Konflik Palestina vs Israel

Sosok Syekh Ekrima Sabri, Imam Masjid Al-Aqsa yang Ditangkap Israel Usai Ajak Doakan Ismail Haniyeh

Penangkapan juga dipicu dari isi khutbah Jumatnya yang menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Editor: Faisal Zamzami
Tangkapan layar via New Arab News
Imam Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrima Sabri. 

SERAMBINEWS.COM - Sosok Imam Masjid Al Aqsa, Syekh Ekrima Sa'id Sabri, ditangkap polisi Israel di kediamannya.

Israel menangkap Imam Masjid Al-Aqsa Sheikh Ekrima Sabri yang mengajak mendoakan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang tewas terbunuh di Teheran, Iran.

Sabri mengajak mendoakan Haniyeh saat memimpin Shalat Jumat, Jumat (2/8/2024).

Penangkapan juga dipicu dari isi khutbah Jumatnya yang menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Selain mengajak mendoakan Haniyeh, Sabri ikut berkabung dan memuji pemimpin politik Hamas tersebut.

 Menurut pengacaranya, Khaled Zabarka seperti dikutip dari Anadolu Agency, Sabri telah dibebaskan oleh kepolisian Israel.

Namun, ia dideportasi dari wilayah tempat suci umat Islam itu hingga 8 Agustus, dengan kemungkinan perpanjangan masa deportasi hingga 6 bulan.

Salah satu kerabat Sabri mengatakan bahwa polisi menyerbu rumahnya di Yerusalem Timur dan menangkapnya.

Setelah Shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa, Sabri memimpin Salat Ghaib untuk Haniyeh.

Imam berusia 58 tahun itu sebelumnya juga pernah ditahan oleh tentara Israel, dan dilarang masuk Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, selama beberapa bulan.

Baca juga: Misteri Pesawat Militer Rusia Mendarat di Iran, Diduga Pasok Senjata Jelang Serangan ke Israel

Sebelum ditangkap, Syekh Sabri kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa tuduhan penghasutan terhadap dirinya, yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Israel Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keamanan Nasional Moshe Arbel, tidak berdasar.

Pasalnya, dia hanya menyampaikan khotbah shalat Jumat dengan ucapan belasungkawa terhadap Ismail Haniyeh.

"Apa yang saya sampaikan dalam khotbah Jumat saya adalah pidato keagamaan dan belasungkawa, bukan hasutan," kata Sabri.

"Di manakah kebebasan berekspresi yang mereka banggakan?," tanya dia.

Pengacara Khaled Zabarqa, anggota tim pembela Syekh Sabri, menghadiri shalat Jumat dan mendengarkan khotbah.

Dia berkata, "Saya tidak menemukan hasutan apa pun dalam pernyataan Syekh Sabri.

Hasutan sebenarnya berasal dari kelompok ekstremis Yahudi yang menargetkannya dan menggunakan alat hukum untuk melawannya".

Namun beberapa menteri Israel dan anggota Knesset menyerukan agar Syekh Sabri ditangkap dan dicabut izin tinggalnya menyusul pidatonya untuk Haniyeh.

Menteri Keamanan Nasional Ben-Gvir menginstruksikan polisi Israel untuk menyelidiki Sabri, sementara Menteri Dalam Negeri Moshe Arbel mendorong pencabutan izin tinggal sementara Sabri (kartu identitas biru).

Dalam memo kepada Knesset, Arbel menuduh Sabri melakukan pelanggaran keamanan dan melanggar kepercayaan.

"Sabri memegang izin tinggal permanen di Israel, yang tidak menghalanginya untuk menghasut negara selama bertahun-tahun," tulis Arbel.

Arbel mengutuk Sabri karena memuji Haniyeh.

Menurut Arbel, pemimpin Hamas itu disebut sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas pembantaian pada tanggal 7 Oktober 2023.

Arbel mengumumkan niatnya untuk mencabut izin tinggal permanen Sabri, dengan alasan tindakan anti-negara yang berulang kali.

"Pasal 11(a) Undang-undang Masuk ke Israel memberikan wewenang kepada Menteri Dalam Negeri untuk mencabut izin tinggal untuk tindakan yang dianggap melanggar kepercayaan, seperti terorisme atau hasutan, tanpa memerlukan hukuman hukum," tambahnya.

Sementara juru bicara kepolisian Israel mengonfirmasi bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki khotbah Sabri yang berpotensi menimbulkan hasutan dan akan bertindak berdasarkan temuan tersebut.

Baca juga: VIDEO IDF Siaga Penuh Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh, Warga Israel Dilarang Bepergian ke 40 Negara

Sosok Syekh Sabri

Mengutip dari laman Faces of Palestine, Syekh Sabri sempat menjabat sebagai Mufti Besar Yerusalem dan Palestina pada Oktober 1994 sampai Juli 2006.

Ia sangat dihormati karena memiliki pemikiran dan kontribusi akademisnya.

Pria yang meraih gelar doktor dari Universitas Al Azhar Mesir, terkenal karena perannya sebagai mantan Mufti Besar Yerusalem dan Palestina serta pemimpin agama yang paling berpengaruh di wilayah tersebut.

Syekh Sabri juga sering menjadi imam dan memimpin salat serta kegiatan keagamaan di Masjid Al Aqsa.

Ia merupakan salah satu sosok yang vokal menentang pendudukan Israel.

Sabri memang dikenal sebagai pengkritik keras dari pendudukan Israel di wilayah Palestina selama beberapa dekade.

Ia sebelumnya sempat menjabat sebagai Mufti Yerusalem dan wilayah Palestina dari 1994 hingga 2006.

Haniyeh sendiri tewas terbunuh dalam ledakan yang mendera tempatnya menginap di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024).

Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri peresmian presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Meski Israel tak mengungkapkan bertanggung jawab atas insiden tersebut, banyak pihak menganggap negara Zionis itu sebagai pelakunya.

Baca juga: Kata-kata Terakhir Ismail Haniyeh ke Ayatollah Ali Khameini: Kutip Ayat Al-Quran Surah Ali Imran

Baca juga: VIDEO - Iran Tuding Mossad Israel Dalang Pembunuhan Haniyeh, Eskalasi Paling Kuat akan Menanti

Baca juga:  LPPM USK dan BPOM Aceh Dorong Produksi Garam Higienis Berstandar SNI di Desa Lam Ujong

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved