Serambi Awards 2024
Sejarah Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee Aceh Besar, Pelopor Kurikulum Dayah Terpadu Aceh
Di masa kejayaannya, pembelajaran dayah tradisional Abu Krueng Kalee harus dihentikan karena terjadi pergolakan dengan pemerintah.
Dayah Terpadu Darul Ihsan didirikan pada 1999, melanjutkan dayah yang sebelumnya didirikan dan dikembangkan pada tahun 1910-1946 oleh Tgk. H. Muhammad Hasan Krueng Kalee, seorang ulama kharismatik sekaligus tokoh pendidikan agama di Aceh.
Dari usianya, lembaga pendidikan ini tentu saja memiliki catatan sejarah yang cukup panjang. Dayah tradisional Abu Krueng Kalee, nama lain Tgk. H. Muhammad Hasan Krueng Kalee didirikan di sebuah tanah wakaf di kawasan Krueng Kalee, sebuah gampong (desa) yang berada di Kemukiman Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.
Dayah yang didirikan Abu Krueng Kalee ini pada awalnya belum memiliki nama.
Namun orang-orang kemudian menyebutnya sebagai Dayah Krueng Kalee karena lokasinya yang terletak di desa tersebut.
Dayah yang dikembangkan oleh ulama kelahiran Meunasah Ketumbu, Langgoe, Pidie pada 1886 ini termasuk dayah tingkat tinggi. Santrinya bukan hanya anak-anak yang baru menimba ilmu agama, tapi juga ulama atau pelajar yang ilmunya sudah diatas rata-rata.
Para santri ini datang dari berbagai pelosok Tanah Air dan negeri tetangga, untuk memperdalam ilmunya di Dayah Krueng Kalee.
Di masa kejayaannya, pembelajaran dayah tradisional Abu Krueng Kalee harus dihentikan karena terjadi pergolakan dengan pemerintah.
Abu Krueng Kalee kemudian dipindahkan ke kawasan Peunayong untuk alasan keamanan dan keselamatannya.
Di daerah tersebut, Abu Krueng Kalee tetap mengajar hingga akhir hayatnya.
Sementara dayah yang didirikan di kawasan Kemukiman Siem sejak sepeninggalnya mengalami kekosongan hingga Abu Krueng Kalee wafat pada 1973.
Kekosongan itu pun terus berlanjut hingga sekitar 40 tahunan.
Dayah ini kemudian diaktifkan kembali oleh keturunannya setelah menerima banyak teguran dan masukan dari masyarakat yang prihatin dan sedih, melihat kawasan dayah yang juga menjadi kompleks makam Abu Krueng Kalee itu dijadikan tempat untuk bertani hingga mengembala ternak oleh oknum-oknum masyarakat lainnya.
Pada 31 Mei 1999, pihak keluarga pun mencoba mendirikan dayah tersebut dibawah naungan Yayasan Darul Ihsan.
Adalah cucu beliau, H. Waishul Qarany Aly (pembina/pendiri yayasan) bersama dengan para sepupunya, H. Muhammad Faisal (Pimpinan dayah) dan Tgk. H. Musannif (ketua yayasan) serta salah seorang anak Abu Hasan Krueng Kalee, Teungku Razali Hasan, yang berhasil mendirikan Dayah Darul Ihsan di bekas tanah Dayah Krueng Kalee.
"Prosesnya panjang. Di 2006 kami sudah menghasilkan alumni pertama. Alhamdulillah hingga 2024,jumlah total santri kami sudah 1500an orang. Kalau alumninya sudah ribuan juga," ungkap Tgk. H Musannif, Ketua Yayasan Darul Ihsan Abu Krueng Kalee.
Pada acara Serambi Awards 2024 yang digelar di Gedung AAC Dayan Dawood Kampus Universitas Syiah Kuala (USK) Darussalam, Banda Aceh, Jumat 31 Mei 2024, Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee meraih penghargaan untuk kategori "Pelopor Kurikulum Dayah Terpadu di Aceh".
Baca juga: Darul Ihsan Pelopor Kurikulum Dayah Terpadu
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.