Konflik Palestina vs Israel
Palestina Peringati 76 Tahun Nakba di Tengah Pembantaian yang Dilakukan Israel di Gaza
Sekarang, banyak orang Palestina khawatir akan terulangnya sejarah pahit mereka dalam skala yang bahkan lebih dahsyat.
Pada 1948, ratusan desa Palestina yang ditinggalkan penduduknya dihancurkan setelah perang, sementara orang-orang Israel pindah ke rumah-rumah warga Palestina di Yerusalem, Jaffa, dan kota-kota lain.
Di Gaza, Israel melakukan serangan militer yang paling mematikan dan merusak dalam sejarah baru-baru ini, kadang-kadang menjatuhkan bom 900 kilogram di area permukiman yang padat.
Seluruh lingkungan telah menjadi tanah kosong yang dipenuhi puing-puing dan jalan-jalan berlubang, banyak di antaranya dipenuhi dengan bom yang belum meledak.
Bank Dunia memperkirakan nilai kerusakan di Gaza mencapai 18,5 miliar dolar Amerika Serikat, setara dengan produk domestik bruto seluruh wilayah Palestina pada tahun 2022.
Dan itu per Januari 2024, di hari-hari awal operasi darat Israel yang menghancurkan di Khan Younis dan sebelum masuk ke Rafah.
Yara Asi, asisten profesor Palestina di University of Central Florida yang telah melakukan penelitian tentang kerusakan infrastruktur sipil dalam perang, mengatakan "sangat sulit" membayangkan upaya internasional yang diperlukan untuk membangun kembali Gaza.
Bahkan sebelum perang, banyak orang Palestina berbicara tentang Nakba yang sedang berlangsung, di mana Israel secara bertahap memaksa mereka keluar dari Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Ketiga wilayah tersebut, yang diduduki Israel selama perang 1967 hingga sekarang, diinginkan warga Palestina untuk menjadi wilayah negara masa depan mereka.
Mereka merujuk pada pembongkaran rumah, pembangunan permukiman khusus Yahudi di tanah-tanah Palestina yang diduduki Israel, dan kebijakan diskriminatif lainnya yang sudah lama ada sebelum perang.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebutnya sebagai apartheid, tuduhan yang dibantah Israel.
Asi dan lainnya khawatir jika Nakba terjadi lagi, itu akan berbentuk keberangkatan bertahap.
"Itu tidak akan disebut pemindahan paksa dalam beberapa kasus. Itu akan disebut emigrasi, itu akan disebut sesuatu yang lain," katanya.
"Tetapi pada intinya, ini adalah orang-orang yang ingin tinggal, yang telah melakukan segalanya untuk tinggal selama beberapa generasi dalam kondisi yang tidak mungkin, akhirnya mencapai titik di mana hidup tidak dapat ditinggali."
Baca juga: PON XXI Aceh-Sumut 2024, Pj Gubernur: Kita akan Memberikan Kenyamanan Bagi Tamu
Baca juga: 131 Siswa SMAN Bireuen Berlomba di FLS2N, Ini Bidang Lombanya
Baca juga: Shin Tae-yong Dapat Hadiah Mobil Usai Bawa Timnas Indonesia Jalani Debut Historis di Piala Asia U23
AS Akan Tolak dan Cabut Visa Presiden Palestina dan Pejabatnya, Dilarang Hadiri Sidang PBB |
![]() |
---|
Trump Sesumbar Akhiri Perang Gaza dalam Dua Pekan di Tengah Serangan Israel yang Terus Meningkat |
![]() |
---|
Kehancuran Rumah Sakit Nasser Gaza usai Serangan Ganda Israel, 22 Orang Tewas Termasuk 5 Jurnalis |
![]() |
---|
Trump Siapkan Rencana Gaza Pasca-perang, Warga Palestina Khawatir Jadi Korban Relokasi Paksa |
![]() |
---|
Enam Orang Tewas dan Puluhan Terluka Akibat Serangan Israel ke Ibu Kota Yaman, Houthi Janji Balas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.