Berita Aceh Timur

Sering Jadi Bahan Kampanye Politisi, Jembatan di Julok Belum Kunjung Diperbaiki Usai Setahun Roboh

Ia juga menuturkan bahwa jembatan Naleung itu sudah menjadi ajang eksistensi para politisi di Aceh Timur sebagai bahan kampanyenya. Namun, progres...

Penulis: Maulidi Alfata | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ MAULIDI ALFATA
Masyarakat sedang menyebrangi sungai di Gampong Naleung untuk menyebrang ke Gampong Simpang Lhe, Kamis (30/5/2024). 

Ia juga menuturkan bahwa jembatan Naleung itu sudah menjadi ajang eksistensi para politisi di Aceh Timur sebagai bahan kampanyenya. Namun, progres perbaikan belum ada.

Laporan Maulidi Alfata | Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, IDI - Satu tahun menggunakan rakit saat melakukan aktivitas sehari-hari, warga Gampong Naleung, Kecamatan Julok, Aceh Timur berharap jembatan segera diperbaiki.

"Sudah satu tahun ini rusak, kami yang ingin beraktivitas ke luar desa harus baik rakit, karena hanya ini jalan yang lebih cepat, hanya empat kilo dari jalan lintas nasional," unsur Abdullah warga Gampong Naleung saat ditemui oleh Serambi di jembatan tersebut, Kamis (30/5/2024).

Ia menerangkan, tidak ada jalan lain selain melintasi jembatan ini.

Pasalnya jalan antar desa lain, jauhnya mencapai 15 KM untuk menempuh jalan lintas nasional, sementara jika melewati jembatan itu hanya berjarak 4 km.

"Kan enggak mungkin kami harus melintasi jalan 15 KM untuk sampai ke pasar atau kedai untuk belanja," ungkapnya dengan wajah yang kecewa.

Abdullah menceritakan bahwa jembatan itu dibangun pertama kali pada tahun 1982, kemudian rusak dan diperbaiki tahun 2015.

Pada tahun 2023 jembatan itu roboh dan tidak bisa dilalui lagi sampai sekarang.

Rakit menjadi kendaraan kedua warga Gampong Naleung semenjak robohnya jembatan utama tersebut.

Masyarakat sedang menyebrangi sungai di Gampong Naleung untuk menyebrang ke Gampong Simpang Lhe, Kamis (30/5/2024).
Masyarakat sedang menyebrangi sungai di Gampong Naleung untuk menyebrang ke Gampong Simpang Lhe, Kamis (30/5/2024). (SERAMBINEWS.COM/ MAULIDI ALFATA)

Baca juga: Jembatan Utama Rusak, Siswa Aceh Timur Naik Rakit ke Sekolah

Mereka harus mengocek kantong untuk mengeluarkan uang senilai Rp 5.000 untuk sekali naik.

Sementara untuk anak sekolah yang berjalan kaki digratiskan.

Namun, untuk siswa-siswi yang membawa sepeda motor mereka dikenakan tarif  Rp 2.000.

Tak hanya itu, banyak warga yang mengeluh jika ingin mengeluarkan hasil panennya untuk dipasarkan, tranportasinya terkendala dan memakan waktu yang lama.

"Kalau kamu ingin keluarkan hasil panen, seperti udang atau ikan, mobil nggak bisa dinaikkan ke rakit, terpaksa kita naikkan fiber-nya ke rakit walau memakan waktu lama dari biasanya," ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved