Jurnalisme Warga

Serunya Perjalanan Darat Aceh-Lampung

Di satu sisi kami sebagai orang tua sedih karena harus berpisah dengan si buah hati, tetapi kami yakin semua ini adalah pilihan Allah yang terbaik

Editor: mufti
IST
CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Lampung 

Setelah beberapa kilometer perjalanan akhirnya kami memasuki Sumatera Selatan dengan ibu kotanya Palembang. Istirahat  di SPBU Sri Gunung, Musi Banyuasin, siangnya  kami makan di Rumah Makan Pagi Sore. Tempat ini berada di Sungai Lilin, di sini tersedia aneka masakan Padang dengan harga lumayan terasa di kantong.

Setelah selesai istirahat kami  melanjutkan perjalanan ke perbatasan Palembang Lampung.  Kemudian melewati ratusan kilomter perjalanan, kamii masuk ke gerbang Tol Kramasan.  Mengingat waktu sudah larut malam akhirnya kami istirahat dan bermalam di ‘Rest Area’  Km 306 B Tol Palembang-Lampung.

Jarak tempuh tol Palembang-Lampung  menghabiskan waktu empat jam perjalanan. Lalu lalang kendaraan   tanpa ada kemacetan.

 Kecepatan kendaraan kami seperti biasa atauran di jalan tol  antara  60  sampai dengan 100 kilometer per jam  seperti yang terpasang di rambu sisi jalan tol. Hal ini sesuai dengan Peraturan Meteri Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015  tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan.

Alhamdulillah, tepat pukul 09.10 WIB kami tiba di gerbang Tol Itera, Kotabaru, Lampung. Lelahnya perjalanan selama empat hari  terasa hilang karena sudah sampai d itujuan: Kota Lampung, tempat ananda akan menempuh pendidikan dengan segudang harapan di masa depan.

Terus terang kami terasa asing. Namun, rasa galau itu hilamg karena ternyata ada saudara dekat yang tinggal di kota ini. Ia bekerja sebagai ASN pusat, yaitu bapak Thalut.

Kami menginap satu malam di rumahnya. Pelayanan yang ramah membuat kami merasa tersanjung, walaupun rumahnya mewah dan megah beliau berpenampilan bersahaja.

Menjelang keberangkat ke kantor, beliau berpamitan dan meminta kami untuk tetap tinggal di rumahnya. Namun, karena harus segera mendaftar  ulang dan  mencari kos untuk ananda kami pun mohon izin meninggalkan kediamannya.

Kami juga mengunjungi saudara yang lain, Lisa Indriani, yang bekerja sebagai tenaga  medis pada  Puskesmas Palapa Bandar Lampung.

Kemudian kami berkeliling mencari kos di seputaran Kampus Itera, degan berbagai model dan harga, tetapi belum ada yang cocok. Waktu  zuhur telah  tiba dan kami  shalat di  Masjid Ar-Rahman jalan utama Ryacudu Bandar Lampung.

Akhirnya, kos untuk ananda kami dapat melalui informasi via Instagram. Setelah menghubungi nomor yang diberikan selanjutnya kami melihat lokasi dan ternyata cocok  dengan keinginan serta sesuai  dengan budget yang ada. Malamnya kami langsung menginap dan istirahat di kos, melepas lelah perjalanan ribuan kilometer Aceh-Lampung yang seru dan penuh kenangan.  

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Adu Sakti

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved