Citizen Reporter

Ketika Timphan Aceh Jadi Menu Buka Puasa Bersama Dubes RI untuk Norwegia

Sesampainya kami di wisma di sambut oleh Bapak Duta Besar Republik Indonesia untuk Norwegia, yaitu Bapak Dr. Teuku Faizasyah.

SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Tgk. Abdul Razaq Ridhwan, Mudir Pesantren Raudhatun Najah-2 Al-Aziziah Aceh Tamiang (berpeci), bersama Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah (kiri) dan Sekretaris Diaspora Global Aceh (DGA) Sagoe Skandinavia, Abarliansyah, di Wisma Dubes RI untuk Norwegia, di Oslo, Ramadhan 1445 H/2024 M. 

Tgk Abdul Razaq Ridhwan, alumnus Dayah MUDI Mesra Samalanga, Mudir Pesantren Raudhatun Najah-2 Al-Aziziah Aceh Tamiang, Melaporkan dari Oslo, Norwegia

PADA Bulan Ramadhan 1145 H/2024 M, Allah kembali memberikan kesempatan kepada saya untuk berdakwah di beberapa kota di Norwegia dan Denmark, dua negara yang berada di kawasan Skandinavia.

Saya berangkat ke Eropa sejak sebelum Ramadhan 1445 H lalu, dengan tujuan pertama ke Norwegia.

Ke Norwegia saya pulang ke kampung istri, sekaligus mengunjungi keluarga yang tinggal di Norwegia.

Ada banya kisah menarik yang saya dapatkan dalam lawatan ke Eropa pada bulan Ramadhan tahun ini.

Satu di antaranya adalah momen ketika saya bersilaturahmi dan berbuka puasa dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Norwegia, di Oslo.

Kunjungan saya ke Wisma Dubes RI di Oslo ini, berlangsung sebelum saya kembali ke Stavanger setelah memenuhi undangan untuk mengisi kajian Tastafi di beberapa kota.

Ucapan terima kasih perlu saya sampaikan kepada Bapak Sayuti Nur, Ketua Diaspora Global Aceh (DGA) Sagoe Skandinavia, yang telah memfasilitasi kunjungan saya ke Wisma Dubes RI di Oslo, Norwegia.

Baca juga: Kisah Tgk Abdul Razaq Ridhwan, Alumnus MUDI Mesra Samalanga Berdakwah Tastafi di Eropa

Bapak Sayuti Nur yang berdomisili di Swedia mengabarkan kepada saya bahwa Bapak Dubes RI untuk Norwegia memberikan waktu untuk bersilaturahmi dan berbuka puasa di kediaman atau wisma beliau.

Saat mendarat di bandara Oslo, saya dijemput oleh Bapak Abarliansyah yang sudah 20 tahun lebih bekerja di salah satu perusahaan yang ada di Norwegia.

Saat ini, Bapak Abarliansyah menjabat diamanahkan sebagai sekretaris DGA Sagoe Skandinavia.

Dari bandara, kami lanjut perjalanan kurang lebih 1 jam sampai di kediaman wisma Bapak Dubes.

Sesampainya kami di wisma disambut oleh Bapak Duta Besar Republik Indonesia untuk Norwegia, yaitu Bapak Dr. Teuku Faizasyah.

Beliau merupakan putra berdarah Aceh yang lahir serta dibesarkan di Kota Bandung, Jawa Barat pada 23 Oktober 1964.

Ayahnya berasal dari Tringgadeng, Pidie Jaya, sedangkan ibunya berasal dari Lhoknga, Aceh Besar.

Keluarga mereka sudah bermukim di Bandung Jawa Barat sejak akhir tahun 1950.

Teuku Faizasyah pernah berujar, meski lahir dan besar di Kota Bandung, rasa cintanya terhadap Aceh tidak berkurang.

Dirinya mempelajari Bahasa Aceh sebagai identitas dan jati dirinya sebagai putra Aceh asli.

Bapak dubes yang masih sangat lancar dan fasih berbahsa Aceh mengajak kami untuk berbuka puasa bersama.

Beliau sudah menyiapkan salah satu menu buka puasa yaitu timphan.

“Nyoe timphan Eropa Ustaz, walau rasa jih hana sama lagee Aceh,” ucap beliau dengan senyum saat berbuka puasa.

Setelah berbuka puasa Kami melanjutkan shalat magrib berjamaah.

Setelah shalat Kami lanjut dengan makan bersama dan bercerita satu sama lain.

Dalam pertemuan silaturahmi dengan Bapak Dubes saya membahas program dakwah selama dì eropa dan peningkatan agama Islam untuk generasi anak-anak Aceh khususnya dan umumnya untuk generasi Islam ke depan yang ada di negara Eropa.

Selama berada di Norwegia dan Denmark, saya melihat masyarakat Aceh begitu antusias menyambut bulan suci Ramadhan.

Walau tinggal di negara nonmuslim, tapi aktivitas rutinitas seperti shalat taraweh tiap malam dilaksanakan berjamaah dengan jumlah 20 rakaat.

Pelaksanaan shalat tarawih berjamaah ini berlangsung di bangunan yang telah disewa oleh masyarakat Aceh Norwegia untuk kegiatan belajar agama.

Warga asal dan keturunan Aceh di Denmark juga melaksanakan kegiatan buka puasa bersama setiap pekannya, dari rumah ke rumah milik warga Aceh.

Dari sini saya menilai bahwa kekompkan dan nilai kekeluargaan begitu erat dijaga oleh warga Aceh yang ada di Eropa.

Semoga Allah selalu menjaga saudara kita bangsa Aceh, baik yang ada di dalam negeri atau di luar negeri.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved