Kupi Beungoh
Fenomena Kehidupan Milenial akan Menjadi Tanggung Jawab Kita Bersama
Begitu juga masyarakat dan Pemerintah bersama-bersama menjaga dan merawat mereka untuk menjadi generasi penerus kedepannya.
Oleh: Dr. H. Mukhsinuddin. S.Ag. S.Ag. M. M
FENOMENA kehidupan para remaja yang masih milenial saat ini, telah sampai kepada titik kerawanan krisis yang paling parah dan merisaukan kita semua, baik krisis moralitas, pelecehan seksual dengan prostitusi dimana-mana,
pemakaian narkoba dan perjudian secara online yang sedang marak saat ini, telah membawa malapetaka bagi generasi kita kedepan, yang selama ini kita prihatin dan risaukan.
Kesemua itu adalah sebuah tanggung jawab dan tantangan bagi kita semua, baik sebagai pendidik, orang tua sekalipun sebagai Pemerintah.
Sebagai pendidik bagaimana membina, mendidik anak didiknya untuk dapat menerima ilmu pengetahuan (Knowledge) yang ditransferkan kepadanya, sehingga mereka dapat mengamalkan dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya sekaligus sebagai keteladanan yang harus mereka ikuti dan teladani.
Begitu juga masyarakat dan Pemerintah bersama-bersama menjaga dan merawat mereka untuk menjadi generasi penerus kedepannya.
Menurut Prof .Dr. Zakiah Darajat, dalam bukunya menjelaskan bahwa anak sejak dini dibekali dan ditanamkan nilai-nilai agama (Ad-Din) dalam jiwa mereka, sehingga dalam pertumbuhannya mereka mampu akan membawa kearah yang positif.
Ajaran Agama yang ditanamkan sejak dini kepada anak, merupakan bagian dari unsur kepribadiannya, dan akan betindak dan bersikap sebagai filter dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan yang timbul.
Dengan keyakinan ajaran agama itu mereka akan mengatur tingkah laku dan sikapnya secara otomatis dari dalam, mereka akan takut melakukan dosa yang meraka buat, aplikasi iman dalam jiwanya sehingga tidak melakukan dan melanggar ketentuan Allah Swt dan norma-norma kemasyarakatan.
Keluarga sebagai Modal Awal
Tatkala dalam Keluarga bagi anak- anak telah menemukan suasana keagamaan dan melaksanakan nilai-nilai ilahiyah, hidup penuh dalam kasih sayang orang tua dan sopan santun, maka tindakannya itu akan membawa kepada pengalaman yang mereka lihat dari kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan pendidik dalam pendidikan.
Secara kacamata Agama anak itu berkembanag menurut didikan orang tuanya.
orang tua yang bijak tentu mengarahkan anaknya kearah yang lebih baik dan hasanah, dalam sebuah Hadits, Rasulullah Shallallah alaiwasallam menjelaskan:
“Setiap anak yang dilahirkan adalah suci tetapi orang tuanyalah yang membawa anak itu menjadi - Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (Alhadits).
Penjelasan Hadits diatas patut kita cermati bahwa eksistensi orang tua dalam mendidik anaknya sangat terpatron kepada arah yang dibawa oleh orang tuanya.
Filosof Islam Ibnu Al-Jauzi dalam bukunya “ Aththib Arruhani” menulis perhatiannya terhadap pembentuakn jiwa anak, serta pendidikan budi pekerti yang tinggi wajib dimulai dalam keluarga.
Kalau anak-anak dibiarkan secara bebas akan membawa kehidupan yang kurang baik, sehingga sukar untuk mengembalikan kepada kebiasaan yang bermoral dan bertanam keagamaan.
Imam Besar Al-Ghazali memberikan komentarnya dalam Kitab :Ihya Ulumuddin “bahwa anak itu adalah amanah Allah kepada orang tua, mereka bagaikan permata yang mahal harganya.
Kehadirannya sebagai dambaan hati, tangisan pertama telah di sambut dengan gembira dan penuh harapan karena mereka adalah sebagai penerus keturunan.
