Jurnalisme Warga

Belajar dari Keikhlasan Senyuman Anak-Anak

Adakalanya ketulusan hati anak-anak mampu menyentuh hati terdalam orang dewasa pada saat-saat tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Editor: mufti
FOR SERAMBINEWS.COM
NAURATUL ISLAMI, M.Pd., Anggota DPP ISAD Aceh dan Guru MIN 5 Bireuen, melaporkan dari, Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya 

NAURATUL ISLAMI, M.Pd., Anggota DPP ISAD Aceh dan Guru MIN 5 Bireuen, melaporkan dari, Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya

Dalam kehidupan ini ada begitu banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran untuk menjadi lebih baik. Dari hal yang tampaknya sederhana hingga hal besar. Beberapa waktu lalu, saya memulai lembaran baru. Awalnya merasa sedikit terkejut ketika pertama kali saya berada di lingkungan yang penuh dengan anak-anak. Meskipun awalnya merasa agak berat, tetapi harus diyakini segala hal yang sudah Allah takdirkan untuk hamba-Nya itulah yang terbaik.

Lambat laun ada hal yang menyentuh hati saya hingga akhirnya memberanikan diri untuk menulis tentang anak-anak yang saya temui setiap harinya. Setiap pagi, sesampainya di sekolah dan menyalami orang tua, mereka akan berjalan masuk ke pekarangan sekolah dengan senyum semringahnya. Terkadang berlari-lari kecil bersama temannya menuju ke arah kelas.

Ternyata, senyum kebahagiaan itu mempunyai makna tersirat. Kadang-kadang, tanpa kita sadari senyum tersebut menjadi sumber kebahagiaan tersendiri untuk para guru, khususnya bagi saya. Bahkan kini, senyuman itulah yang saya tunggu setiap harinya. Adakalanya ketulusan hati anak-anak mampu menyentuh hati terdalam orang dewasa pada saat-saat tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Senyum penuh keikhlasan

Secara etimologi, kata “Ikhlas” berasal dari kata bahasa Arab “akhlasha” yang bermakna tiada bercampur, bersih, dan jernih. Sedangkan secara terminology, ikhlas ialah melakukan perintah Allah tanpa mengharapkan sesuatu, kecuali keridaan Allah Swt. Anak-anak akan bertindak berdasarkan dorongan dari lubuk hatinya. Tanpa ada syarat dan paksaan. Bukan karena ingin dihargai ataupun dipuji. Ketulusan hati anak-anak adalah ekspresi paling jujur dari nilai kemanusiaan.  Berbanding terbalik dengan orang dewasa yang dipenuhi perhitungan atau kalkulasi untung rugi.

Senyum anak-anak sering dianggap sebagai ekspresi spontan yang menunjukkan perasaan tulus dan murni. Senyum anak-anak bersifat reflektif. Senyum anak-anak bukan untuk menyenangkan orang lain. Ketulusan hati seorang anak sering kali menjadi cermin bagi orang dewasa dalam memahami nilai-nilai dasar kemanusiaan. Dengan demikian, bentuk ketulusan inilah yang harus kita teladani.

Senyum yang disebar setiap hari mengajarkan kita untuk tetap tenang, meskipun keadaan sedang di fase yang tidak menyenangkan. Senyuman mempunyai energi yang membuat orang dapat mengurasi stres. Kita mulai menunjukkan senyum agar dapat melangkah lebih ringan untuk melewati berbagai bab kehidupan. Sebab terkadang, karakter tersebut juga bisa dibentuk ataupun dibangun dengan mengambil hikmah dan pelajaran penting dari anak-anak ini yang nantinya akan berguna dalam perjalanan hidup kita sendiri.

Tanpa kita sadari, dengan tersenyum secara tidak langsung mendorong kita untuk berperilaku sopan dan santun kepada siapa pun tanpa harus melihat apa pun, baik dari aspek sosial ataupun agama. Hal itu akan membiasakan kita untuk berbuat baik kepada siapa pun, tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

Perbanyak senyum

Hati nurani atau kalbu akan bersinar jika kita sering berbuat baik kepada sesama manusia. Adapun salah satu cara agar kita senantiasa berbuat baik terhadap sesama adalah dengan tersenyum pada saat bertemu. Di dalam Al-Qur’an telah disebutkan tentang ‘tabassum’ atau senyum pada Surah An-Naml ayat 19. ‘Tabassum’ adalah isim masdar, secara harfiah diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata senyuman. Senyum dikategorikan ke dalam upaya yang tidak membutuhkan tenaga, tapi memiliki efek kepada diri sendiri maupun orang lain.

Dengan berbagai alasan yang ada, ada kalanya kita enggan tersenyum dalam menjalani hari-hari. Kegiatan yang terlihat sederhana dan mudah dilakukan, tetapi terkadang kita tidak mampu tersenyum di keadaan tertentu. Pada dasarnya, tersenyum tidak selalu berarti bahagia. Terkadang senyuman untuk menguatkan diri dan menenangkan hati yang resah. Juga untuk menjalani kehidupan  dengan sikap yang lebih positif.

Di dalam beberapa artikel disebutkan bahwa senyum dapat mencairkan hati dan menimbulkan kebahagiaan di lingkungan sekitar kita. Terlebih lagi juga memiliki beberapa hikmah. Yang paling utama adalah senyuman bernilai ibadah. Di mana senyuman yang kita berikan kepada saudara kita terhitung sebagai sebuah sedekah. Senyum juga bisa menjadi simbol untuk menghargai kebaikan orang lain. Ketika kita diberikan suatu kebaikan oleh seseorang, sembari mengucapkan terima kasih, tentunya akan kita iringi dengan ikut tersenyum.

Rasulullah saw. merupakan salah satu sosok yang bisa kita jadikan teladan dalam menebar senyuman. Beliau dikenal luas sebagai pribadi yang selalu murah senyum, memperlihatkan akhlak mulia yang penuh kasih sayang dan keramahan dalam setiap interaksi sosialmya sehingga memberikan inspirasi bagi umatnya untuk senantiasa meneladani sifat-sifat puji tersebut.

Rasulullah saw. telah memelopori pentingnya senyuman agar memberi rasa nyaman kepada orang lain. Itu karena, dalam hubungan interpersonal senyuman mempunyai dampak yang signifikan. Untuk itu, kita dianjurkan untuk memberikan senyuman kepada para sesama dalam berinteraksi sosial. Hal ini, karena senyum dapat memupuk hubungan baik antarmanusia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved