Cara Canggih Mossad Tembus Intelijen Iran untuk Bunuh Ismail Haniyeh, Bom Diledakkan dari Jarak Jauh

Insiden ini bukan sekadar tragedi, tetapi juga menyingkap lapisan kompleksitas dalam operasi intelijen yang terjadi di balik layar.

Editor: Faisal Zamzami
ANWAR AMRO/AFP
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Ismail Haniyeh terbunuh dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran. 

Kompleks tersebut memiliki tim medis yang bergegas ke ruangan segera setelah ledakan. Tim medis itu menyatakan Haniyeh langsung meninggal dunia di tempat kejadian.

Tim mencoba untuk menyelamatkan pengawal pribadinya, tetapi pengawal itu juga sudah meninggal.

Menurut dua pejabat Iran, pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziyad al-Nakhalah, tidur di kamar sebelahnya.

Kamar al-Nakhalah tidak rusak parah.

Hal itu menunjukkan adanya perencanaan yang teliti dalam menargetkan Haniyeh.

Khalil al-Hayya, wakil komandan Hamas di Jalur Gaza yang juga berada di Teheran, tiba di lokasi kejadian dan melihat jenazah rekannya.

New York Times melaporkan, di antara orang-orang yang segera diberitahu, adalah Jenderal Ismail Ghaani.

Dia merupakan panglima Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi di luar negeri, yang bekerja erat dengan para sekutu Iran di kawasan, termasuk Hamas dan Hezbollah.

Ismail Ghaani lalu memberi tahu pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada dini hari itu. Empat jam setelah ledakan, Garda Revolusi mengeluarkan pernyataan bahwa Haniyeh telah terbunuh.

Pada pukul 7 pagi, Khamenei telah memanggil anggota Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran ke kompleks rumahnya untuk pertemuan darurat. Saat itu dia mengeluarkan perintah untuk menyerang Israel sebagai pembalasan.

Saat kejadian itu, kondisi keamanan Teheran telah ditingkatkan terkait dengan acara pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian.

Para pejabat senior pemerintah, komandan militer, dan pejabat dari 86 negara berkumpul di Gedung Parlemen di pusat kota Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan itu pada hari sebelumnya..

Haniyeh tampak ceria pada hari Selasa saat menghadiri acara pengambilan sumpah Presiden Pezeshkian.

Ia memeluk Pezeshkian setelah presiden itu menyampaikan pidato pengukuhannya, dan kedua pria tersebut mengangkat tangan, membuat tanda kemenangan.

Metode Pembunuhan Jadi Subyek Perselisihan

Di Iran, metode pembunuhan Haniyeh menjadi subyek rumor dan perselisihan.

Kantor Berita Tasnim, media Garda Revolusi, melaporkan bahwa para saksi mengatakan sebuah benda seperti rudal menghantam jendela kamar Haniyeh dan meledak.

Namun kedua pejabat Iran, anggota Garda Revolusi yang diberi pengarahan mengenai serangan tersebut, membenarkan bahwa ledakan terjadi di dalam kamar Haniyeh.

Mereka juga mengatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan, bahan peledak telah ditempatkan di sana beberapa waktu sebelumnya.

Mereka menggambarkan ketepatan dan kecanggihan serangan itu memiliki taktik yang mirip dengan senjata robot AI yang digunakan Israel untuk membunuh ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh, tahun 2020.

Operasi pembunuhan Israel di luar negeri umumnya dilakukan Mossad, badan intelijen untuk urusan luar negeri negara itu.

David Barnea, pimpinan Mossad, mengatakan pada Januari lalu bahwa lembaganya “berkewajiban” untuk memburu para pemimpin Hamas, kelompok di balik serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

“Ini akan memakan waktu, seperti yang terjadi setelah pembantaian di Munich, tetapi tangan kami akan menangkap mereka di manapun mereka berada,” kata Barnea. Dia merujuk pada pembunuhan sejumlah atlet Israel oleh teroris pada Olimpiade 1972 di Munich, Jerman.

 

Biden Sesalkan Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Tak Akan Membantu Gencatan Senjata

 Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyesalkan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.

Menurut Biden pembunuhan tersebut tak akan membantu untuk tercapainya gencatan senjata di Gaza.

Adanya kekhawatiran meningkatnya risiko eskalasi di perang Timur Tengah karena pembunuhan Haniyeh di Iran.

 
Hamas dan Garda Revolusi Iran mengonfirmasikan kematian Haniyeh, yang berpartisipasi dalam negosiasi agar tercapainya gencatan senjata di Gaza.

Haniyeh terbunuh dalam ledakan yang terjadi di tempat menginapnya di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024).

Haniyeh tengah berada di Iran untuk menghadiri disumpahnya Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.

“Yang pasti, ini tak akan membantu (gencatan senjata),’ kata Biden kepada reporter, Kamis (1/8/2024), saat ditanya apakah pembunuhan Haniyeh akan menghancurkan kesepakatan gencatan senjata, seperti dikutip dari Al-Arabiya.

Biden pun mengatakan ia telah melakukan pembicaraan lansgung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengenai permasalahan yang ada.

Pemerintah Israel sendiri tak mengungkapkan secara langsung bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.

 Namun, ia menegaskan bahwa Israel telah memberikan pukulan terhadap proksi Iran, termasuk Hamas dan Hizbullah.

Selain itu, bukan rahasia bahwa Netanyahu menginginkan kematian Haniyeh, dan pejabat Israel karena merasa mereka bertanggung jawab atas aksi kelompok perlawanan Palestina itu di utara Israel pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang untuk dijadikan sandera.

Israel sendiri berdalih sebagai upaya pembalasan, telah membunuh nyaris 40.000 warga Palestina sejak 7 Oktober lalu, berdasarkan pernyataan Kementerian Kesehatan Gaza.

 

Baca juga: VIDEO - Mahasiswi Dibunuh di Rumahnya, Pelaku Berhasil Ditangkap Polres Bireuen

Baca juga: Ini 15 Siswa, Warga Korban Sambaran Petir di Subulussalam dan Pengobatan Tradisional Terbukti Ampuh

Baca juga: Benarkah Haji Uma Akan Maju Dalam Pilkada Aceh 2024? Ini Jawaban Sang Senator

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved