Konflik Palestina vs Israel
Terbongkar Percakapan Telepon Presiden AS Biden dan PM Israel Netanyahu, Ini Isinya
Terbongkar percakapan telepon Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, ini isinya.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Terbongkar percakapan telepon Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, ini isinya.
Diketahui Netanyahu berbicara melalui sambungan telepon dengan Biden pada Rabu (21/8/2024).
Hal ini menanggapi gagalnya upaya kesepakatan gencatan senjata (penghentian perang) dan pembebasan sandera setelah baru-baru ini Gedung Putih menyampaikan optimisme perundingan antara Israel dan Hamas.
Wakil Presiden Kamala Harris, kandidat presiden dari Partai Demokrat, juga bergabung dalam panggilan tersebut, menurut Gedung Putih.
Baca juga: Tak Ada Gencatan Senjata, PM Israel Netanyahu Takkan Tinggalkan Koridor Philadelphia di Gaza-Mesir
Baca juga: Update! Sejak 7 Oktober, Tentara Israel Bunuh 40 Ribu warga Palestina di Gaza Termasuk Anak Kecil
Selama panggilan tersebut, Biden menekankan urgensi untuk menuntaskan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.
"Serta membahas pembicaraan mendatang di Kairo untuk menyingkirkan hambatan yang tersisa," demikian bocoran Gedung Putih dikutip dari Times of Israel, Kamis (22/8/2024).
Sementara Kantor Netanyahu di Tel Aviv tidak mengomentari percakapan tersebut.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri (AS), Antony Blinken yang berada di wilayah tersebut minggu ini mengklaim mendorong “proposal” yang dirancang untuk menjembatani mengatasi perselisihan antara Israel dan Hamas.
Perselisihan itu mengenai isu-isu seperti penempatan pasukan IDF di perbatasan Gaza-Mesir jika terjadi kesepakatan.
Berbicara kepada pers pada Senin kemarin, Blinken memuji Netanyahu karena mendukung proposal tersebut.
Menlu AS Kejauhan Akomodasi Kepentingan Israel
Sementara di sisi lain, pendekatan Blinken ditanggapi negatif oleh sebagian orang.
Dua pejabat Arab dari negara penengah dan pejabat ketiga yang terlibat dalam pembicaraan tersebut mengatakan, Blinken bertindak terlalu jauh dengan mengakomodasi posisi Netanyahu.
Dalam hal ini mengakomodasi Netanyahu mengenai keberadaan IDF yang berkelanjutan di koridor Philadelphia dan Netzarim.
Baca juga: Bocoran! Ini 5 Tips Lolos CPNS 2024 di Kejaksaan ala Sausan Nazhira dari Kejari Aceh Utara
Seorang pejabat Arab menyesalkan tidak ada gunanya mengadakan pertemuan tingkat tinggi para negosiator yang direncanakan akhir minggu ini di Kairo.
Kecuali AS menekan Netanyahu untuk menarik kembali tuntutan barunya dan mengubah proposal penghubungnya sebagaimana mestinya.
Pejabat Arab lainnya menyatakan kebingungannya atas pernyataan publik Blinken yang berulang kali dalam beberapa hari terakhir soal Netanyahu mendukung usulan AS untuk menjembatani perselisihan.
Dengan alasan ini secara tidak akurat menggambarkan Hamas sebagai satu-satunya pihak yang melakukan hambatan.
Pejabat Arab itu menunjuk pada komentar yang terus dibuat PM Israel tentang perlunya kehadiran militer Israel secara permanen di Koridor Philadelphia mencegah penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza.
Pejabat ketiga yang terlibat dalam pembicaraan tersebut mengatakan, proposal AS tidak memungkinkan kehadiran Israel secara permanen di koridor tersebut, tetapi tidak juga mengesampingkan penempatan semacam itu sepenuhnya.
Takkan Tinggalkan Koridor Philadelphia di Perbatasan Gaza-Mesir
Sementara diberitakan sebelumnya PM Israel, , Benjamin Netanyahu tidak akan meninggalkan Koridor Philadelphia yang menjadi perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.
Netanyahu dilaporkan memberi tahu keluarga garis keras para sandera yang ditinggalkan soal agresi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina.
"Israel tidak akan meninggalkan Koridor Philadelphia dan Koridor Netzarim dalam keadaan apa pun," kata Netanyahu dikutip dari Times of Israel, Rabu (21/8/2024).
PM Israel itu menegaskan, pihaknya tidak akan menarik diri dari kedua wilayah di Gaza selatan dan tengah.
Dia mengklaim pasukan harus ditempatkan di sana karena alasan strategis dan keamanan.
Koridor Philadelphia membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, dituding sebagai tempat Hamas selama bertahun-tahun menyelundupkan senjata dan komponen senjata.
Dijelaskannya, Koridor Netzarim dibentuk oleh IDF selama perang, dan bertujuan untuk mencegah pejuang Hamas bersenjata kembali ke Gaza utara, serta memberi kebebasan lebih besar bagi militer untuk bermanuver melalui daerah kantong tersebut.
Netanyahu Tak Ingin Gencatan Senjata
Awal minggu ini, negosiator Israel dikatakan telah memberitahu perdana menteri bahwa tuntutannya agar kehadiran IDF terus berlanjut di Koridor Philadelphia akan menggagalkan kesepakatan tersebut.
