Konflik Palestina vs Israel

Muak Berunding sama Israel, Hamas Tak Kirim Delegasi di Pertemuan Kamis Nanti usai Tewasnya Haniyeh

Muak berunding sama Israel terkait gencatan senjata, kelompok pejuang Islam Hamas memilih untuk tidak mengirim delegasi di pertemuan Kamis nanti.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/IDF
Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi (tengah kiri) bertemu dengan kepala CENTCOM Amerika Serikat Jenderal Michael Kurilla (tengah kanan) di Tel Aviv pada tanggal 5 Agustus 2024. Muak berunding sama Israel terkait gencatan senjata, kelompok pejuang Islam Hamas memilih untuk tidak mengirim delegasi di pertemuan Kamis nanti. 

SERAMBINEWS.COM - Muak berunding sama Israel terkait gencatan senjata (kesepakatan penghentian perang), kelompok pejuang Islam Hamas memilih untuk tidak mengirim delegasi di pertemuan Kamis nanti.

Keputusan ini diambil Hamas di bawah kepemimpinan Yahya Sinwar usai menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh Israel di Iran beberapa waktu lalu.

Dilansir dari Times of Israel pada Senin (12/8/2024), kelompok pejuang Islam Hamas dari Palestina mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengirimkan delegasi.

Sumber-sumber Israel kepada CNN pada Minggu kemarin mengatakan, pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah mengindikasikan ke mediator Mesir dan Qatar untuk mengakhiri perang.

Meski demikian, kelompok pejuang Islam itu mengatakan pada Minggu malam bahwa mereka tidak berencana mengirim negosiator ke pembicaraan pada Kamis mendatang.

Baca juga: Keburu Ngambek, Hamas Tak akan Hadiri Perundingan Terakhir Gencatan Senjata dengan Israel Kamis Ini

Baca juga: Keringat Dingin, Kemenhan Israel sampai Rapat di Bawah Tanah Jelang Serangan Lebanon dan Iran

Dikatakan, pihaknya telah meminta para mediator untuk menyajikan rencana yang didasarkan pada perundingan sebelumnya 2 Juli lalu.

Hamas tidak tertarik terlibat dalam perundingan baru untuk mencapai kesepakatan berdasarkan kerangka kerja yang telah diamandemen.

"Para mediator harus menegakkan hal ini terhadap pendudukan (Israel) alih-alih melakukan putaran negosiasi lebih lanjut atau proposal baru yang akan memberikan kedok bagi agresi pendudukan dan memberinya lebih banyak waktu untuk melanjutkan genosida terhadap rakyat kami," demikian pernyataan Hamas.

 

 

Diketahui Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengungkapkan optimisme kalau kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang didukung luas dan diajukan kepada Israel-Hamas awal tahun ini masih dapat dilaksanakan.

Dalam wawancaranya kepada CBS, presiden AS itu percaya "masih mungkin" bagi pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan serta pembebasan 115 sandera tahanan Hamas dan kelompok-kelompok pejuang Islam lainnya di Gaza

Kesepakatan ini juga menurutnya sebuah harapan mengakhiri pertempuran di daerah kantong Palestina yang dilanda perang tersebut.

"Rencana yang saya susun, didukung oleh G7, Dewan Keamanan PBB dan lain sebagainya, masih bisa dilaksanakan," kata Biden.

"Saya dan seluruh tim saya bekerja keras setiap hari untuk memastikan bahwa hal itu tidak meningkat menjadi perang regional. Namun, hal itu bisa saja terjadi," tambahnya.

Baca juga: Kapan CPNS 2024 Dibuka? Catat Jadwal dan Link Pendaftaranya via SSCASN

Seiring dengan dorongan baru untuk kesepakatan antara Israel dan Hamas, Amerika telah berupaya menghalangi Iran menyerang Israel.

Hal ini sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli, walau Israel tidak membenarkan atau menyangkal bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

Berharap menghindari perang regional habis-habisan, pejabat AS sebagaimana laporan Channel 12 mendesak mitra-mitra Israel menyelesaikan kesepakatan sesegera mungkin.

Setelah AS, Qatar, dan Mesir mengatakan dalam pernyataan bersama pada Jumat kemarin, kesepakatan perlu diselesaikan dan dilaksanakan tanpa penundaan lebih lanjut.

Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Jumat malam bahwa Israel akan mengirim negosiatornya ke pembicaraan 15 Agustus 2024.

"Untuk menyelesaikan rincian pelaksanaan kerangka perjanjian," demikian rilis Kantor PM Israel.

Israel Rapat Kabinet, Infonya Hizbullah Lebanon Targetkan Pejabat Senior Zionis

Sementara pada kesempatan lain diberitakan, Israel cepat-cepat rapat Kabinet Kementerian Keamanan (Kemenhan).

 infonya kelompok pejuang Islam Hizbullah dari Lebanon akan menargetkan pejabat senior zionis dalam waktu dekat.

Laporan Channel 13 dilansir Times of Israel pada Jumat (9/8/2024), penilaian Israel Hizbullah akan mencoba menargetkan pejabat senior Israel.

Hal ini sebagai pembalasan atas pembunuhan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr oleh Israel pada 30 Juli 2024, setelah serangan roket Hizbullah menewaskan dua belas anak di Dataran Tinggi Golan beberapa hari sebelumnya.

Diketahui Kabinet melakukan rapat di Lubang, sebutan ruang komando bawah tanah sebagai latihan menghadapi kemungkinan situasi darurat, Kamis malam kemarin.

Rapat yang diadakan secara terus-terusan dalam beberapa hari terakhir ini membahas kesiapan Israel menghadapi potensi serangan oleh kelompok pejuang Islam Hizbullah di Lebanon.

Israel tengah mempersiapkan diri menghadapi serangan yang dijanjikan oleh Iran dan para kelompok proksinya yang terlibat dalam beberapa pembunuhan besar baru-baru ini.

Media Ibrani melaporkan, kabinet bertemu di ruang komando bawah tanah markas besar militer Kirya itu pertama kalinya pada malam 13-14 April 2024.

Rapat kala itu membahas serangan Iran yang meluncurkan sekitar 300 rudal dan pesawat tak berawak ke Israel, hampir semuanya dicegat.

Kirim Surat Ancaman ke Lebanon

Sementara Menteri Pertahanan, Yoav Gallant mengeluarkan surat yang tidak biasa kepada rakyat Lebanon.

Dia memperingatkan dalam bahasa Arab bahwa Israel akan memerangi Hizbullah “dengan sekuat tenaga” jika kelompok itu terus meningkatkan ketegangan.

"Negara Israel menginginkan perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas di kedua sisi perbatasan utara dan karena itu tidak akan membiarkan milisi Hizbullah mengganggu stabilitas perbatasan dan wilayah tersebut," tulis Gallant.

"Jika Hizbullah melanjutkan agresinya, Israel akan melawannya dengan sekuat tenaga," sambungnya.

Dia mengingatkan penyesalan [pemimpin Hizbullah Hassan] Nasrallah atas petualangan berbahaya dan tak terduga pada Agustus 2006 lalu.

Hal itu mengacu pada Perang Lebanon Kedua, konflik selama 34 hari yang meletus ketika pasukan Hizbullah menangkap dua tentara Israel dan membunuh beberapa lainnya.

“Mereka yang bermain api harus siap menghadapi kehancuran,” kata Gallant.

Wali Kota Haifa, Yona Yahav, juga merujuk pada Perang Lebanon Kedua pada hari Kamis, dengan mengatakan kepada lembaga penyiaran publik, Kan bahwa persenjataan Hizbullah jauh lebih canggih dibandingkan 18 tahun yang lalu.

"Rudal-rudal itu sangat presisi, dan mereka diperkirakan akan menembakkan 4.000 rudal ke arah kita setiap hari," kata Yahav.

"Itulah yang kami persiapkan [warga negara kami]. Bagaimanapun, kami meminta mereka untuk menyiapkan cukup makanan, cukup air, karena kami perkirakan mereka harus tinggal di sana [di tempat perlindungan dan daerah aman] selama empat hingga enam hari" jika Hizbullah menyerang, tambahnya.

Dalam penilaian di Komando Front Dalam Negeri IDF, Gallant mengatakan Israel berupaya memberikan peringatan yang memadai terhadap setiap serangan yang diharapkan.

Namun menyarankan warga untuk melanjutkan kehidupan seperti biasa jika tidak ada arahan khusus.

"Ketahanan masyarakat memungkinkan kita untuk membuat keputusan operasional yang tepat," kara Gallant.

"Dalam menghadapi upaya musuh untuk menebar ketakutan, kita harus melanjutkan kehidupan sehari-hari yang normal," tambahnya.

Israel telah bersiap menghadapi serangan sejak militer membunuh Shukr minggu lalu, beberapa jam sebelum Ismail Haniyeh, pemimpin politik kelompok Hamas yang juga tewas dalam ledakan di Teheran.

Kematian Haniyeh tidak diklaim atau disangkal oleh Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab hingga saat ini.

Iran, yang mendukung Hizbullah dan Hamas, bersumpah untuk membalas pembunuhan tersebut.

Laporan The Wall Street Journal pada Kamis kemarin, Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan Iran.

Negara Paman Sam itu mengingatkan, pemerintahan dan ekonomi Iran bisa mengalami pukulan yang menghancurkan jika melancarkan serangan besar terhadap Israel.

Pesan tersebut disampaikan secara langsung kepada Teheran maupun melalui perantara.

“Amerika Serikat telah mengirim pesan yang jelas kepada Iran. risiko eskalasi besar jika mereka melakukan serangan balasan yang signifikan terhadap Israel sangat tinggi,” kata seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut.

Teheran telah diberi tahu "bahwa ada risiko serius yang akan berdampak pada ekonomi Iran dan stabilitas pemerintahan yang baru terpilih jika negara itu terus menempuh jalan itu," pejabat itu menambahkan.

Peringatan itu tidak dimaksudkan untuk mengkomunikasikan bahwa AS akan menyerang Iran secara langsung sebagaimana laporan Journal mengutip pejabat Amerika.

Republik Islam dilaporkan ragu-ragu apakah akan melancarkan serangan. Tetapi pada Rabu kemarin, CNN melaporkan pejabat Israel menilai Hizbullah mungkin menyerang Israel dalam beberapa hari mendatang, terlepas dari Iran sendiri.

Israel telah menyampaikan kepada Hizbullah dan Iran bahwa setiap serangan terhadap warga sipil di Israel akan melewati batas merah dan mengakibatkan respons yang tidak proporsional, menurut Channel 12.

Jaringan yang sama melaporkan pada Kamis kemarin bahwa Israel telah bersiap tidak hanya untuk melawan roket dan rudal, tetapi juga untuk mencegah penetrasi lintas perbatasan melalui darat atau laut.

(Serambinews.com/Sara Masroni) 

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved