Jurnalisme Warga

Misteri Ikan Kakap Penunggu Kuala Kiran

Setelah merdeka, kuala Kiran masih tetap eksis berfungsi sebagai kuala yang bisa dimasuki kapal-kapal dagang berukuran sedang dari Penang dan Malaysia

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/dok facebook
Nab Bahany As, budayawan tinggal di Banda Aceh. 

Walaupun sesekali terjadi banjir yang membuat Krueng Kiran meluap, tapi luapan banjir itu tak mampu mendorong sumbatan kedangkalan kuala Kiran ke laut.

Tapi terlepas dari kondisi kuala Kiran yang terus mengalami pendangkalan saat ini, yang menarik dari kuala Kiran ini adalah  adanya cerita-cerita misteri tentang makhluk-makhluk penunggu kuala Kiran (asoe kuala Kiran) yang masih melegenda dalam masyarakat hingga sekarang ini.

Menurut orang tua-tua Gampong dalam Kemukiman Kiran, mengatakan, dulu di kuala Kiran sering muncul sepasang ikan kakap raksasa yang diyakini masyarakat sebagai penunggu kuala Kiran.

Sepasang kakap raksasa ini  muncul di kuala Kiran biasanya pada siang hari  (cot uroe timang), atau pada saat-saat menjelang waktu Ashar.

Oleh sebab itu, masyarakat dipantangkan untuk beraktifitas di kuala pada waktu-waktu tersebut. Bila pantangan itu tidak diindahkan, maka dikhawatirkan akan terjadi sesuatu naas (neuh’ah) bagi orang yang bersangkutan saat beraktifitas di kuala.

Artinya, orang tersebut telah menghalangi perjalanan sepasang ikan kakap raksasa itu sebagai penunggu (asoel) kuala Kiran.

Namun ajaibnya, menurut masyarakat yang beraktivitas di kuala Kiran, bila ikan kakap itu muncul menampakkan dirinya, maka ikan-ikan lain akan bertambah banyak dalam kuala.

Para pencari ikan di kuala Kiran ini hanya tinggal menjala atau menjaring saja dengan hasil tangkapan yang banyak, dibandingkan hari-hari sebelum ikan kakap raksasa itu menampakkan dirinya dalam kuala Kiran.

Hal itu turut dibenarkan oleh Kepala Mukim Kiran Nurdin Ahmad, yang menyatakan bahwa kuala Kiran dulunya memang banyak meninggalkan cerita misteri yang melegenda dalam masyarakat.

Selain misteri sepasang ikan kakap raksasa sebagai asoe kuala, juga ada misteri lain yang sangat melegenda dalam masyarakat. Dulu, kata, Kepala Mukim Nurdin Ahmad, di kuala Kiran ini juga sering keluar masuk sepotong bara rumah Aceh saat kuala masih belum dangkal seperti sekarang.

Konon, bara rumah Aceh itu adalah sebuah rumah zaman yang dibongkar di daerah Peudada (Kabupaten Bireuen sekarang). Setelah rumah Aceh itu dibongkar di Peudada, seluruh konstruksinya dibawa pulang ke Gampong Kiran Dayah Jangka Buya melalui laut.

Namun saat rumah ini didirikan kembali di Gampong Kiran Dayah diketahui salah satu bara dari konstruksi rumah Aceh ini telah hilang. Sehingga pemilik rumah Utoh Mangat terpaksa menggantikan konstruksi bara rumah itu dengan kayu yang lain.

Setelah rumah Aceh ini siap didirikan kembali, potongan bara yang hilang tadi—entah dari mana datangnya—masuk ke dalam kuala Kiran dengan menantang arus air kuala yang mengalir ke laut. Lalu bara tersebut tiba-tiba diketahui oleh pemilik rumah sudah terletak di samping bara yang digantikan.

Menurut cerita orang tua-tua Gampong dalam Kemukiman Kiran, setelah beberapa hari bara rumah tersebut berada di rumah Utoh Mangat, kemudian menghilang dengan sendirinya. Bara ini bisa muncul kembali pada waktu-waktu tertentu dengan kejadian yang sama.

Yaitu, potongan bara ini datang dari laut, lalu masuk lewat mulut kuala Kiran dengan menantang arus air kuala ke atas, hingga secara misteri bara itu sudah kembali ada di samping bara rumah milik Utoh Mangat Gampong Kiran Dayah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved