Berita Banda Aceh

KPI Aceh Jalin Kerjasama dan Adakan Literasi Media untuk Mahasiswa

“Dengan begitu, kita semua dapat berperan aktif dalam menjaga kualitas informasi yang beredar di masyarakat, serta membantu mencegah penyebaran hoaks

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Nurul Hayati
For Serambinews.com
Upaya bangun sinergi, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), Perjanjian Kerjasama (MoA), dan Implementasi Agreement (IA) dengan Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh (UMMAH), Bireuen, Aceh. 

"Mari bersama-sama berkomitmen untuk terus belajar dan berbagi kebaikan demi masa depan yang lebih baik," imbuhnya.

Baca juga: Konsisten Perkuat Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah, BSI Terima Penghargaan dari OJK

Sementara, itu Komisioner KPI Aceh Bidang Pengawasan Isi Siaran, Putri Nofriza, megawali materi literasi media dengan menyampaikan literasi media di era digital sangat penting karena informasi saat ini dapat diakses dan disebarluaskan dengan cepat melalui berbagai platform digital.

“Kearifan lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas suatu masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai, norma, serta tradisi yang telah terbukti menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan selama berabad-abad," ucap Putri.

Namun, di era digital, kata Putri, nilai-nilai ini bisa tergeser atau bahkan terancam oleh pengaruh budaya asing yang masuk tanpa filter melalui media.

Akan tetapi, dengan literasi media yang baik, masyarakat dapat lebih kritis dalam menerima informasi dari luar, serta lebih bijak dalam mengintegrasikan kearifan lokal dengan perkembangan teknologi dan informasi modern.

Ini berarti, sambil terbuka terhadap perubahan, masyarakat tetap bisa mempertahankan identitas budaya dan nilai-nilai lokal yang menjadi landasan kehidupan mereka.

Putri menyebutkan, di tengah banjir informasi ini, masyarakat perlu memiliki kemampuan untuk menyaring, memahami, dan mengevaluasi informasi yang mereka terima.

Karena itu, literasi media menjadi alat yang memungkinkan untuk menerima hal-hal baru tanpa kehilangan jati diri, menjaga keseimbangan antara inovasi dan tradisi, serta memastikan bahwa kemajuan digital tetap sejalan dengan kearifan lokal yang tidak boleh  ditinggalkan.

Hal senada juga disampaikan oleh pemateri kedua Irhaz Angga Denilza.

Dia menyampaikan bagaimana fenomena "post-truth" terjadi saat ini karena beberapa faktor yang saling berkaitan, terutama dengan perkembangan teknologi, media sosial, dan dinamika politik serta sosial.

Menurutnya, menghadapi era post-truth memerlukan kerjasama berbagai pihak, termasuk pemerintah, media, pendidik, dan masyarakat umum.

“Kritis terhadap informasi adalah kuncinya. Masyarakat harus mengembangkan sikap kritis terhadap informasi yang diterima, terutama yang beredar di media sosial. Verifikasi fakta sebelum membagikan atau mempercayai informasi menjadi langkah penting,"  tutupnya.(*)

Baca juga: Tingkatkan Literasi Media, KPI Aceh Teken Kerja Sama dengan UMMAH Bireuen

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved