Berita Pidie

Kesbangpol Pidie Bahas Nasib Rohingya, Hadirkan Tiga Narasumber Utama Aceh

“Karena rasa kemanusiaanlah, masyarakat Aceh menerima mereka meski berat setelah menerima lika-liku ulah yang tidak senonoh," ujarnya.

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Kepala Kesbangpol Pidie, T Iqbal, SSTP, MSi. 

Laporan Idris Ismail l Pidie 

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pidie bersama Forum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh membahas nasib para pengungsi Rohingya dengan menghadirkan tiga narasumber utama Aceh yang berlangsung di Aula Kesbangpol setempat, Selasa (2/7/2024).

Kepala Kesbangpol Pidie, T Iqbal, SSTP, MSi kepada Serambinews.com, Selasa (2/7/2024), mengatakan, diskusi yang membahas nasib ‘manusia perahu’ atau etnis Rohingya ini menjadi bagian terpenting dalam membentuk perspektif pemikiran masyarakat lebih terbuka.

“Guna menguak tabir ini, kami mengundang dalam diskusi kepala Kesbangpol Aceh, Dedy Yuswadi, AP, akademisi Unimal, Dr Amrizal J Prang, SH, dan Junaidi Ahmad, SH, MAg selaku mula muda dan mantan Komisioner KIP Aceh untuk duduk bersama elemen masyarakat Pidie dalam diskusi," sebutnya.

Pembahasan nasib pengungsi, maka Indonesia sendiri tidak termasuk negara yang turut meratifikasi konvensi PBB soal pengungsi.

Karenanya, pemerintah menuntut agar Konvensi 1951 tidak menjadi dalih memaksa Indonesia menerima pengungsi tersebut.

Namun, Indonesia memiliki Perpres Nomor 125 Tahun 2016 terkait penanganan pengungsi asing.

“Jadi, dua aturan ini juga perlu penjelasan yang lebih detail. Terlepas dari perdebatan hukum itu, pada kenyataannya arus pengungsi Rohingya tetap menjadi masalah serius bagi Aceh,” papar dia. 

“Karena rasa kemanusiaanlah, masyarakat Aceh menerima mereka meski berat setelah menerima lika-liku ulah yang tidak senonoh," ujarnya.

Ditambahkan dia, tidak tertutup kemungkinan arus gelombang pengungsian bakal kembali menjadi 'Tamu Tak Diundang' yang akan menjamah kembali mereka datang ke Negeri Serambi Mekkah.

Umumnya mereka lebih tertarik dengan Aceh karena budaya 'Peutimang Jamee' yang kental masih terasa. Namun lambat laun kedok pengungsi Rohingya kerap menjadi pemicu sosial ditengah masyarakat.

Sehingga perlu penanganan secara masif terhadap pengelolaan kemanusiaan ini.

“Kajian ini menjadi lebih menarik dengan melibatkan tiga pakar sosial yang memberikan kontribusi dan sulusi terbaik dalam pemahaman terhadap nasib para pengungsi Rohingya," ungkapnya.(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved