Opini

Haruskah Karya Anak Bangsa Terindeks Scopus

Karena keandalannya dan cakupannya yang luas, banyak lembaga pendidikan, universitas, peneliti, dan akademisi yang berusaha agar publikasi mereka

Editor: Ansari Hasyim
For Serambinews.com
Prof Dr Apridar, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh. 

Oleh: Prof Dr Apridar SE MSi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh

SCOPUS adalah salah satu basis data referensi dan sitasi yang sangat penting di dunia akademik. 

Dikelola oleh Elsevier, Scopus mencakup berbagai jurnal ilmiah, prosiding konferensi, buku, dan berbagai sumber daya akademik lainnya. 

Selain itu, Scopus juga memberikan informasi terkait indeksasi, sitasi, dan metrik lainnya yang penting bagi penelitian dan publikasi ilmiah. 

Karena keandalannya dan cakupannya yang luas, banyak lembaga pendidikan, universitas, peneliti, dan akademisi yang berusaha agar publikasi mereka terindeks dalam Scopus.

Scopus adalah salah satu database bibliografi terbesar di dunia yang mencatat dan mengindeks artikel-artikel ilmiah dari berbagai disiplin ilmu. 

Platform tersebut  menawarkan berbagai alat untuk penelitian, termasuk fitur pencarian, analisis kutipan, dan indikator dampak jurnal dan artikel. 

Scopus memiliki peran penting dalam dunia akademik karena menyediakan akses ke informasi ilmiah yang terverifikasi dan terstruktur dengan baik. 

Jurnal yang terindeks di Scopus dianggap memiliki reputasi dan kredibilitas yang tinggi dalam komunitas akademik.

Baca juga: Dian Natasya, Mahasiswi UIN Ar-Raniry Lulus Tanpa Skripsi, Publikasi di Jurnal Scopus

Scopus pertama kali dikembangkan oleh Gerard Salton, seorang ilmuwan komputer asal Amerika Serikat. 

Gerard Salton dikenal sebagai pionir dalam bidang pemrosesan informasi dan pencarian informasi. 

Ia berperan besar dalam pengembangan algoritma yang digunakan dalam Scopus, meskipun konsep indeksasi seperti ini sudah ada sebelumnya.

Scopus sendiri merupakan produk dari perusahaan penerbitan Elsevier, yang berbasis di Belanda. 

Namun, ide dan teknologi dasar yang digunakan untuk membangun Scopus termasuk algoritma untuk pencarian dan indeksasi artikel ilmiah berakar pada kontribusi akademik dari Gerard Salton dan kolega-koleganya di bidang ilmu komputer dan pemrosesan informasi.

Scopus diluncurkan pada tahun 2004, namun konsep dasar pemrosesan dan pengindeksan artikel ilmiah secara digital sudah diprakarsai lebih awal, dengan banyak inovasi yang datang dari Salton dan rekan-rekannya di dunia akademik. Meskipun Scopus secara resmi dikelola oleh Elsevier, peran Gerard Salton dalam pengembangan prinsip-prinsip dasar yang mendasari sistem pencarian dan indeksasi adalah sangat signifikan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved