Berita Aceh Jaya

Uniknya Acara Adat Peumeunap dan Seumeuleung Sultan Kesultanan Daya di Aceh Jaya

Kegiatan yang berlangsung meriah ini digelar di Astaka Diraja Kompleks Makam Sultan Alaiddin Riayatsyah atau lebih dikenal dengan Poe Teumeurehom.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/TEUKU RAJA MAULANA
Dayang-dayang menyuap atau menyulang raja dalam prosesi adat seumeuleung di Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Rabu (19/6/2024). 

"Ini adalah agenda tahunan, warsian budaya Kerjaaan Daya yang kita lestarikan, dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya bekerja sama dengan masyarakat khususnya Kecamatan Jaya dan Indra Jaya," ujarnya.

Sejatinya, acara Peumenap dan Seumeuleung dilaksanakan pertama kali di saat Kerajaan Nanggroe Daya dideklarasi pada 10 Zulhijjah atau pada hari raya pertama Idul Adha.

Namun, belakangan kegiatan ini diadakan pada hari ketiga lebaran kurban mengingat pada hari raya pertama banyak pihak masih dalam kesibukan.

Kegiatan ini sudah menjadi ikonik bagi Aceh Jaya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang hadir bukan saja dari keturunan raja di Aceh atau masyarakat Aceh Jaya tetapi juga warga dari luar Aceh.

Asy’ari menyebut setiap tahunnya pengunjung acara Pemeunap dan Seumeuleung terus mengalami peningkatan. Sehingga berdampak pada perputaran ekonomi masyarakat.

Terakhir, Asy'ari berharap agar kedepannya pemerintah pusat hingga provinsi ikut memberikan dukungan apalagi saat ini acara PemeunaP dan Seumeuleung merupakan acara kelas Nasional usai dinobatkan  sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

"Karena ini bukan kelas Aceh Jaya saja tapi sudah kelas Aceh dan Nasional dan sudah diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada 213 maestro sebagai bentuk komitmen pemerintah menginventarisasi dan melindungi warisan budaya Indonesia. Salah satunya Kabupaten Aceh Jaya sebagai Kabupaten yang juga ikut andil untuk mendapatkan WBTB yaitu "Peumeunap dan Seumuleng Raja". oleh karenanya ke depan membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi, kalau selama ini dibantu oleh pihak Kabupaten khusunya Dinas Pendidikan dan Kabupaten Aceh Jaya saja," pungkasnya.

Sejarah Peumeunap dan Seumeuleung Raja

Untuk diketahui, upacara Peumeunap dan Seumeuleung Raja Nanggroe Daye ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun lalu.

Upacara ini dilaksanakan pada hari ketiga Idul Adha setiap tahunnya.

Biasanya, upacara ini dihadiri oleh para pewaris kerajaan-kerajaan di Aceh.

Selain dari keturunan Kesultanan Aceh Darussalam, juga hadir pewaris kerajaan Kuala Batu, Radja Lingge, Radja Singkil, Radja Samalanga, Radja Trumon, Radja Bubon, Radja Kluet, Radja Teunom, Radja Rigah, Radja Seunagan, Radja Kuala Unga, Radja Cunda, Radja Pedir, dan lainnya.

Beberapa literatur menyebutkan, upacara Peumeunap dan Seumeuleung ini merupakan prosesi adat yang dilakukan setiap tahun untuk memperingati hari pelantikan Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah menjadi raja pada Kerajaan Daya.

Pada upacara tersebut, Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah disuapi (disuleung) oleh dayang-dayang kerajaan sebagai simbol peneguhan atau penabalannya sebagai raja.

Kerajaan Meureuhom Daya didirikan pada tahun 1480 M dan mempersatukan Kerajaan Keuluang, Lamno, Kuala Unga, dan Kuala Daya menjadi Kerajaan Daya.

Kerajaan ini menetapkan ibu kotanya di Lam Kuta dan Kuta yang terletak di Gampong Gle Jong (kini masuk dalam Mukim Kuala Daya, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, provinsi Aceh, Indonesia).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved