan Zakat Fitrah Bagi Orang yang Tidak Mampu, Bisa Berubah Jadi Wajib, Simak Penjelasan UAS
Baca juga: Inilah Dalang di Balik Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Bukan Harvey Moeis
Ismail Rasyid Beli Ratusan Anak Sapi untuk Penggemukan di Gorontalo, Jika Sukses Diterapkan di Aceh |
![]() |
---|
Kampus Biru dan Kurikulum Cinta |
![]() |
---|
Tihadijah Terharu Terima Sembako Gratis dari Kapolsubsektor Banda Baro di Aceh Utara |
![]() |
---|
Menuju MTQ Pidie Jaya, Pemerintah Abdya Buka STQ Tingkat Kabupaten |
![]() |
---|
H Helmi H Muhammad Terpilih Sebagai Keuchik Bandar Bireuen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.