20 Tahun Tsunami Aceh: Memperkuat Komitmen Aksi untuk Kemanusiaan melalui Kepemimpinan Lokal
Dalam acara ini, para peserta berdiskusi tentang langkah-langkah yang dapat diambil guna mengkonsolidasikan sektor kemanusiaan yang lebih inklusif
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Aliansi Pembangunan Kemanusiaan Indonesia (AP-KI) bersama Indonesian Localisation Lab, dan Network for Empowered Aid Response (NEAR) menyelenggarakan Konferensi Pelokalan Indonesia dan Asia-Pasific Local Leader Summit pada 19-22 Agustus 2024 bertajuk “Merapatkan Barisan untuk Penguatan Pelaku Lokal Respon Kemanusiaan dan Membangun Ketangguhan” di Hotel Hermes, Banda Aceh.
Acara yang dihadiri oleh lebih dari 50 lembaga dari dalam dan luar negeri ini digelar untuk menjadi ruang berbagi pengalaman, praktik terbaik, tantangan dan peluang dalam mendekatkan bantuan kemanusiaan kepada komunitas dan memastikan respons yang komprehensif dan efektif terhadap krisis kemanusiaan.
Tujuan utama konferensi ini adalah untuk menjawab tantangan kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun regional, dengan memastikan pemenuhan kebutuhan dan perlindungan dasar, serta meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi krisis yang berkepanjangan.
Dalam acara ini, para peserta berdiskusi tentang langkah-langkah yang dapat diambil guna mengkonsolidasikan sektor kemanusiaan yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Salah satu rekomendasi utama yang dihasilkan dari konferensi ini adalah kesepakatan dalam pembentukan National Reference Group (NRG) atau Kelompok Referensi Nasional di Indonesia.
Grup ini akan menjadi wadah bagi berbagai aktor kemanusiaan, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil (OMS), organisasi perempuan, lembaga donor, PBB, LSM internasional, pelaku lokal, dan komunitas terdampak, untuk duduk bersama dalam suasana sejajar dan mencari solusi bersama atas tantangan kemanusiaan yang dihadapi.
Dengan NRG ini, diharapkan ekosistem kemanusiaan Indonesia dapat diperkuat melalui koordinasi dan kolaborasi yang lebih baik antar seluruh pemangku kepentingan.
Baca juga: Sambut Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh, GEN-A Tampilkan Seni Adaptasi Nandong Smong
Puji Pujiono, selaku Senior Adviser Pujiono Centre dan Chairman of Steering Committee untuk NEAR Global Localisation Lab menyebutkan konferensi ini merupakan momentum untuk mengumpulkan para aktor kemanusiaan guna menyepakati definisi pelokalan yang selama ini dimaksud dalam sektor kemanusiaan, mendukung kepemimpinan lokal yang lebih kuat, dan juga menjadi momen refleksi bersama dalam merayakan Hari Kemanusiaan Sedunia sekaligus memperingati 20 tahun tsunami Aceh.
"Forum ini memberikan ruang bagi kita semua untuk berkolaborasi dan memastikan bahwa solusi kemanusiaan yang kita wujudkan lebih inklusif dan berpihak pada masyarakat lokal, dan salah satu bentuk nyatanya adalah melalui National Reference Group (NRG) yang berperan penting dalam menerjemahkan komitmen global ke dalam tindakan lokal.” kata Puji Pujiono.
Puji menjelaskan, Di tengah kondisi demokrasi Indonesia yang terus berkembang, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) lokal termasuk organisasi kemanusiaan dan organisasi perempuan telah memainkan peran yang sangat penting dalam respons kemanusiaan. Sejak pandemi COVID-19, OMS Indonesia telah berhasil meningkatkan efektivitas kemanusiaan di seluruh negeri.
Menurutnya, Kolaborasi dan jaringan sektor kemanusiaan merupakan hal yang kunci dalam memperkuat kapasitas organisasi lokal untuk merespons krisis kemanusiaan dengan lebih baik.
"Pelokalan respon kemanusiaan ini menjadi penting karena dengan dukungan komunitas lokal, para aktor kemanusiaan lokal diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, inklusivitas juga menjadi hal yang perlu kita dorong dalam mencapai kepemimpinan lokal dalam kemanusiaan," kata Jemilah Mahmood selaku Grand Bargain Ambassador.
"Gender dalam situasi kemanusiaan adalah hal yang niscaya dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari segala sesuatu yang kita lakukan. Pertimbangan gender dalam situasi kemanusiaan sangatlah penting. Di lain sisi, penguatan peran dan pengkapasitasan aktor lokal pun masih perlu terus digagas untuk membangun infrastruktur kemanusiaan yang semakin mapan ke depan,” Tambah Jemilah.
Khotimun Sutanti dari Asosiasi LBH APIK yang merupakan salah satu tim kerja inti dari Women Local Humanitarian Leaders Consortium menambahkan, pelokalan tidak hanya tentang mendekatkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, tetapi juga tentang memastikan perspektif dan pengalaman perempuan diakui.
Dia menyebut, perempuan merupakan salah satu kelompok dengan resiko berganda pada saat situasi krisis. Kita bisa melihat saat tsunami Aceh 2004, jumlah korban perempuan 4 kali lipat dibanding laki-laki. Juga menajamnya kekerasan berbasis gender kita bisa temukan di berbagai dampak kejadian bencana, seperti di Palu, dan Cianjur, juga saat Pandemi COVID-19.
Lulusan Ilmu Komunikasi dan Suka Fotografi Merapat! Kemenko PM RI Buka Lowongan Kerja, Cek Syaratnya |
![]() |
---|
BAM DPR RI Tampung Aduan Wali Kota Subulussalam, HRB Fokus Perjuangkan Keadilan Agraria |
![]() |
---|
Masyarakat Kajhu Apresiasi Trans Kutaraja, Harap Jalan Krueng Cut–Kajhu Diperlebar |
![]() |
---|
Yahwa Minta ASN Kemenag Aceh Besar Tulus Layani Masyarakat |
![]() |
---|
Prodi Ilmu Kelautan USK Gelar Pengabdian Masyarakat Restorasi Padang Lamun di Pesisir Aceh Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.