Features
Ketika Pangdam IM Berkisah Sejarah Aceh, Penerimaan Prajurit TNI, Hingga Status Tanah Blangpadang
Sang Jenderal Berkisah Sejarah Aceh, Penerimaan Prajurit TNI, hingga Status Tanah Blangpadang
Duduk di Bale Sanggamara yang berada di bibir sungai Krueng Aceh membuat pikiran menjadi tenang, setenang air sungai yang mengalir di bawahnya. Sayangnya, Senin (12/8/2024) kemarin, air sungai sedang keruh.
“Hujan deras sehingga airnya keruh. Biasanya airnya hijau dan indah dipandang,” ungkap Mayjen TNI Niko Fahrizal, Pangdam IM, sambil menunjuk ke arah sungai di bawah Bale Sanggamara, tak jauh dari jembatan Pante Pirak. “Sungainya bersih, tidak seperti di tempat lain,” timpal Brigjen TNI Ayi Supriatna, Kasdam IM yang duduk di samping saya (Zainal Arifin/Pemred Serambi Indonesia). Di meja itu juga ada Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin, dan Kepala LPP TVRI Aceh, Ali Qausen.
Di meja lain, masih di ruangan yang sama, diisi oleh para pemimpin redaksi dan unsur pimpinan organisasi wartawan di Aceh. Ada juga Irdam, Brigjen TNI Yudi Yulistyanto, Kapok Sahli Pangdam, Brigjen TNI Senmart Tonda, dan para para pejabat Kodam IM, termasuk Kapendam Kolonel Inf Alim Bahri.
Mayjen Niko bercerita, beberapa hari lalu, dia pernah sangat marah saat melihat rekanan yang membersihkan dahan pohon di seberang sungai (Jalan Cut Meutia), membuang dahan-dahan pohon ke dalam sungai. Pangdam pun memerintahkan bawahannya untuk meminta rekanan itu memungut kembali semua dahan dan daun yang dibuang di pinggir sungai, untuk dibuang ke tempat semestinya.
Menurutnya, seluruh warga Banda Aceh harus bersama-sama menjaga sungai Aceh tetap bersih. Karena ini salah satu objek wisata yang sarat sejarah.
Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Prof Ahmad Humam Hamid, dalam salah satu seri artikel berjudul “Aceh dan Kepemimpinan Militer” di Serambinews.com menulis, bahwa di tepi sungai Aceh itu, mulai dari jembatan Pante Pirak hingga jembatan Peunayong, Sultan Iskandar Muda kerap mengadakan pesta jamuan makan bagi para tamu yang datang dari mancanegara.
Kemarin, di Bale Sanggamara yang berada di pinggir Krueng Aceh, Pangdam IM berbagi kisah tentang sejarah Aceh di hadapan para pimpinan media dan organisasi pers di Aceh. Dalam pertemuan silaturahmi ini, Pangdam juga berdiskusi ringan tentang pembangunan Aceh.
Dari pemaparannya, Mayjen Niko terlihat sangat menguasai literatur sejarah Aceh. Bukan tanpa sebab, ketika menjabat Irdam IM tahun 2021-2023, Niko selalu mendapat tugas mementaskan drama kolosal yang mengangkat sejarah heroik perjuangan para Pahlawan Nasional asal Aceh, pada setiap peringatan HUT RI dan momen lainnya. Mulai dari Iskandar Muda, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Malahayati, Teuku Umar.
“Untuk kepentingan itu, agar alur drama kami sesuai dengan sejarah, maka saya harus mempelajari semua literatur sejarah Aceh. Saya juga berdiskusi dengan para sejarawan Aceh, agar sumber-sumber Belanda yang saya ambil, sesuai dengan yang sebesarnya,” ungkap Pangdam.
Dalam kesempatan itu, Pangdam Niko Fahrizal juga berbagi kisah tentang masa kecilnya di Kampung Mulia dan Peunayong, masa remaja di Geuceu, hingga kemudian dia lulus tes Akabri. “Kakek dari ayah saya berasal dari Arongan Aceh Barat, sementara kakek dari ibu saya di Peukan Bada,” ujarnya.
Setelah berkisah tentang sejarah, Mayjen Niko kemudian bercerita panjang lebar tentang program yang sedang dilakukan oleh Kodam IM saat ini. Di antaranya, Niko memerintahkan jajaran prajurit TNI AD di Aceh untuk membersihkan dan merawat makam para pahlawan, merehabilitasi masjid-masjid bersejarah, serta membangun kembali jembatan-jembatan kecil di pedalaman yang rusak parah. “Saya selalu mengingatkan prajurit, bahwa kita harus militan di masa perang dan berguna di masa damai,” ujarnya.
Pangdam juga mengatakan telah memerintahkan para Dandim di seluruh Aceh untuk mempersiapkan remaja Aceh yang ingin menjadi prajurit TNI. “Mereka harus dipersiapkan dengan baik jauh-jauh hari sebelum tes atau seleksi dilaksanakan. Sehingga kita bisa benar-benar mendapatkan prajurit yang ideal,” ujarnya.
Di akhir pertemuan, Pangdam juga menyinggung tentang status tanah Blangpadang yang kerap diungkit jelang momen-momen politik tertentu. Terkait hal ini, Mayjen Niko mengatakan bahwa Kodam Iskandar Muda juga sedang meneliti kembali semua bukti-bukti kepemilikan dan status tanah Blangpadang.
“Intinya, tanah itu tetap terpelihara dengan baik. Namanya juga tidak berubah, tetap Blangpadang. Kami berusaha menjaganya agar tetap bersih dan terawat,” ujarnya. Pangdam juga mengatakan, di Blangpadang saat ini ada sekira 30-an orang bekerja merawat dan menjaga kebersihan. Mereka digaji dari hasil parkir. Jika ada pendapatan lebih, sebagiannya diserahkan untuk pembangunan Masjid Raya Baiturrahman.(zainal arifin)
features
Silaturahmi Pangdam dengan Pimpinan Media
Mayjen TNI Niko Fahrizal
Zainal Arifin M Nur
Pimpinan Media
status tanah blangpadang
Beri Edukasi Beasiswa Lewat NGOPI, A Sabur Hadirkan Putra Indrapuri yang Sukses |
![]() |
---|
Bupati Resmikan RSU Telaga Bunda 2, Bireuen Kini Miliki Rumkit Baru |
![]() |
---|
Sarbila Karlina Wati, Sikap Pantang Menyerah Berbuah Prestasi |
![]() |
---|
Pidato Emosional Kenang Nasihat Sang Ayah, Safaruddin “Kajeut Neuk, Tidak Usah Lagi Berpolitik” |
![]() |
---|
Dana Desa 2025 di Lhokseumawe Gampong Pusong Terbanyak, Keude Peunteut Terkecil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.