Dalam Alquran digambarkan: sebagai cobaan(Fitnah) bagi orang tuanya (QS. 64 : 15).
Tanggung jawab untuk melaksanakan bimbingan dan didikan yang baik, merupakan amanah dari Allah Swt yang perlu dipertanggungjawabkan dikemudian hari
sebagaimana sabda Rasulullah Shalallah alaiwi wasallam: “Orang tua mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya dan diminta pertanggung jawabannya.( HR. Bukhari ).
Orang tua dan pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak itu diperlukan pembiasan (Habitual) dan latihan (Drill) yang sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Karena kebiasaan itu akan mebentuk sikap tertentu bagi anak, akhirnya mereka akan menjadi mantap dalam segala hal yang menyangkut dengan pribadinya, komunikasi, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak akan membawa dampak yang positif pada kehidupannya masa kini maupun masa akan datang.
Karena itu orang tua perlu menyadari faktor terpenting adalah terbinanya hubungan orang tua dengan anak secara baik ,harmonis dan serasi.
Kemudian orang tua perlu juga membaca kejiwaan serta karakter anak yang perlu dikembangakan kepada anak sehingga mereka mampu menyesuaikan dirinya dengan berbagai tuntunan masa kini dan mendatang.
Tanamkan komunikasi antara orang tua dengan anak secara baik dan hormanis, penuh rasa tanggung jawab sehingga akan membawa dampak pada kepribadian dan pengembangan potensinya.
Bila anak telah mnemukan suasana yang baik dalam keluarga, hidup dalam kasih sayang orang tua dan sopan santun, maka tindakanya itu akan membawa kepada pengalaman yang mereka lihat dari kehidupan keluarga, karena mereka dalam masa sosialisasi yaitu masa proses imitasi dan tahap belajaR.
Keluarga sebagaimana dituliskan oleh: Elizabet B. Hurluch dalam bukunya ”Child Development “ keluarga adalah faktor terpenting dalam membentuk kepribadian seorang anak, mereka betahun - tahun hidup dalam lingkunngan keluarga dibandingkan hidup di lingkungan masyarakat, sekalipun di lingkungan sekolah.
Hakikat rumah tangga adalah tempat utama dan pertama bagi si anak dalam membentuk kepribadian, otoritas orang tua mutlak perlu untuk mendidik bagi anak dari hal-hal yang merusak jiwanya sekalipun jasmaninya.
Seorang Dosen Pasca Sarjana IKIP Dr. Hattari menjelaskan: Seorang anak itu bisa terjerumus ke dalam pengrusakan jiwanya dan penyalahgunaan narkoba dan lain sebagainya disebakan oleh kelemahan orang tua dalam mendidik dan membimbingnya, kecenderungan itu datang dari interen keluarga yang terlalu memanjakan dan melindungi anak sehingga terpengaruh dari faktor eksteren yaitu lingkungan kehidupannya.
Psicososial yang ada pada anak sebagai akibat pengaruh lingkungan , dari itu perlu tanggung jawab orang tua yang lebih bijak dan efektif dalam mencegah anak dari kerusakan nilai-nilai moral dalam jiwanya dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Kenakalan remaja milinial yang kita lihat sekarang ini disebakan dari “ Broken Home” dalam keluarganya, orang tua tidak mampu membentuk dan membangun sebuah keluarga yang baik,
Dr. Abdul Mu’in menjelaskan dalam tulisannya “ Kehancuran remaja dan anak didik akan kita jumpai pada keluarga – keluarga yang orang tuanya pemabuk dan bermasalah: (Majalah D&R).
Menurut Dr Hattari lebih menekankan kepada orang tua dalam keluarga itu dibentuk sikap disiplin, persatuan dan kebaktian, kalau orang tua aktif dalam melaksanakan sosialisasi padanya sejak kecil , anak itu akan mengaggap keluarga sebagai sumber kekuatan dimana merasa mereka dapat diterima, dihargai dan disayangi.
Walaupun nanti mereka menemukan lingkungan yang lebih luas lagi , mereka tetap dalam sosialnya terbatas pada keluarga dan orang tuanya.
