Konflik Palestina vs Israel
Perang Lawan Hizbullah, ‘PLN’ Israel: Israel Tidak akan Bisa Dihuni Setelah 72 Jam Tanpa Listrik
Perang lawan Hizbullah, 'PLN' Israel mengatakan Israel tidak akan bisa dihuni setelah 72 jam tanpa listrik.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Perang lawan Hizbullah, kepala perusahaan yang bertanggung jawab atas perencanaan sistem kelistrikan atau 'PLN-nya' Israel mengatakan, Israel tidak akan bisa dihuni setelah 72 jam tanpa listrik.
Israel disebutkan tidak siap menghadapi kerusakan yang akan dialami infrastruktur listriknya jika terjadi perang besar-besaran dengan kelompok pejuang Islam Hizbullah berbasis dari Lebanon.
Kepala perusahaan yang bertanggung jawab merencanakan sistem kelistrikan atau Independent System Operator Ltd Israel (NOGA), Shaul Goldstein memperingatkan hal itu.
“Kami tidak berada dalam situasi yang baik, dan kami tidak siap menghadapi perang sesungguhnya. Kita hidup dalam khayalan,” kata Shaul Goldstein dikutip dari Times of Israel, Kamis (20/6/2024).
“Kami tidak bisa menjanjikan listrik jika terjadi perang di utara. Setelah 72 jam tanpa listrik, mustahil tinggal di sini,” tambahnya.
Baca juga: PLN Israel Angkat Tangan, Tak Siap Hadapi Perang Besar-besaran Lawan Hizbullah
Baca juga: Tetangga Palestina Segera Perang, Jenderal Israel Setujui Pertempuran di Lebanon
CEO NOGA itu menegaskan kalau pihaknya tidak siap menghadapi perang melawan Hizbullah.
“Kami tidak siap menghadapi perang yang sebenarnya,” kata Shaul Goldstein.
Pernyataan itu disampaikan CEO NOGA saat tampil di sebuah konferensi di kota selatan Sderot setelah ditanya apakah ia dapat menjamin pasokan listrik yang berkelanjutan dalam skenario darurat.
“Jika Nasrallah memutuskan untuk menetralisir jaringan listrik Israel, dia hanya perlu mengangkat telepon dan menghubungi kepala jaringan listrik Beirut, yang [sebagian besar] identik dengan jaringan listrik Israel,” klaim Goldstein.
Setelah komentarnya mulai menjadi berita utama, Goldstein berusaha untuk menarik kembali beberapa komentar tersebut
Dia mengatakan kepada lembaga penyiaran publik Kan, “Saya membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab yang tidak seharusnya saya lakukan.”
Peringatannya datang di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa situasi di perbatasan utara Israel dapat meningkat menjadi perang besar-besaran antara Israel dan kelompok teror Hizbullah yang didukung Iran.
Milisi Syiah diyakini memiliki sekitar 150.000 roket yang dapat digunakan untuk menargetkan infrastruktur Israel.
Baca juga: Netanyahu dan Militer Israel Konflik, Pemerintah dan IDF Saling Sindir di Publik soal Lawan Hamas
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.