Opini
Wajah Pendidikan Aceh Dulu dan Kini
Harapan mereka agar sistem pendidikan di Aceh dapat diintegrasikan menjadi suatu sistem pendidikan yang terpadu.
Dr Muhibuddin Hanafiah MAg, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
RENTETAN peristiwa besar bersejarah di Aceh pasca tahun 1945 yang menentukan masa depan Aceh adalah berakhirnya konflik Aceh gerakan DII/ TII di bawah pimpinan Tgk Daud Beureueh, mantan Gubernur Militer Aceh-Sumut dengan pemerintah pusat tahun 1953. Setelah itu beberapa tahun kemudian (1957) pemerintah pusat menetapkan kembali status Aceh sebagai daerah Istimewa.
Setahun berlalu (1958) pemerintah Daerah Istimewa Aceh mulai membangun kampus Darussalam sebagai Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma), sebagai jantoeng hate masyarakat Aceh melalui sebuah yayasan yang dibentuk pada 26 Maret 1958, yaitu Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh-Yayasan Pembangun Darussalam (YDKA-YPD) yang berfungsi sebagai pendiri dan pengembang Kopelma Darussalam. Setahun kemudian, 2 September 1959 Kopelma Darussalam dinyatakan secara resmi berdiri megah.
Kopelma Darussalam merupakan simbol dan semangat kebangkitan dan titik tolak kemajuan penddikan di Aceh pasca konflik politik yang berkepanjangan. Tugu yang berdiri megah di tengah lapangan kampus Darussalam adalah saksi bisu tentang betapa kobaran hasrat dan api jiwa masyarakat Aceh untuk keluar dari keterbelakangan menuju masa depan yang lebih bermartabat.
Pembangunan di bidang pendidikan diyakini sebagai salah satu solusi dan kunci untuk menuju cita-cita dan mimpi tersebut. Hanya saja ruh pendidikan yang dibangun tersebut terus mencari bentuk idealisnya. Kendati harapan dan cita-cita ideal pendidikan yang khas Aceh belum terwujud sampai hari ini, ikhtiar ke arah itu terus saja dilakukan oleh pemerintah di Aceh dengan dukungan kaum terpelajar, cerdik pandai, intelektual, para sarjana Darussalam dan seluruh masyarakat Aceh.
Harapan pendidikan Aceh
Menurut pandangan sejumlah pendiri dan penggagas Darussalam, sebagaimana disinggung oleh alm Prof Safwan Idris, sebenarnya konsep keistimewaan Aceh dalam bidang pendidikan adalah model pendidikan terpadu, integrasi dan berkualitas (agama dan umum), tidak berdiri sendiri sebagai lembaga terpisah sebagaimana yang terwujud sekarang (UIN, USK Pante Kulu).
Hal ini diakui sebagai harapan masyarakat Aceh kepada generasi Darussalam. Namun usaha yang telah lama dirintis ini belum juga membawa hasil dan sistem pendidikan masih terpisah-pisah. Untuk menjaga dan mengawal gagasan leluhur ini agar tidak dilupakan, maka saban 2 September diperingati sebagai Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Aceh. Sebab, 2 September 1959 merupakan tonggak bersejarah dalam kebangkitan pembangunan pendidikan di Aceh, yaitu lahirnya Kopelma Darussalam dan berdirinya kampus Universitas Syiah Kuala, dan diperingati sebagai Hardikda Aceh.
Untuk tujuan mengisi keistimewaan Aceh dalam bidang agama, adat-istiadat dan pendidikan, maka untuk pembangunan pendidikan Aceh, pemerintah daerah Aceh kemudian membentuk sebuah badan yang diberi nama Majelis Pendidikan Daerah (MPD) atau sekarang diubah nama menjadi Majelis Pendidikan Aceh (MPA).
Sebenarnya lembaga ini (MPA) ditugaskan untuk mengidentifikasi permasalahan pendidikan Aceh secara terpadu dan menyeluruh serta merumuskan cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut. Kelahiran lembaga ini sebenarnya mempunyai arti penting dalam mencari bentuk pendidikan yang lebih terpadu untuk Aceh. Karena kehadiran lembaga ini pada hakikatnya merupakan suatu langkah dalam menjabarkan konsep keistimewaan Aceh dalam bidang pendidikan sejak tahun1959.
Keistimewaan Aceh dalam bidang agama melahirkan MUI atau MPU tahun 1966. Keistimewaan Aceh dalam bidang adat-istiadat telah melahirkan lembaga yang bernama (LAKA atau MAA sekarang), dan untuk melengkapi konsep keistimewaan Aceh maka pada tahun 1990 dibentuklah MPD D.I.
Aceh sebagai badan ketiga keistimewaan Aceh, sebagai langkah konkret memikirkan penjabaran keistimewaan Aceh. Menurut alm Prof Safwan Idris, sebenarnya saat pembangunan Kopelma Darussalam masih dikendalikan oleh YPD, cita-cita membangun pendidikan terpadu masih ada harapan. Tetapi setelah YPD tidak diberi peran lagi, karena pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan tinggi yang ada di Kopelma Darussalam dilaksanakan oleh masing-masing departemen dan kementerian secara sentral dari pusat.
Dengan surutnya peran YPD, konsep pembangunan Darussalam sebagai Kopelma yang terpadukan hampir seluruhnya berantakan. Konon lagi setelah APDN ikut dipindahkan dari kompleks Kopelma Darussalam. Dayah Manyang Tgk Chiek Pante Kulu yang awalnya sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tinggi yang dikelola oleh Pemda Aceh mundur teratur dan kemudian berubah menjadi PTU swasta, IAIN menjadi PTKIN dan USK menjadi PTUN.
Harapan Pemda Aceh setelah terbentuknya MPD akan berfungsi sebagai pengganti YPD. Keberadaan MPD setelah diberi mandat oleh Pemda Aceh diproyeksikan akan memikirkan pengembangan pendidikan Aceh secara terpadu (lebih luas fungsinya dari YPD).
Kelahiran MPD ibarat kelahiran kembali hasrat masyarakat Aceh tentang pembangunan pendidikan seperti yang disemangatkan pada awal pemerintahan D.I Aceh, dan MPD diharapkan dapat mewarisi semangat tersebut. Selama beberapa tahun kemudian pembangunan pendidikan Aceh dilakukan oleh badan-badan, lembaga atau instansi yang terpisah-pisah yang masing-masing mengembangkan pendidikan di Aceh secara terpisah-pisah sebagai dampak dari warisan dan pola pengembangan pendidikan yang muncul dari zamannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.