Inilah sebuah fenomena dan klimak yang menghantui generasi kita akan datang, dari itu otoritas orang tua dalam keluarga merupakan mutlak dan komplek untuk mencegah dan menfilter kecenderungan anak dalam melakuakn hal-hal yang negatif dan kerusakan moral, baik pengaruh budaya,
pengaruh tehnologi dan yang lebih fatal lagi adalah pengaruh pemakain narkoba dan judi yang lagi marak di setial sudut kehidupan.
Ada sementara orang beranggapan bahwa pembinaan anak hanya pada berkisar masalah kesehatan jasmaniah saja, sedangkan masalah mentalitas dan ruhaniah tidah begitu dipentingkan.
Sangat disayangkan bila dalam pembinaan anak terutama dalam keluarga, orang tua hanya mementingkan kesehatan jasmaniah saja, sementara ruhaniahnya dibiarkan begitu saja, kita lupa bahwa pembinan ruhaniah anak itu merupakan titik awal menentukan kepribadian anak dikemudian hari.
Menanamkan nilai-nilai Agama
Nilai-nilai Agama yang ditanamkan dalam keluarganya merupakan pembinaan dan bimbingan anak itu tunduk dan patuh pada ajaran agama, pengahayatan atas nilai tersebut akan membentuk sikap dan pribadi yang baik, perkembangan ruhaniahnya pun terarah kepada norma-norma agama.
Kalau pendidikan agama dalam suatu keluarga kurang mendapat perhatian yang serius dan penuh tanggung jawab anak hanya berkembang secara alamiah, sungguh akan mengakibatkan keluarga yang demikian itu hancur dan tidak harmonis.
Banyak orang tua mengeluh dan merasa sulit dalam mendidik anaknya dikarenakan nilai-nilai agama dalam keluarganya tak mampu dibina dengan baik dan tidak dapat melahirkan sikap-sikap yang bernorma agama.
Orang tua tidak dapat menafikan bahwa nilai religius dan spriritual-lah yang sangat penting dalam kehidupan anak era saat sekarang ini.
Iman adalah sebagai filter bagi anak dalam meniti kehidupan, mereka tidak melakukan hal-hal yang betentangan dari norma agama.
Sikap patuh dan tunduk terhadap ajaran agama sebagai manefestasi dari keimanan yang ditanamkan sejak dalam kandungan.
Nlai moral yang tertanam pada anak itu akan membuat mereka sopan dan santun, bijak, ikhlas dan suci dalam jiwanya, sehingga terbentuk keluarga, masyarakat dan bangsa yang bermoral.
Suatu masyarakat dan bangsa yang tidak ada moralitas tidak akan jaya dan maju.
Seperti disinyalir oleh seorang penyair besar : Syauqi Baid dalam syairnya “Suatu Bangsa tetap hidup selama akhlaknya tetap baik, bila akhlak mereka sudah rusak, maka sinarlah kejayaan Bangsa tersebut”.
Kita semua menginginkan masyarakat dan bangsa ini hidup dengan nila-nilai agama dan bermoral sehingga akan dicurahkan bangsa dan negara “Baldatun Thaibatun Warabbun Ghafur".
Tatanan nilai-nilai moral sejak dini pada remaja, mininial dan mahasiswa merupakan hal yang sangat serius yang harus kita perhatikan untuk masa depan mereka dalam memimpin Bangsa Indonesia yang besar ini. Semoga terwujud. Aminn. (*)
*) PENULIS adalah Dosen STAIN Meulaboh Aceh Barat
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
Memahami Peran Guru dalam Internalisasi Nilai-Nilai Maulid |
![]() |
---|
Baju Syariah, Ruh Konvensional: Koperasi Syariah ke Mana? |
![]() |
---|
Cinta Iskandar Muda: Antara Ketulusan, Politisasi & Fenomena Terlantarnya Makam Permaisuri di Pidie |
![]() |
---|
Revisi Qanun Olahraga Aceh: Meneguhkan Jati Diri, Menjawab Tantangan dan Harapan |
![]() |
---|
BSS I Ob-Gin: Mengasah Keterampilan, Menyelamatkan Kehidupan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.