Pidie

Sungai Tangse Berubah hingga Terdapat Liang Sedalam 5 Meter, Begini Tanggapan Keuchik

Rusaknya aliran sungai itu diduga akibat banjir hingga aktivitas galian c yang dilakukan di aliran Sungai Lhok Keutapang... 

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Eddy Fitriadi
SERAMBINEWS.COM/M NAZAR
Aliran Sungai Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Pidie, Senin (3/6/2024), rusak dengan kondisi bagian tengah terbelah menjadi anak sungai.  

Laporan Muhammad Nazar I Pidie

SERAMBINEWS.COM, SIGLI -  Sungai Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Pidie berubah yang menyebabkan permukaan sungai terbelah menjadi liang sedalam lima meter.

Rusaknya aliran sungai itu diduga akibat banjir hingga aktivitas galian c yang dilakukan di aliran Sungai Lhok Keutapang

Aktivitas galian c di Sungai Lhok Keutapang diduga telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) galian c dari Pemerintah Provinsi (Pemprov).

"Pengambilan galian c di Sungai Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse telah memiliki izin dari dinas Pemerintah Provinsi," kata  Keuchik Lhok Keutapang, Mustafa, kepada Serambinews.com, Selasa (4/6/2024).

Menurutnya, pejabat dari Pemprov telah turun melakukan survei sebelum diterbitkan izin pengambilan galian c di Sungai Tangse. Pejabat Pemprov bertemu keuchik dan masyarakat saat melakukan survei. 

Kata Mustafa, hasil survei pejabat dari dinas Pemprov, bahwa pengambilan galian c dari jarak 500 meter tidak membahayakan, terutama jembatan rangka baja melintasi jalan nasional di Gampong Lhok Keutapang. 

"Ternyata aktivitas galian c dan banjir telah menyebabkan permukaan sungai berubah. Di bagian tengah sungai terbelah menjadi liang seperti anak sungai," ujarnya.

Ia menjelaskan, izin galian c yang dikeluarkan dinas Pemprov di beberapa titik di sungai tersebut, sebagian akan berakhir dan sebagian lagi berakhir pada tahun 2024. 

Sehingga aktivitas galian c tidak boleh dihentikan, mengingat masih memiliki izin. 

"Jika nantinya izin telah berakhir, maka harus distop perpanjangan izin galian c di Sungai Lhok Keutapang. Sejak adanya galian c banjir luapan tidak terjadi lagi di Gampong Lhok Keutapang," ujarnya.

Menurutnya, perusahaan penambang sirtu memberikan konstribusi terhadap gampong kisaran Rp 60 juta hingga Rp 100 juta per tahun. 

Dana itu dikelola dusun di Gampong Lhok Keutapang dan Masjid Lhok Keutapang yang juga mendapatkan dana tersebut. 

Dosen Universitas Serambi Mekkah (USM) Banda Aceh, Muhammad Nur, kepada Serambi, Selasa (4/6/2024) mengungkapkan, pengambilan pasir dan sirtu untuk Bendungan Rukoh di Sungai Lhok Keutapang sudah sangat meresahkan masyarakat.

Sebab, masalahnya tebing kebun salah satu mata pencaharian masyarakat rawan lonsor akibat penggurukan  pasir untuk Bendungan Rukoh. Selain itu, jalan lintas nasional sulit dilewati kendaraan roda dua dan empat akibat dilalui mobil truk besar pengangkut pasir untuk proyek raksasa tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved