Kupi Beungoh
Generasi Z dan Peradaban Islam Amerika
Kisah perubahan agama di Amerika, sering kali dianggap sebagai akibat dari keputusan dibuat oleh generasi muda yang hidup dengan nilai-nilai berbeda.
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa setiap generasi orang dewasa kurang religius dibandingkan generasi sebelumnya.
Pola ini berlanjut dengan generasi Z yang menunjukkan lebih sedikit keterikatan terhadap agama dibandingkan generasi milenial.
Dari segi identitas, Generasi Z merupakan generasi yang paling tidak religius.
Lebih dari sepertiga Generasi Z tidak beragama bahkan Generasi Z lebih cenderung mengidentifikasi dirinya sebagai ateis atau agnostik.
Keterlibatan dalam kegiatan keagamaan formal yang diselenggarakan gereja, cendurng tanpa kehadiran Generasi Milenial dan Gen Z dan berlanjut tetap tidak ke gereja hingga dewasa.
Di kalangan penganut Katolik hanya sekitar 51 persen generasi milenial yang dibesarkan di rumah tangga Katolik melaporkan menghadiri kebaktian mingguan di gereja, sedankgan Generasi Z dari kalangan Katolik merosot drastis.
Warga Amerika yang dibesarkan di rumah keluarga tunggal, kurang terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan.
Kesenjangan dalam pendidikan agama dan religiusitas pribadi antar tipe rumah tangga juga terlihat jelas, meski tidak terlalu besar.
Dibandingkan dengan mereka yang dibesarkan di rumah tangga dengan dua orang tua, orang Amerika yang dibesarkan oleh satu orang tua memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk mengikuti sekolah Minggu atau berpartisipasi dalam program pendidikan agama formal secara rutin selama masa kanak-kanak.
Semakin banyak penelitian yang menemukan bahwa praktik dan identitas keagamaan telah terjerat dengan politik. Generazi Z melihat ritual keagamaan bagian kecil dari sebuah peristiwa politik.
Menurut Gallup, pada tahun 2021, hanya 35 persen kaum liberal yang mengatakan bahwa mereka adalah anggota gereja.
Kelompok sayap kiri mengalami penurunan drastis dalam keanggotaan gereja selama tiga dekade terakhir. Pada tahun 1998.
Kelompok konservatif juga mengalami penurunan keanggotaan gereja secara terus-menerus, namun tidak terlalu drastis. Pelepasan agama yang mereka lakukan tidak sama dengan kaum liberal.
Bagi lansia Amerika, meninggalkan agama kemungkinan besar akan menimbulkan perasaan terputusnya keyakinan pribadi mereka terhadap agama dan keterikatan agama pada keluarga.
Menjadi tidak beragama dalam rumah tangga yang taat beragama akan menghasilkan perasaan terisolasi dan terputusnya hubungan.
Potret Toleransi Agama di Aceh: Imelda Purba Nyaman Berbisnis Buah-buahan di Pasar Lambaro |
![]() |
---|
Untuk Tiga Perempuan Seniman Aceh: Benarkah Aturan Jilbab Syariat Islam Merendahkan Perempuan? |
![]() |
---|
Mengapa Mendirikan Fakultas Kedokteran di UTU? |
![]() |
---|
Prof Jarjani Usman: Representasi Gen X yang Optimistis dan Anti FOMO |
![]() |
---|
MIGAS Mengalir ke Medan, Kemiskinan Mengendap di Aceh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.