“Pernyataan maksimalis seperti ini tidak konstruktif untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata,” kata pejabat AS yang tidak ingin disebut namanya.
Dia juga membantah laporan Axios yang mengatakan Netanyahu mungkin berhasil meyakinkan diplomat tinggi AS mengenai masalah tersebut.
"Satu-satunya hal yang diyakini Menteri (Luar Negeri AS) Blinken dan Amerika Serikat adalah perlunya menyelesaikan proposal gencatan senjata," kata pejabat senior itu kepada wartawan dalam perjalanan ke Doha.
Sementara Blinken dilaporkan telah dijadwalkan bertemu dengan Emir Qatar Tamim Al-Thani.
Setelah berbincang dengan para pemimpin tinggi di Israel dan Mesir, menteri luar negeri itu akhirnya hanya mendapat audiensi dengan menteri tingkat rendah, Menteri Negara Qatar di Kementerian Luar Negeri Mohammed bin Abdulaziz Al-Khulaifi.
Berbicara kepada wartawan sebelum meninggalkan Doha, Blinken mengatakan kesepakatan gencatan senjata perlu diselesaikan dalam beberapa hari mendatang,
Dikatakannya, Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar akan melakukan segala yang mungkin untuk membuat Hamas menyetujui "proposal penghubung" yang disusun AS di akhir perundingan puncak Doha minggu lalu.
“Waktu adalah hal terpenting,” kata diplomat tinggi Amerika tersebut.
“Ini perlu diselesaikan, dan harus diselesaikan dalam beberapa hari ke depan, dan kami akan melakukan segala yang mungkin untuk menyelesaikannya,” pungkasnya.
Kepemimpinan Sinwar Menakutkan Bagi Israel Ketimbang Haniyeh?
Kelompok pejuang Islam Hamas secara tegas menolak gencatan senjata (penghentian perang), kepemimpinan Yahya Sinwar lebih menakutkan bagi Israel ketimbang Ismail Haniyeh?
Kelompok pejuang Islam Hamas secara tegas menolak gencatan senjata (penghentian perang), kepemimpinan Yahya Sinwar lebih menakutkan bagi Israel ketimbang Ismail Haniyeh?
Diketahui Yahya Sinwar menjadi pemimpin baru Hamas menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh Israel di Iran akhir Juli lalu.
Yahya Sinwar dikenal sebagai sosok yang keras dan menjadi dalang di balik sejumlah serangan yang berhasil membuat Israel marah.
Salah satunya peristiwa 7 Oktober 2023 lalu yang menewaskan 1.200 warga Israel, Sinwar dianggap sebagai sosok utama di balik serangan mengenaskan sepanjang sejarah zionis itu.
Sosok keras Sinwar pun mulai kelihatan, hal ini ditandai dengan penolakan secara mentah-mentah atas proposal Israel soal gencatan yang berlangsung di Doha, 15-16 Agustus 2024 lalu.
Dilansir dari Times of Israel pada Selasa (20/8/2024), Hamas menerbitkan pernyataan resmi pada Minggu malam kemarin yang isinya menolak persyaratan kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata yang dibahas di Doha.
Kelompok pejuang Islam itu menyalahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu karena menimbulkan hambatan baru dalam perundingan tersebut.
Sementara pada kesempatan lain, Netanyahu mengatakan kepada para menteri kabinet pada Minggu sebelumnya bahwa dia pesimis mengenai peluang tercapainya kesepakatan.
Terutama mengingat Israel telah bernegosiasi secara efektif dengan negara-negara penengah, bukan dengan Hamas, yang menolak mengirimkan delegasi ke putaran perundingan terakhir.
“Peluangnya tidak tinggi,” demikian pernyataan Netanyahu kepada para menteri dikutip penyiar publik Kan.
Pesimisme Netanyahu, tampaknya bertentangan dengan laporan dari para mediator bahwa negosiasi mengalami kemajuan, dengan potensi akhir yang sukses sudah di depan mata.
Terlebih penolakan Hamas terhadap persyaratan yang dibahas di Doha.
Sementara AS telah mengindikasikan, pihaknya bakal mengadakan pertemuan puncak kedua akhir pekan ini, berharap kesepakatan dapat dirampungkan pada akhir minggu tersebut.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Minggu kemarin, gencatan senjata di Gaza “masih mungkin” dan bahwa “kami tidak akan menyerah.”
Di antara poin-poin utama yang menjadi perdebatan dalam negosiasi tersebut adalah tuntutan Netanyahu agar IDF tetap ditempatkan di Koridor Philadelphia yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Dia mengklaim, hal itu untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata ke Gaza dan membangun kembali militernya.
Tuntutan ini tidak disebutkan dalam proposal kesepakatan penyanderaan Israel pada tanggal 27 Mei yang telah menjadi dasar bagi perundingan berikutnya, dan ditolak oleh Hamas.
Para negosiator Israel dilaporkan telah memberitahu perdana menteri bahwa tanpa kompromi mengenai masalah tersebut, tidak akan ada kesepakatan, dan mendesak adanya fleksibilitas.
Perdana menteri dilaporkan membalas, selama Hamas bersikeras agar IDF menarik diri sepenuhnya dari Koridor Philadelphia, maka memang tidak akan ada kesepakatan.
Dalam pernyataannya pada Minggu malam, Hamas menuduh Netanyahu “menetapkan persyaratan dan tuntutan baru” untuk menggagalkan perundingan dan memperpanjang perang di Gaza.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.