Perang Gaza

AS Sebut akan Bantu Bela Israel jika Diserang Iran, Sistem Pertahanan Udara Canggih Telah Disiapkan

Ketika ditanya bantuan apa yang akan diberikan AS jika konflik yang lebih luas meletus di Timur Tengah akibat kematian Haniyeh dan pembunuhan komandan

Editor: Ansari Hasyim
Istimewa
Rudal balistik Iran diluncurkan ke Israel. 

SERAMBINEWS.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin menegaskan kembali komitmen teguhnya terhadap keamanan Israel pada hari Rabu dan mengatakan Washington akan membelanya jika diserang Iran dan proksinya.

Haniyeh dibunuh pada Selasa dini hari setelah melakukan perjalanan dari rumahnya di Qatar ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden baru negara itu Masoud Pezeshkian.

Israel belum mengomentari pembunuhannya. AS mengatakan tidak terlibat dalam pembunuhan itu dan tidak mengetahui hal itu sebelumnya.

Ketika ditanya bantuan apa yang akan diberikan AS jika konflik yang lebih luas meletus di Timur Tengah akibat kematian Haniyeh dan pembunuhan komandan tinggi Hizbullah di Beirut pada malam sebelumnya, Austin mengatakan Washington akan tetap membela Israel jika negara itu diserang, tetapi prioritasnya adalah meredakan ketegangan.

Baca juga: Iran Siapkan Operasi Khusus Balas Dendam Pembunuhan Pemimpin Hamas Haniyeh

"Kami tentu akan membantu membela Israel. Anda melihat kami melakukannya pada bulan April (ketika AS memimpin koalisi pasukan yang, bersama dengan Israel, hampir sepenuhnya menggagalkan serangan Iran terhadap Israel dengan ratusan pesawat nirawak dan rudal). Anda dapat berharap melihat kami melakukannya lagi," katanya, mengacu pada serangan yang dilancarkan Iran terhadap Israel sebagai tanggapan atas pengeboman komandan Garda Revolusi di sebuah gedung di konsulatnya di Suriah.

"Kami tidak ingin melihat hal itu terjadi," imbuh Austin.

"Kami akan bekerja keras untuk memastikan bahwa kami melakukan berbagai hal untuk membantu meredakan ketegangan dan mengatasi masalah melalui pertemuan diplomatik."

Berbicara dalam konferensi pers di Filipina, Austin mengatakan dia tidak percaya perang yang lebih luas di Timur Tengah akan menjadi hal yang tidak dapat dihindari.

"Saya pikir selalu ada ruang dan peluang untuk diplomasi," kata pejabat pertahanan tersebut, seraya menambahkan bahwa "apa yang telah kita lihat di sepanjang perbatasan, perbatasan utara, dengan Israel dari waktu ke waktu, itulah yang menjadi perhatian kita."

“Sekali lagi, kami akan memberikan segala yang kami bisa untuk memastikan bahwa kami mencegah hal ini berkembang menjadi konflik yang lebih luas di seluruh wilayah,” tambahnya.

Kemudian pada hari Rabu, dalam panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengenai Hizbullah dan Lebanon, Austin menegaskan kembali keyakinan AS pada hak Israel untuk membela diri.

Sebuah pernyataan dari kantor Austin mengatakan keduanya berbicara tentang tanggapan Israel terhadap serangan Hizbullah pada 27 Juli yang menewaskan 12 anak di lapangan sepak bola di Israel utara, dan membahas ancaman terhadap Israel yang ditimbulkan oleh berbagai kelompok yang didukung Iran, termasuk Hizbullah Lebanon.

Kementerian Pertahanan Israel mengatakan bahwa pejabat AS telah diberi informasi terbaru tentang “operasi tepat” yang menewaskan komandan utama Hizbullah Fuad Shukr.

Gallant menyebut operasi tersebut sebagai tanggapan langsung terhadap serangan Hizbullah dan pembunuhan 12 anak di kota Majdal Shams di Israel utara, demikian pernyataan tersebut.

“Menteri Gallant menekankan bahwa Israel tidak menginginkan perang; namun, IDF tetap siap untuk membela warganya dan menanggapi setiap serangan oleh Hizbullah.”

Baik pernyataan dari Pentagon maupun Kementerian Pertahanan tidak menyebutkan Haniyeh, karena AS telah mengatakan bahwa pihaknya “tidak mengetahui atau terlibat dalam” pembunuhan yang ditargetkan tersebut, dan pemerintah Israel mengatakan tidak akan mengomentari masalah tersebut.

Namun, Pentagon mengatakan bahwa kedua pejabat pertahanan tersebut “membahas ancaman terhadap Israel yang ditimbulkan oleh berbagai kelompok teroris yang didukung Iran,” dan Austin menegaskan kembali komitmennya yang teguh terhadap keamanan Israel dan hak untuk membela diri.

Pentagon juga mengatakan bahwa keduanya telah membahas upaya yang sedang berlangsung untuk mencapai solusi diplomatik yang memungkinkan warga di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon untuk kembali ke rumah mereka dengan aman.

Terakhir, Gallant menekankan kepada Austin bahwa “terutama selama masa-masa ini, Negara Israel tengah berupaya untuk mencapai kerangka kerja guna membebaskan para sandera.”

Untuk tujuan tersebut, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata di Jalur Gaza, meskipun Haniyeh terbunuh dan di tengah kekhawatiran bahwa hal itu dapat mendorong kelompok Hamas untuk menarik diri dari negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera dalam perang 10 bulan di Gaza.

Berbicara kepada Channel News Asia, Blinken mengatakan dia tidak akan berspekulasi tentang dampaknya terhadap upaya gencatan senjata, tetapi bahwa "keharusan untuk mencapai gencatan senjata, pentingnya hal itu bagi semua orang, tetap ada."(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved