Berita Kutaraja

Aduh! Produksi Air di PDAM Tirta Daroy Turun Drastis, Pelanggan di Ujung Pipa tak Dapat Pasokan

Akibat hal tersebut, urai Ampon Yub, saat ini total produksi air di Perumdam Tirta Daroy mengalami penurunan hampir setengah dari total produksi.

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Saifullah
FOR SERAMBINEWS.COM
Permukaan air baku dipompa intake PDAM Tirta Daroy turun dampak tidak turunnya hujan si hulu sungai. 

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Penurunan sumber air baku dari Krueng Aceh dampak kemarau yang melanda Aceh mengakibatkan jumlah produksi air di Perumdam Tirta Daroy Banda Aceh mengalami penurunan drastis.

Direktur Perusahaan Air Minum Daerah (Perumdam) Tirta Daroy, T Novizal Aiyub atau akrab disapa Ampon Yub mengatakan, akibat musim kemarau tersebut, jumlah produksi air di Perumdam Tirta Daroy mengalami penurunan hampir 50 persen.

Dia mengatakan, debit air di Krueng Daroy tiap harinya kian menyusut.

Hal itu dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan.

"Dan juga karena hujan tidak turun di area hulu. Kalau pun di kawasan Banda Aceh turun hujan, itu nggak ada artinya," papar Ampon Yub saat dikonfirmasi Serambinews.com, Selasa (23/7/2024).

Penurunan debit air itu juga diperparah lantaran hingga saat ini proyek Rehabilitasi Bendungan Karet di WTP Lambaro juga belum selesai.

"Targetnya itu bulan Agustus selesai, tapi sampai saat ini belum tampak akan selesai. Padahal kita ke depan ini, ada PON, jadi air sangat diperlukan," ujarnya.

Akibat hal tersebut, urai Ampon Yub, saat ini total produksi air di Perumdam Tirta Daroy mengalami penurunan hampir setengah dari total produksi.

Terlebih saat sore hari ketika debit air mengalami penurunan.

Produksi tersebut turun hampir 50 persen, sehingga Ampon Yub meminta masyarakat agar lebih berhemat air.

Sebab, masyarakat yang berada di kawasan paling ujung penyaluran air tersebut, terkadang tidak mendapat distribusi air sama sekali.

"Kalau yang dekat sama pipa mungkin dia dapat. Dan masyarakat yang dekat pipa pelayanan utama dia pakai air boros, kasihan yang di ujung seperti di Ulee Lheue dan Lampulo. Airnya nggak sampai lagi," jelasnya.

Diterangkan Ampon Yub, jika hari normal ketika debit air mencukupi, rata-rata per harinya mereka bisa memproduksi hingga 60 ribu kubik.

Namun, akibat berkurangnya debit air dan dampak dari musim kemarau, pihaknya hanya mampu memproduksi 40 ribu hingga 50 ribu kubik saja.

Lanjutnya, saat ini kualitas air yang diproduksi juga bermasalah.

Lantaran air yang disedot oleh mesin merupakan air endapan saja.

"Bukan murni air sungai lagi. Karena kalau air sungai itu sudah tertahan di Bendungan Seulimeum yang akan disalurkan ke sawah. Jadi air yang mengalir kita itu, air sisa," ungkapnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved